Part 37

27.5K 1.8K 73
                                    

Maafkan aku yang selalu menyakitimu.
***

Prom nite, adalah acara yang ditunggu tunggu oleh semua murid menengah atas. Awalnya, Nia memang menunggu acara itu. Tapi sekarang, sepertinya tidak. Datang diacara seperti itu dalam keadaan perut besar? Nia pasti dibully.

Tapi, teman temannya bilang. "Ngga usah takut, kita ada sama lo. Kalo mereka bully lo, kita siap kok buat lindungin lo." karena kata kata itulah, sekarang Nia menggunakan dress selutut berwarna biru dongker berbahan katun. Dress nya memang sederhana, tapi itu membuatnya terlihat lebih cantik dan dress yang dikenakannya membuatnya nyaman.

"Silahkan, Queen." ucap Brian setelah dia membukakan pintu untuk Nia.

Nia tidak menerima uluran tangan Brian, perempuan itu keluar begitu saja. Rambutnya yang tergerai sedikit melambai karena angin yang berhembus. Brian menghela nafas, laki laki yang memakai setelah jas lengkap dengan kemeja berwarna putih membuat Brian terlihat sangat tampan.

Brian berjalan disebelah Nia, memeluk pinggang istrinya dengan erat. Mungkin nanti dia akan mengumumkan pada semua orang bahwa Nia adalah istrinya. Nia sudah berusaha agar terlepas tapi Brian malah menyubitnya lembut agar istrinya itu diam. Nia pasrah.

Didalam ballroom sebuah hotel sudah banyak yang datang. Semua mata langsung menatap mereka berdua dengan pandangan berbeda beda. Tapi, kebanyakan dari mereka menatap Nia iri. Pasti sangat menyenangkan bisa datang bersama dengan laki laki tampan itu.

"Woahh akhirnya pasangan paling hits datang juga." ucap Gavin yang melihat kedatangan Nia dan Brian.

Nia dan Brian dengan kompak memutar bola mata mereka. Kesal dengan sikap Gavin yang terkadang barbar. Mereka berdua berjalan mendekat, bergabung dengan teman teman mereka.

"Bumil kita cantik banget hari ini." goda Fika membuat Nia mendengus.

"Nia mah mau digimanain juga tetep cantik." ucap Chiko. Dia masih menyimpan perasaan yang sama pada Nia.

"Bener. Aura keIbuan Nia menguar begitu aja." ucap Rafa. Tinggal selama 2 minggu bersama Nia membuat Rafa menjadi lebih paham tentang orang hamil.

"Bahasa lo belepotan, Raf." kekeh Fika membuat Rafa mendengus kesal.

Nia terkekeh kecil melihat perdebatan teman temannya mengenai dirinya. Perempuan itu berjalan menuju meja yang penuh dengan makanan. Nia menatap satu persatu makanan yang tersaji, semua makanan itu terlihat sangat enak. Namun, tidak ada yang bisa membuatnya ingin mengambil lalu memakannya. Dia masih menginginkan es krim pedas idamannya.

"Brian disini! Bisa minta perhatiannya sebentar?" semua mata langsung menatap Brian yang tengah berdiri disebuah panggung kecil. "Maaf mengganggu waktunya sebentar. Gue cuman mau umumin sesuatu."

Semua menatap penuh tanya ke Brian, termasuk Nia. Perempuan itu menatap wajah Brian, ada sedikit tatapan takut yang Nia lihat dimata Brian. Ada apa?

"Gue cuman mau bilang, gue adalah suaminya Nia. Anak yang dikandung Nia adalah anak gue. Jadi, gue mohon jangan bully Nia kalo dia hamil tanpa Ayah. Gue Ayahnya." mereka menatap tidak percaya pada Brian. Ballroom itu langsung berisik. "Gue tau kalian ngga percaya, tapi ini memang faktanya."

Mata Nia dan Brian beradu. Jantung Nia berdetak sangat cepat melihat kelakuan Brian. Laki laki itu memang gila, tapi kenapa Nia bisa mencintai laki laki seperti itu?

Childish or Psycho? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang