KECELAKAAN adalah cara Tuhan untuk menegur kita.
***Brian menatap Nia yang tengah tertidur karena efek obat tidur, mata tajam laki laki itu menatap kedua mata Nia yang tertutup rapat. Bulu mata lentik itu membuat wajah Nia semakin cantik.
Wajah Brian menunduk, dia mencium kening Nia lama lalu kedua matanya. Lembut, laki laki itu takut membuat Nia bangun walaupun Brian yakin tidak akan bangun.
"Baik baik, Brian ada urusan sebentar." laki laki itu tersenyum, lalu berjalan pergi. Kedua orang tuanya sudah sampai dirumah sakit, jadi dia akan lega meninggalkan Nia.
Brian menyeringai tipis saat dia sudah membayangkan jika dia membuat pola pola indah dikulit Dea. Itu pasti sangat menyenangkan, lebih menyenangkan dari korban korban lainnya.
Membayangkannya saja sudah membuat Brian ingin langsung sampai dirumah Dea. Brian yakin, gadis itu pasti akan blank jika Brian bermain main dulu. Bermain cantik, seperti yang gadis itu lakukan pada Nia.
Brian tidak peduli jika Dea adalah temannya, gadis itu juga teman baik Nia dan sekali lagi Brian tidak peduli. Menurutnya, siapapun yang sudah menykiti Nia orang itu harus mendapatkan lebih apa yang Nia rasakan.
Bahkan, Brian bisa saja langsung membunuh orang itu. Sekali lagi, Brian tidak peduli. Tidak akan ada rasa kasihan sama sekali dihatinya.
Sekitar tiga puluh menit, Brian sampai didepan rumah minimalis Dea. Laki laki itu turun dari motornya, berjalan kearah rumah yang terlihat sangat sepi. Brian mengetuk pintu itu beberapa kali, tidak ada jawaban. Akhirnya, laki laki itu memilih duduk dikursi teras rumah Dea.
Brian membuka ponselnya, menjelajahi google untuk mencari refrensi membunuh ataupun menyiksa yang menyenangkan menggunakan pisau kecil. Rasanya, melihat tulisan tulisan itu membuat hati Brian semakin yakin kalau dia akan menyiksa Dea.
"Gue buat koma enak kali ya? Nanti gue masukin baygon ke infusnya. Kan seru, mati perlahan." gumamnya lirih. Sudah banyak rencana rencana jahat diotaknya dan mungkin dia akan menggunakannya.
"Brian," laki laki itu mendongak. Wajahnya datar menatap Dea yang berdiri disebelahnya. Ada seringai sangat tipis diwajah Brian.
Brian menatap wajah Dea yang dilapisi oleh make up yang tebal, ditambah dres ketat berwarna merah yang panjangnya hanya sebatas setengah paha. Brian berdecih, jadi ini kelakuan busuk Dea?
"Ngapain disini?" tanya Dea, gadis itu tidak memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia terlalu senang karena Brian datang berkunjung.
Brian menyimpan ponselnya disaku celananya, dia bangkit, tersenyum manis kearah Dea membuat gadis itu memekik senang didalam hati karena Brian kembalii tersenyum kearahnya.
Brian tidak mau menunda nunda lagi, sekarang dia sudah merindukan Nia. Jadi, Brian akan berbuat cepat namun menyiksa. Ide bagus bukan?
Wajah laki laki itu mendekat kearah telinga kanan Dea, mengendus sebentar. Dia menyeringai, diam diam tangan kirinya masuk kedalam saku hoddie nya. Brian tau kalau tubuh Dea menegang, dia harus cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish or Psycho? (END)
Teen FictionBocah tapi sifatnya sadis? Gimana tuh? - Arsenio Brian Vernando. Cowok polos, childish, manja tapi mempunyai jiwa iblis. Laki laki itu suka menyiksa manusia lain sampai mati. Tapi jika seperti itu, apa masih bisa dikatakan childish? Bocah. Itulah ka...