"Waktu terus berjalan. Sampai, aku lupa tentang apa itu kesedihan."
***Nia membuka matanya perlahan, wajahnya tepat berada tepat didepan wajah laki laki yang sudah tiga hari menjadi suaminya. Nia tersenyum, dia melihat jam yang ada dinakas. Pukul lima pagi.
Nia bangkit, wanita itu menggunakan kaos kebesaran milik Brian. Semalam, Brian menggempurnya habis habisan walaupun masih lembut. Brian juga masih memikirkan tentang anak anaknya yang masih berada dikandungan Nia.
Berada didalam kamar mandi, Nia menatap tubuh polosnya. Banyak bercak merah diseluruh tubuhnya. Apalagi dileher dan dadanya. Brian memang keterlaluan, kalau ada yang melihat bagaimana?
Nia terkekeh saat melihat perutnya yang sedikit membuncit. Ada dua nyawa yang harus ia jaga dengan baik. Nia tersentak kaget saat dua tangan kekar memeluk dirinya. Tangan Brian mengelus perutnya lembut membuat Nia merasa nyaman.
"Ngga usah macem macem! Aku mau mandi." ucap Nia ketus membuat Brian yang mendengarnya terkekeh.
"Memangnya kenapa? Kalau mau mandi, ya mandi saja." ujar Brian santai. Laki laki yang bertelanjang dada itu menatap wajah Nia.
Nia menghembuskan nafasnya pelan. "Ya udah, kamu keluar dulu sana!"
Brian menggeleng. "Ngga mau! Mau mandi sama Nia." ucap Brian santai. Laki laki itu mulai menanggalkan pakaiannya.
"Brian! Aku berjanji akan membuatmu susah!" desis Nia tapi tidak dihiraukan oleh Brian.
Nia menatap Brian sinis, setelah menghabiskan waktu hampir 1 jam akhirnya mereka keluar dari kamar mandi. Kamar mereka sudah diketuk berkali kali oleh Bunda dan bahkan sang Bunda sesekali mengancam mereka.
"Beruntung ngga telat." ucap Nia. Gadis itu kelluar dari rumah bersama dengan Brian.
Brian terkekeh, laki laki itu memakan sandwich yang dibuatkan oleh Nia. "Maap," ucap Brian seperti anak kecil.
Nia menghela nafas, dia mengangguk. Sebuah ide muncul di otaknya, matanya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Masih jam setengah tujuh. "Brian, naik bus yuk."
Brian mengernyit. Dia melahap habis sandwich miliknya, menatap Nia dengan bingung. "Naik bus?"
Nia mengangguk antusias. "Iya, sekali kali."
Brian berfikir sebentar, lalu laki laki itu mengangguk. Nia tersenyum senang, lalu dia menarik tangan Brian agar berjalan lebih cepat untuk mencari bus atau angkutan umum lainnya.
"Yakin mau naik angkutan umum?" tanya Brian dan Nia mengangguk yakin.
"Iya yakin," Nia mengulurkan tangannya. Menghentikan angkutan umum yang lewat.
Brian menatap Nia yang mulai masuk kedalam angkutan umum lalu Brian juga ikut masuk. Keadaan bus yang lumayan ramai membuat Nia dan Brian harus berdiri. Tangan Brian berpegangan pada pegangan tangan yang berada tepat diatasnya.
"Pendek sih, jadinya ngga sampai." ucap Brian dengan nada geli. Laki laki itu menatap Nia yang kesulitan menggapai pegangan tangan.
Nia menatap Brian kesal. "Aku ngga pendek, pegangan tangannya aja yang ketinggian."
Tangan kiri Brian mengacak acak rambut Nia gemas. "Udah, pendek sini pendek."
Nia mengerucutkan bibirnya kesal, tapi dia bahagia karena Brian memeluknya agar tidak terjatuh. Penumpang lain hanya menatap mereka sambil menggeleng, pagi pagi sudah romantis saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish or Psycho? (END)
Teen FictionBocah tapi sifatnya sadis? Gimana tuh? - Arsenio Brian Vernando. Cowok polos, childish, manja tapi mempunyai jiwa iblis. Laki laki itu suka menyiksa manusia lain sampai mati. Tapi jika seperti itu, apa masih bisa dikatakan childish? Bocah. Itulah ka...