Selain kata maaf, apa yang harus aku ucapkan?
***Brian menatap Nia dan Cacha bergantian, kedua perempuan yang sangat ia cintai itu tengah mendiamkannya. Masih soal es krim, Nia yang teramat ingin es krim pedas nya dan Cacha yang ingin membeli es krim yang dia inginkan. Brian tentu saja menolak, dia sudah sangat malu dan tidak ingin kembali.
"Nia, Cacha." panggil Brian lembut tapi dihiraukan oleh keduanya. Nia yang tengah memainkan ponselnya dan Cacha yag tengah fokus nonton kartun di YouTube. Ponsel Brian menjadi sasarannya karena tidak mungkin Cacha menggunakan ponsel Nia.
Nia sebenarnya hanya melihat lihat beranda instagram nya. Melihat postingan teman temannya, beberapa kali dia mengomentarinya dan mendapat balasan yang membuatnya terkikik geli. Karena terlalu fokus, dia tidak sadar kalau Brian sudah duduk disebelahnya.
"Ngga usah jahil!" sentak Nia saat melihat Brian akan merebut ponselnya karena sedari tadi Nia mendiamkannya. "Jauh jauh sana, aku membencimu."
Brian mengerucutkan bibirnya kesal dengan jawaban Nia. "Nia.."
Nia tidak peduli pada ucapan Brian yang penuh rengekan. Selagi Brian belum membelikannya es krim pedas, Nia akan membenci Brian. "Rafa saja mau membelikan aku seblak rasa durian masa kamu ngga bisa beliin aku es krim pedas." Nia melirik Brian sinis. "Ternyata Rafa lebih baik dari kamu."
Brian semakin kesal rasanya saat mendengar ucapan Nia. Istrinya itu membandingkan dirinya dengan laki laki lain? Nyidamnya Nia itu aneh, Dimana dia harus mencari es krim pedas? Tapi, jika Rafa bisa mencari seblak rasa durian, dia juga pasti bisa mencarinya bukan? Brian tidak mau kalah dari Rafa. Tidak, tidak akan pernah.
"Cari es krim pedas dimana Nia? Nia mah ngidamnya aneh, jangan jangan Nia mau yah anaknya jadi cabe cabean?" tuduh Brian sambil menatap Nia yang sekarang menatapnya tajam.
Plak!
Nia memukul bibir Brian dengan keras. Tidak peduli jika laki laki itu kesakitan. "Bibirnya! Lama lama aku jahit baru tau rasa."
Baru juga akan menjawab, bel rumahnya berbunyi. Dengan cepat, Nia melemparkan ponselnya asal lalu berjalan cepat menuju pintu utama. Dia membuka pintu rumahnya, senyumnya terbentuk lebar saat melihat teman temannya datang berkunjung.
"Bumil, gue kangen!" ucap Fika semangat. Gadis itu langsung memeluk Nia erat.
"Gue juga kangen lo." ucap Nia tidak kalah semangat. Dia melepas pelukannya lalu menyuruh teman temannya masuk kedalam rumah.
"Masih hidup lo, Yan. Gue kira udah mati." ucap Gavin disertai dengan senyum jahilnya. Laki laki itu langsung duduk disebelah Brian.
"Sialan!" maki Brian lalu memukul kepala Gavin menggunakan bantal sofa.
"Harusnya lo mati, nanti Nia jadi--"
bukh
"Berani ngomong gitu, gue potong anu lo!" sentak Brian setelah memukul kepala Rafa dengan keras. Dia menatap saingan terberatnya itu.
"Daddy ada telpon!" teriakan itu membuat semua mata langsung menatap gadis kecil yang baru saja muncul dari lantai dua.
Brian langsung menerima ponselnya yang disodorkan oleh Cacha. Dia mengernyit melihat nomor asing yang tertera diponselnya. Dia berjalan menjauh, meninggalkan teman temannya yang menatapnya bingung.
Cacha menatap teman teman Daddy nya dengan mata bulatnya. Gadis itu tertarik dengan Chiko, bahkan dia yang biasanya selalu takut dengan orang asing ini malah langsung berlari kearah Chiko. Tangannya terulur minta digendong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish or Psycho? (END)
Teen FictionBocah tapi sifatnya sadis? Gimana tuh? - Arsenio Brian Vernando. Cowok polos, childish, manja tapi mempunyai jiwa iblis. Laki laki itu suka menyiksa manusia lain sampai mati. Tapi jika seperti itu, apa masih bisa dikatakan childish? Bocah. Itulah ka...