Rasa rindu terus membuncah. Ingin rasanya aku bertemu denganmu, memelukmu erat dan membisikkan kata kata rindu.
***Btw..jangan pada komplen kalo alurnya aku percepat. Males mau bikin lama lama. Tapi tenang aja, endingnya memuaskan. Insya Allah😊
***Nia menatap Cacha yang duduk ditempat tidurnya. Gadis kecil itu sedari tadi tidak beranjak meninggalkannya, padahal Chiko sudah mengajak Cacha untuk makan dikantin tapi gadis kecil itu tidak mau. Katanya mau nemenin Mommy.
Perempuan yang hampir berusia 18 tahun itu menghela nafas, rasanya dia jadi ingin membunuh Dea. Entah Nia sudah kelewat kesal atau bawaan sang bayi. Rasanya, tangannya ingin membunuh Dea. Dia tidak akan mendapatkan hukuman karena telah membunuh seorang pembunuh bukan?
Ini sudah dua hari setelah insiden penusukan yang dilakukan oleh Dea. Dan bersyukur Nia baik baik saja, luka tusukannya tidak membuat sang Ibu ataupun calon anaknya dalam bahaya. Singkatnya, tusukan yang dilakukan oleh Dea tidaklah dalam.
"Ya, lo yakin mau nyiksa si Dea?" pertanyaan itu terdengar dari Fika yang baru saja muncul. Dia menutup pintu ruangan Nia, lalu berdiri tidak jauh dari brankar tempat Nia berada.
Nia kembali menghela nafas, perempuan itu menyentuh perutnya sendiri. "Ngga ada ibu yang ngga marah kalo anaknya terancam." ucap Nia membuat Fika yang mendengarnya bungkam. "Sampai kapanpun, mungkin Dea bakalan tetep jadi ancaman gue." Nia mengedikkan bahunya acuh. "Gue sih ngga masalah kalo gue yang terluka, tapi gue ngga bakal ngebiarin anak anak gue terluka."
Fika menatap wajah Nia. Tidak ada keraguan saat perempuan yang tengah hamil 4 bulan itu mengatakannya. Jika difikir berkali kali, ucapan Nia memanglah sangat benar. Tidak ada seorang Ibu yang akan membiarkan anaknya terluka. Kalaupun ada, mungkin itu bukan Ibu tapi seorang iblis yang menyamar menjadi seorang Ibu.
Tiba tiba, Nia meringis saat ingatannya kembali saat dia memperlakukan Cacha dengan tidak baik. Cacha masih sangat kecil dan gadis itu tidak berhak mendapatkan hal seperti itu. Nia adalah figur ibu baru untuk Cacha, tapi dia malah memperlakukan Cacha dengan tidak baik. Nia adalah ibu yang jahat.
"Tapi, Dea pernah jadi temen terdekat lo, Ya." ujar Fika mencoba menyadarkan Nia.
Nia menatap Fika. Dia tersenyum tipis. "Memang sih. Tapi, Dea udah hampir bunuh 3 orang nyawa. Dan itu nyawa temennya sendiri." ucap Nia, dia mulai kesal sekarang. "Gue--"
"Lo tetep ada niatan buat bunuh Dea?" potong Fika. Dia menatap Nia yang terlihat menghela nafas.
"Lo berkali kali ngomong gitu, gue bakal tetep dipendirian gue. Gue bisa aja ngebunuh Dea, kapanpun karena dia udah ditahan sama anak buah Ayah sama Bunda. Tapi, bisa aja gue buat dia gila." ucap Nia panjang lebar. "Kalo lo terus mau ngomongin itu, mending lo pergi aja sana. Gue males bahas dia."
Bukannya marah, Fika malah terkekeh. Gadis itu mencubit kedua pipi Nia gemas. "Akhirnya, sahabat gue bisa tegas juga. Lagian gue juga udah muak sama Dea. Didepan aja keliatan baik, tapi kalo dibelakang udah kek lonte dia."
Nia tidak jadi berbicara saat ucapan Cacha terdengar. "Mommy bosen." ucap Cacha manja, gadis kecil itu memberikan ponsel yang sedari dia pegang ke Nia. "Daddy kemana? Cacha mau main sama Daddy."
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish or Psycho? (END)
Teen FictionBocah tapi sifatnya sadis? Gimana tuh? - Arsenio Brian Vernando. Cowok polos, childish, manja tapi mempunyai jiwa iblis. Laki laki itu suka menyiksa manusia lain sampai mati. Tapi jika seperti itu, apa masih bisa dikatakan childish? Bocah. Itulah ka...