Perbaikan Hati Macam Apa?

8.5K 712 27
                                    

"Gue hamil, Ar!"

"Urusannya sama gue apa?!" tanya Arsa tak acuh sambil memainkan ponselnya, nggak sopan.

Gemas dengan tingkahnya, aku merebut paksa ponsel sialan yang udah bikin Arsa hilang pedulinya.

"Kenapa sih, Ya?" rajuknya hendak mengambil kembali ponsel di tanganku.

Aku menjauhkannya."Bisa-bisanya ya itu muka lempeng gitu. Heran gue."

"Ya terus gue harus gimana? Gue bukan bapaknya!" dalihnya semakin membuatku gemas.

"SIAPA JUGA YANG BILANG INI ANAK LO, ARSALA!!" jerit Riska tampak tidak terima dengan Arsa. Wanita yang mengaku hamil itu, langsung mengusap perutnya sambil bergumam, "amit-amit, amit-amit."

Jangankan Riska, aku juga pasti akan melakukan hal yang sama jika hamil nanti. Bahkan aku sudah berencana saat sudah menikah, aku akan langsung menjauhi Arsa supaya aku nggak perlu sering-sering beramit-amit-ria seperti Riska. Tapi masalahnya, siapa yang akan aku nikahi?

Sudahlah!

"Tau nih! Denger kabar bahagia gini tuh, langsung kasih selamat, bukan malah mainin HP!" omelku pada Arsa yang masih cemberut kayak anak yang gamebot-nya disita Polri Laos.

"Gue kan niatnya mau ucapin selamat lewat WA, Yaya."

Aku mengabaikan Arsa yang berdalih dan memeluk Riska saja. "Berapa bulan, Ris?"

Oh, satu lagi temanku mulai mengandung anak keduanya. Hehe, sabar ya aku.

"Lo nggak ucapin selamat sama Riska, Ya?"

Aku menatap Arsa geram, nggak jadi sabar. Aku emang lupa nggak mengucapkan selamat, tapi kan lewat pelukanku pada Riska sudah bisa disebut ucapan selamat tanpa kata. Arsa ini bagaimana sih!

Mengabaikan Arsa, Riska menjawab, "dua minggu, Yaya."

"Pantes aja lo ngajak ngerujak, ternyata lagi ada si utun ya. Sini, Ris," sahut Dewi juga memeluk Riska tanpa mengucapkan selamat. Aku melirik Arsa, dia menaikkan bahunya dan merebut ponselnya dariku. Aku lupa, dia emang susah mengaku kalau malu. Dasar.

"Eh tapi, Ar, lo nggak apa-apa kan gue culik dulu si Yaya?" tanya Riska pada Arsa seperti hanya basa-basi saja.

"Nggak gue iya-in juga lo bakal tetep maksa," jawab Arsa dengan wajah masamnya.

Aku tertawa mendengarnya. Berasa jadi pegawai yang nggak tahu malu karena minta izin bikin rujak di rumah Dewi saat masih jam kerja, cuma karena diiming-imingi gosip terbaru yang katanya sedang panas-panasnya, sepanas oven padang mahsyar.

Tapi kan Arsa juga akhirnya ikut bolos karena tergiur rujak gratis. Jadi, impas saja, aku dan Arsa memang sama-sama nggak tahu malu. Apapun asal pekerjaan sudah beres, dan Om Arya nggak tahu, semuanya halal dilakukan. Aku nggak makan gaji buta kok, baru mau makan rujak.

*

"Dulu itu sebelum Ken datang, Barbie pacaran Iron Man. Tapi putus karena Barbie cemburu sama Captain Amerika."

Dewi mengernyit mendengar cerita ngawur Arsa, aku juga. Begitu dilihat, Arsa sedang memasangkan rok merah muda di pinggang action figure Iron Man milik Dio.

The Past Future [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang