Tyas dan Tama duduk bersisian di ruang tunggu Puskesmas Muntilan. Kemarin ibuk memberi kabar kalau tyas mendapatkan surat pengantar dari KUA untuk melakukan suntik vaksin di Puskesmas.
“takut ?” tanya tama memperhatikan tangan kirinya yang diremas berulang oleh tyas
“enggak sih, cuman ... parno aja sama jarum suntik.” Jawab tyas
“PPL kamu selesainya kapan ?”
“ketentuan dari fakultas cuman 3 bulan, tp terkadang pihak sekolah minta kita tetep di sekolah sampai selesai pelaksanaan UAS semester 1 ini, jadi kadang ada yang sampai 4 bulan baru penarikan. Tapi kayaknya punyaku cuman 3 bulan lebih dikit. Sebelum penerimaan raport kita udah penarikan.”
“sama waktu nikah kita ?”
“empat hari sebelum kita nikah, aku udah penarikan kok.”
“fokus buat nyusun laporan sama ujiannya aja dulu.”
“iya mas.”
“habis suntik ini, mau main gak ?”
“kemana ?”
“kamu penginnya kemana ?”
“main ke SMA aja yuk mas, pengen beli es buah di warung depan sekolah.”
“okay.”
Terdengar panggilan atas nama tyas dari mesin pengeras suara. Tyas berjalan bergandengan dengan tama menuju ruang pemeriksaan. Ternyata bukan hanya suntik vaksin yang tyas lakukan, melainkan tes urin, tes darah baru kemudian suntik vaksin.
Tyas keluar dari toilet membawa sampel urin,
“mas, gak usah ikutan masuk gpp deh mas. Aku bisa kok.” Ucap tyas
Tama tidak menanggapi ucapan tyas dan malah ikut masuk ke ruang pemeriksaan lagi.
“menstruasi terakhir kapan mbak ?” tanya dokternya
“mmmm.... kayaknya tanggal 18 dok.” Jawab tyas
“kalau nikahnya tanggal berapa ?”
“nikahnya tanggal 4 dok.”
Tyas terus gelisah mendengarkan segala macam penuturan dokter mengenai hasil tes urin dan tes darah. beberapa kali dokter menjelaskan tentang masa subur, program hamil, bahkan dokternya tak segan² membagi tips² tentang kegiatan “ranjang”.
Tyas semakin gelisah, bukan karena takut tapi malu, karena dokter membahas hal itu ketika ada tama disampingnya.
Bahkan saat mereka berdua sudah sampai di parkiran puskesmas, tyas terus saja menundukkan kepala menyembunyikan rona merah di wajahnya, sedangkan tama tidak berhenti terkekeh geli melihat polah tyas.
“kapan penataran di KUA nya dek ?” tanya tama ketika mereka sudah berada di dalam mobil
“seminggu lagi mas.” Jawab tyas pelan
“kamu kalau mens sakit gak ?”
“kenapa nanya itu sih mas ?” pekik tyas
“sakit enggak ?” tanya tama lagi
“sakit ”
“apanya yang sakit ? bagian mana ?”
“perut bawah sama pinggang.”
“biasanya kamu ngapain kalau sakit pas mens ?”
“tidur.”
Tama mengelus pelan puncak kepala tyas sambil tersenyum.
“besok aku pijitin tiap kamu sakit waktu mens.”
KAMU SEDANG MEMBACA
#02 TA ( Tama & Tyas) complete ✓
Romance"kita pernah lebih dari ini, lebih dari sekedar berbagi gelas." Aditama Rajendra "dia seperti pohon pisang, sikapnya seperti daunnya yang meneduhkan disaat hujan, tapi sebenarnya dia lemah seperti batangnya yang akan tumbang dalam sekali tendang." ...