tama tengah membongkar isi tasnya, mencari pakaian ganti untuk tyas. Setelah mendapatkannya, ia berjalan kearah tyas yang tengah duduk di pinggiran ranjang dengan kedua kaki menggantung. tama mengambil sisir dan dengan telaten mengikat rambut tyas.
"mas." Panggil tyas pelan
"ya... kenapa ?"
"aku bisa sendiri kok."
"tangan kamu masih pakai infus, nanti ribet." Jawab tama
Tama mematikan aliran cairan infus dengan menekan kebawah roda kecil di bagian alat pengatur aliran infus dan menaruh botolnya diatas pangkuan tyas.
Kemudian ia menggendong tyas sampai ke dalam kamar mandi dan mendudukkannya diatas closet.Dengan telaten tama membuka semua kancing baju milik tyas, tatapannya datar namun bisa tyas rasakan kalau saat ini tama sedang menahan nafas.
Hanya menyisakan pakaian dalam, tama mengecek kehangatan air yang akan digunakan untuk mandi tyas. Setelah dirasa suhunya pas, tama beralih kembali kepada tyas, mengulurkan kedua tangannya kebelakang tubuh tyas, gerakannya seakan tama ingin memeluk tubuh tyas.
"gak usah dilepas." Cicit tyas ketika merasakan pergerakan jari jemari milik tama yang akan membuka pengait bra yang tengah tyas pakai.
"kamu mau mandi, bukan mau renang dek, lagian ini pakaian dalam bukan bikini." Ucap tama seraya terkekeh
"ishhh." Tyas memukul pelan dada tama
Dengan perlahan dan telaten, tama memandikan sang istri. Dia menggosok tubuh tyas dengan sabun mandi, pergerakan tangannya berhenti tepat diatas bagian perut tyas. Tama tertegun sesaat, didalam sana calon buah hatinya berada.
"papa " ucap tyas lirih seraya tersenyum
Tama mendongak menatap sang istri. Iya ... benar, kelak janin itu akan tumbuh dan ketika ia sudah lahir nanti, akan memanggilnya dengan sebutan Papa.
Tama yang semula berjongkok kini menumpukan lututnya ke lantai, tidak perduli jika celananya basah. Tama meraih tengkuk tyas dan mencium bibirnya menyesap serta melumat lembut.
Ketika tyas merasa ciuman tama mulai berubah intens, tyas mengerang dan memukul pundak tama. Tama pun segera sadar dan melepaskan tautan bibir mereka.
Tyas menunduk dengan kedua pipi yang merona sedangkan tama sekuat hati menahan sesuatu yang bergejolak minta untuk dituntaskan. Sebenarnya sedari awal ia membuka pakaian tyas, tama benar² berusaha untuk mengalihkan perhatiaannya akan tubuh molek istrinya yang sekarang terlihat lebih berisi.
Tama berusaha untuk menahannya, menahan untuk tidak menyentuh istrinya lebih jauh. Selain karena tyas tengah sakit, juga ada janin yang masih lemah di dalam sana.
Okee ... dua bulan dia harus menahannya,bertahan dari godaan tubuh sang istri yang sudah sah menjadi miliknya. Tak apa, toh nanti setelah selesai puasa, setelah kandungannya kuat, dan setelah diijinkan oleh dokter, tama bisa meminta ijin tyas supaya dia bisa menjenguk calon anaknya itu setiap hari hahahaha
Selesai memakaikan baju ganti, tama kembali menggendong tubuh tyas dan merebahkannya diatas ranjang.
"mas, baju aku dimasukin plastik aja, besok pas kita pulang biar aku cuci." Pinta tyas
"iya, tapi celana kamu langsung aku cuci aja habis ini." Jawab tama
"jangan mas !!"
"kenapa ?"
"celana dalam aku kan masih ada bercak darahnya."
"terus kenapa ?"
"ya jangan pokoknya."
"tinggal dikasih sabun cair trus dikucek kan nanti hilang nodanya."
"kok kamu tau ?"
"ibuk yang bilang, tadi pagi pas aku pulang bawa pakaian kotor kamu yang semalem kamu pakai, aku tanya sama ibuk gimana cara ngilangin noda darahnya soalnya kalau pakai sabun cuci masih berbekas ngebentuk pola gitu. Dan ibu bilang katanya suruh dicuci pakai sabun mandi. Alhasil baju, celana, selimut sama sprei udah gak ada noda darahnya lagi." Papar tama
"kamu gak jijik ?"
"enggak." jawab tama yang kemudian mencium pelipis tyas
"makasih." Ucap tyas
Tama memeluk tubuh istrinya dengan erat. Bagi tama, tyas itu unik, disatu waktu dia bisa bertingkah kekanakkan, namun di satu waktu lainnya dia bisa menjadi sosok yang dewasa melebihi dirinya.
tyas mampu memahami, mengatur kedua adiknya, bahkan ikut andil memberikan solusi ketika keduanya tengah mendapatkan kendala.
Dia bisa bertingkah menjadi seorang adik perempuan yang menggemaskan, bisa bertingkah menjadi seorang ibu yang penuh kasih, bahkan dia bisa bertingkah menjadi seorang ibu² kos yang galaknya minta ampun.
Seperti tadi, tyas merengek layaknya anak kecil dipelukan ibuknya.
flashback on
Tyas masih saja menangis dipelukan ibunya.
"mbak, jangan nangis dulu, jawab pertanyaan ibuk tadi." Ucap ibuk
"nggak, tyas nggak nyesel sama sekali hiks hiks, tyas bahagia nikah sama mas tama." Pekik tyas
"trus kenapa masih mikirin omongan orang lain?"
"tyas takut mas tama yang nyesel udah milih tyas."
"nak tama pernah ngomong gak ? "
"nggak."
"gelagat nak tama keliatan nyesel gak ?"
"nggak,, nggak tau."
"kalau gak tau makanya tanya mbak. terus sekarang mau mbak gimana ? udahan gitu."
"nggak !!!" teriak tyas yang membuat ibuk terlonjak kaget
"tyas sayang sama mas tama, gak mau pisah, mas tama Cuma punyanya tyas, mas tama milik tyas." Pekik tyas
"makanya jangan perduliin omongan orang lain lagi."
'"iya."
"awas kalau kamu masih mikirin omongan orang lain, ibuk bakal nyuruh tama buat mulangin kamu ke rumah."
"iya."
"harus saling percaya, saling terbuka, gak ada salahnya kamu ngomongin hal apapun ke tama, dia suami kamu, dia berhak tau, jangan cuman dipendem sendiri. calon anak kamu masih kecil jangan diajak ikut mikirin hal² aneh yang seharusnya gak perlu." Ucap ibuk seraya menoyor kepala tyas berkali - kali.
"iya " ucap tyas seraya mencuatkan bibirnya
"dasaaar, ntar kasihan ponakan gue punya mama yang masih kayak bocah." Ucap tian yang ikut nimbrung
Tyas dan ibuk menatap kearah tian, dan sedetik kemudian tyas memucat menatap suaminya kini tengah duduk santai disamping tian sambil memakan kupasan buah jeruk yang disodorkan oleh tian.
"tyas bisa dijual tukar tambah gak sih, ntar gue anter lo ke hartono mall , siapa tau kita bisa nemu yang lebih tinggi, lebih putih, lebih cantik, lebih pendiem dari tyas." Bisik tian di telinga tama namun masih bisa didengar oleh tyas dan juga ibuk
"abaaaaang.!!!" Teriak tyas seraya melempar sekotak tisu kearah tian
Tama tertawa geli melihat tingkah istri dan sahabatnya itu, namun dengan segera tama beranjak dan nyaris berlari kearah tyas memegang tangannya.
"jangan banyak gerak." Titah tama dengan nada tegas ketika mendapati selang infus milik tyas berubah warna menjadi merah, ternyata darahnya malah merambat naik keatas.
Mungkin karena tyas terlalu banyak bergerak sehingga cairan infusnya terhenti.
"aku panggilin perawat bentar." Ucap tama yang berjalan keluar kamar perawatan.
"bang." Panggil tyas kepada tian
"hmm?"
"sejak kapan mas tama bangun ?"
"sejak awal, dia gak tidur." Ucap tian yang kemudian tertawa terbahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
#02 TA ( Tama & Tyas) complete ✓
Romance"kita pernah lebih dari ini, lebih dari sekedar berbagi gelas." Aditama Rajendra "dia seperti pohon pisang, sikapnya seperti daunnya yang meneduhkan disaat hujan, tapi sebenarnya dia lemah seperti batangnya yang akan tumbang dalam sekali tendang." ...