Dua keluarga kecil Rajendra tengah menghabiskan waktu dengan makan siang bersama di foodcourt salah satu mall jogja.
"mbak rara, makannya pelan²." Ucap tyas mengingatkan putrinya yang kini tengah melahap semangkuk mie ayam katsu.
" si rara itu nurunin bapaknya banget ya ? mukanya mirip banget, pintar belajarnya, ngajinya juga." Puji tari. Tari memang ada diantara dua keluarga rajendra itu. Tyas sengaja mengajaknya karena tahu tari tengah galau semenjak putus dari pacarnya seminggu yang lalu.
"usianya berapa sih mbak tahun ini ?" tanya sitha kepada tyas
"hampir empat tahun, sebulan lagi." Jawab tyas
"oh iya, bulan lahirnya sama kayak bapaknya kan ya ?" tanya tari lagi
"iya." Jawab tyas seraya menghapus noda kecap di bibir humaira
"om lama mana mah ?" tanya humaira
"sebentar lagi dateng sayang, kenapa ? kangen ya ?" tanya tyas
"pengen minta beliin clayon yang wadahnya kayak kopel ma." Jawab humaira
"kenapa minta om rama ?" tanya tama seraya menumpukan dagunya diatas puncak kepala humaira karena putri kecilnya itu berada dipangkuannya.
"uhukk." Humaira tersedak makanannya
"pah.anaknya lagi makan, jangan diganggu." ucap tyas kepada tama seraya menyubit pelan pipinya.
"dagu papa lancip banget, nanti kepala lala bolong lo." Gerutu humaira setelah meminum teh hangat yang disodorkan oleh tyas
"sini papa tusuk pipinya aja, biar bolong." Ucap tama yang langsung menekankan dagunya ke pipi humaira
"ihhh papa,... " rengek humaira yang berusaha menjauhkan wajah papanya
"lucu banget sihh mbak." Puji sitha seraya merangkul lengan bima
"nanti bikin yang kayak rara dirumah." Ucap bima yang langsung membuat tama menatapnya tajam
"emang bisa ?" tantang tama dengan senyum mengejek
"bisa dong bang." Jawab bima dengan bangga
"bikin yang mirip lo atau mirip sitha, jangan bikin yang kayak rara, lo gak bakalan bisa karna pabriknya cuman satu si tyas, dan tenaga ahlinya gue." Ucap tama lagi
"ya ampun mbak, kenapa suami kita ngomongnya selalu vulgar ya ?" tanya sitha
"salahin aja tuh bang tama, dia yang ngajarin aku buat tiap hari mesra²an sama kamu." ucap bima seraya mengelus pelan kepala sitha yang tertutup jilbab
"kok gue ?" tanya tama
"sejak lo nikah sama tyas dan bawa dia kerumah, tiap hari tyas lo apa- apain kan ? dan itu selalu kepergok gue sama rama. Cihhh dasar gak tau tempat."
"ngiri aja lo."
"gak ngiri bang, gue mah sekarang udah bisa nyaingin lo." Jawab bima bangga yang langsung mendapat sikutan keras di perutnya
"bundaaaaaaa." Pekik humaira yang membuat tama, tyas, sitha, bima dan tari menengok kearah yang dituju humaira
Seorang gadis dengan kerudung warna peach tersenyum melambai kearah humaira yang tersenyum cerah.
"lohh bunda isna ?" tanya tyas ketika gadis itu sampai di meja mereka.
"iya buk, ini saya." Jawab isna yang langsung menggendong humaira karena sedari tadi rara menjulurkan tangannya minta digendong
"pantes telat, ternyata nyari gandengan dulu ?" tanya bima
"iyaa, jemput dia dulu, dia kuliah sore soalnya. " Jawab rama yang langsung duduk di kursi yang memang sengaja disisakan untuk rama
"bundaaaa." Panggil humaira
"iyaaa. Kenapa ?" tanya isna
"bunda udah ngomong sama om lama belum?" tanya humaira
"udah, bunda udah bilang ke om rama kalau tadi rara udah bisa ngerjain soal penjumlahan." Jawab isna
"telus kapan beli clayonnya ?"
"habis ini kita langsung beli cantiiiiik, kamu pulangnya bareng om sama bunda aja. Mau ?" tanya rama
"mauuuuuuuu." Jawab humaira
Interaksi itu tak luput dari tatapan nanar seorang gadis lain yang tengah duduk mematung dengan tangan yang terkepal menahan sesak di dada. Dia tari.
Sejak humaira berteriak memanggil seseorang, pandangan tari tertuju kepada sosok rama yang berjalan sambil tersenyum senang bersisian dengan seorang gadis yang dipanggil "bunda" oleh humaira.
Bagi tari, rama adalah sosok laki² yang bertanggung jawab dan calon suami idaman. Namun kenyataanya saat itu tari tidak mampu bertahan untuk menunggu rama. Dia memilih untuk beranjak ketika ada uluran tangan laki- laki lain yang menawarkan sebuah komitmen. Dan menyesalkah dia saat ini ?
"ohh iya gue lupa, kenalin ini isna." Ucap rama memperkenalkan
Bima, sitha dan tari pun bersalaman saling memperkenalkan diri. Sedangkan tyas dan tama tidak karena mereka berdua sudah mengenal isna.
Isnaini Qanita merupakan Guru PAUDnya Humaira. Dia sekarang tengah menempuh jenjang kuliah S1 di universitas terbuka. Gadis polos dan manis dengan lesung pipi.
"ehh.... tante tali pacalnya mana ?" tanya humaira
Deg ..
"ya ?" tanya tari kebingungan
"papa sama mama, om bima sama tante sitha, om lama sama bunda, telus tante tali sama siapa ?" tanya humaira
"anak lo terlalu pintar bang." Ucap bima
"sayaaang, sini sama papa." Ucap tama seraya menggendong humaira supaya kembali kepangkuanya
"lo pesen makan dulu sana gih. " bima menyuruh rama
"biar aku aja yang pesen mas, kamu pengen makan apa ?" tanya isna
"kayak biasanya aja." Jawab rama
"minumnya teh anget ?"
"iya, sama air mineral satu."
"loh air mineral punyamu masih utuh di tasku."
"ohh yaudah. Bayarnya ambil di dompetku aja. Masih ada di tasmu kan ?"
"iya." Jawab isna seraya membuka tas ranselnya dan mengeluarkan air mineral
"bundaaaaaaa ikuuuuuuut." Rengek humaira yang dibalas senyuman oleh isna dan kemudian menggendongnya
Isna meninggalkan keenam orang yang kini terdiam dengan aktivitas masing². Bima yang menyuapi sitha dan tama yang mengamati gerakan jemari istrinya yang tengah memandangi sebuah gambar idol korea di instagram.
Rama menatap lurus kearah tari yang menunduk seraya memainkan sedotan es tehnya. Jujur rama merindukan moment² berdua dengan tari, moment dimana mereka masih dekat satu sama lain, namun sekarang hanya untuk status teman saja terasa sulit.
Tarilah yang memulainya, memulai untuk mundur,merentangkan jarak, mengacuhkan rama dan menjauh dari rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
#02 TA ( Tama & Tyas) complete ✓
Romance"kita pernah lebih dari ini, lebih dari sekedar berbagi gelas." Aditama Rajendra "dia seperti pohon pisang, sikapnya seperti daunnya yang meneduhkan disaat hujan, tapi sebenarnya dia lemah seperti batangnya yang akan tumbang dalam sekali tendang." ...