dan semakin berkembang saat ..

5.6K 586 3
                                    

Dan terulang lagi, setelah 2 tahun yang lalu hatinya dihancurkan karena kepergian sang ayah, sekarang ibunya pun menyusul.

Bahkan kejadiannya juga sama, ibunya meninggalkannya di saat ia tengah mengikuti pelajaran di sekolah.
bedanya hanya sekarang seragam yang ia kenakan adalah seragam SMA.

sejak ayahnya meninggal, ibunya jadi sakit² an, dan tadi pagi ibunya hanya mengeluh sakit perut. tama dan kedua adiknya pun berangkat sekolah seperti biasa, dan ibunya di rumah di temani oleh dua tantenya.

  Namun saat pergantian jam pelajaran ketiga, tama dipanggil oleh wali kelasnya. Saat menuju ruang kantor guru, tama bisa melihat dengan jelas wajah pamannya .

Dalam hati tama berujar “ lagi “.

Dan ketika sampai di rumah, hal yang sudah ia duga pun terbukti. Orang yang paling tama sayangi, meninggalkannya lagi.

Mulai detik ini, langkah tama semakin tegap dan keyakinannya semakin kokoh. Hanya tinggal dia dan dua adik lelakinya. Sekarang bukan hanya peran ayah yang harus ia mainkan, namun juga peran seorang ibu.

Sejak jenazah ibunya dikuburkan, tama tidak melihat sosok gadis kecil itu lagi, tyas, adik dari tian sahabatnya.

Bakda shalat isya' akan diadakan pengajian yasinan di kediaman tama. Tama yang tengah berbincang dengan beberapa kerabat tersentak ketika merasakan sebuah tepukan di bahunya.

“gue pinjem kamar lo ya, adek gue lemes banget nih, dia sakit tapi maksa buat ikut kesini, lagian di rumah gak ada orang, bapak sama ibuk juga kesini. “ pinta tian kepada tama sambil menggendong tyas di pundaknya

“oke,langsung masuk kamar aja, gak gue kunci.” Jawab tama

“oke, thanks.”

Tian bergegas untuk menuju kamar tama, dari kejauhan terlihat tama yang menatap lurus kearah tubuh tyas yang berada dalam gendongan tian.

Seulas senyum terbit diujung bibirnya.

Sebelum tamu pengajian berdatangan, tama beranjak menuju kamarnya untuk mengambil peci. Diatas kasurnya terbaring tubuh tyas yang meringkuk. Tama mendekat dan mengelus kening tyas secara perlahan.

. Tyas mengernyit dan kemudian membuka matanya, dia tersenyum yang kemudian menular kepada tama.

Tama duduk bersila di lantai sambil menopangkan dagunya di atas kasur memandangi wajah tyas yang menatapnya sayu.

“abang gak boleh nangis.” Ucapnya pelan

“hmm ?” jawab tama

“abang gak boleh nangis, walaupun gak ada yang masakin abang lagi. Abang boleh kok main ke rumah iyas kalau laper. Nanti biar dimasakin sama ibuknya iyas. Nanti kalau iyas udah gede, nanti iyas janji buat masakin makanan enak buat abang. Kalau sekarang gak bisa, soalnya tinggi iyas gak nyampe sama kompornya.”

Tama terkekeh dan kemudian memajukan tubunhya mendekat ke arah wajah tyas. Mengecup sekilas keningnya, meskipun agak basah karena keringat.

“kalau aku minta sesuatu, kamu bakal kabulin gak ?” tanyanya

“apa bang ?”

“mulai sekarang jangan panggil aku abang.”

“terus?”

“panggil mas, ya.”

“kenapa ? kan kamu temennya bang tian ?”

“gpp. Mau kan ? panggil mas.”

“oke.”

“bagus. Yaudah tidur lagi gihh. “

“aku laper mas.”

“mau makan ?”

Tyas tidak menjawab, namun ia beranjak bangkit dari tidurnya dan mengulurkan kedua tanganya kedepan.

“gendong.. pusing kalau jalan.” Pinta tyas

Tama tersenyum dan segera membawa tubuh tyas kedalam gendongannya. Tama berjalan menuruni anak tangga menuju arah ruang tengah tempat kerabat perempuan tengah menyiapkan snack untuk pengajian.

Tyas terus saja memeluk erat leher tama.

“ehh anak ibu kenapa ?” tanya ibu ratna, ibu dari tyas sambil berjalan mendekat ke arah tama

“kebangun buk, katanya laper.” Jawab tama sambil membiarkan ibu ratna mengambil tyas dari gendongannya.

“ya ampun kamu udah kelas 5 kok masih aja selalu minta gendong sih dek. “ ucap ibu ratna sambil mengelus punggung tyas

“yaudah kamu langsung ke depan aja, acaranya udah mau mulai.” lanjut bu ratna sambil mengelus puncak kepala tama lembut

tama bergegas ke arah ruang tamu dengan perasaan yang lebih ringan.

"tyas." gumam tama pelan

#02 TA ( Tama & Tyas) complete ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang