soon to be a daddy

6.1K 487 8
                                    

Jam setengah 3 pagi, tama bangun untuk menunaikan shalat tahajud. Beberapa pesan yang ia kirimkan tadi kepada tyas , belum mendapatkan balasan. Mungkin tyas kecapek'an pikir tama.

tama yang bosan karena tak kunjung mengantuk lagi, akhirnya iseng membuka instagram. Satu insta story milik tari membuat tama terperanjat dan langsung duduk di tepi ranjang.

 Satu insta story milik tari membuat tama terperanjat dan langsung duduk di tepi ranjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nafasnya memburu dan ulu hatinya terasa nyeri.
dengan cepat ia mencari kontak rama dan menelponnya.

“assalamu'alaikum.” Sapa rama dengan suara serak khas orang bangun tidur.

“mana tyas ?!” teriak tama

“.........”

Tama beranjak dari ranjang dan bergegas keluar menuju kamar milik Haris, menggedornya dengan keras sampai sang empunya bangun membuka pintu dengan wajah kaget.

“kenapa ?” tanya haris

Tama langgsung masuk ke kamar haris dan mengobrak – abrik tas milik pemuda yang sekarang hanya memakai boxer dan bertelanjang dada sambil memeperlihatkan wajah bingung itu.

“gue pinjem mobil lo, gue mau pulang, istri gue masuk rumah sakit.” Ucap tama seraya menepuk pelan pundak haris dan bergegas keluar kamar.

Tama berlari ke arah parkiran, hanya dengan sepasang sandal jepit, celana pendek, kaos oblong, ponsel dan dompet di tangan kirinya, ia nekat pulang kembali ke jogja.

Sepanjang jalan dia terus saja merapalkan doa untuk sang istri, meskipun beberapa kali dia juga kedapatan tengah mengumpat kasar. Jalanan cukup sepi dan sangat lancar membuat tama memacu kendaran dengan kecepatan tinggi. Beruntung beberapa traffic light masih menyala warna orange sehingga ia tak perlu untuk berhenti disetiap perempatan.

Perasaannya gamang sampai ia tak memperdulikan keselamatannya sendiri. Yang ia pikirkan hanyalah keadaan istrinya.

Kurang dari satu jam, tama sudah sampai di klinik. Tatapan kaget dan kagum terpancar dari wajah rama dan juga tari karena secepat itu tama bisa sampai ke jogja.

“jangan di bangunin, dia baru aja bisa tidur jam 1 tadi.” Ucap rama sebelum mempersilahkan tama masuk ke ruang perawatan tyas

“dek.” Panggil tama lirih

Tangannya terulur menggenggam tangan tyas secara perlahan, berharap tyas tidak terbangun.

Rama menaruh 2 benda diatas selimut yang membungkus bagian perut milik tyas.

 Tama terdiam selama beberap detik, dengan tangan bergetar dia mengambil kedua benda itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tama terdiam selama beberap detik, dengan tangan bergetar dia mengambil kedua benda itu.

Ada selembar foto hitam putih dengan obyek benda kecil berwarna hitam dengan cetakan tulisan nama lengkap tyas di sudut kanan atas. Dan satu benda lainnya adalah testpack dengan dua garis merah pertanda positif.

“selamat bang. Usianya 3 minggu” Ucap rama menepuk bahu tama yang mulai bergetar dan kemudian terdengar isakan kecil.

“tyas gak mens bang, dia pendarahan ringan, dokternya bilang itu wajar untuk trimester pertama. Tadi darahnya sampai kemana² karna ternyata tyas kehabisan pembalut jadi nodanya merembes.” Rama menjeda penjelasannya dan terpaku menatap kakak tertuanya yang sekarang tengah menangis dalam diam.

“dokter juga bilang, keadaan ibu dan janinnya sehat, karena masih rawan diminta untuk jangan sampai kecapek'an dan stress.” Imbuh rama


Tuk ....



Tama memukulkan gagang testpack ke arah jidat rama.

“aduhh bang, jorok ihh. Itu bekas dicelupin di pipis.” Protes rama sembari mengelus keningnya dengan tangan dan kemudian mengendus² tangannya sendiri

“kenapa gak kasih kabar ?” tanya tama

“tyas yang minta, malahan dia nyuruh gue sama bang bima buat ngasih taunya besok pas lo udah balik.” Jawab rama

Tama menatap tajam kearah rama yang membuat rama terkekeh geli dan mengangkat kedua tangannya.

“lo banyak berubah ya bang .” ucap rama

Tama menaikkan satu alisnya dan menatap rama yang berjalan menuju sofa, menyelimuti tubuh tari yang ternyata sudah terlelap tidur meringkuk di sofa.

“lo yang dulu kaku, irit ngomong, datar gak punya ekspresi,  sekarang berubah total semenjak ngebucinin si tyas. Sekarang ..... lo makin hangat bang sama gue dan juga bang bima. Sebegitu besarnya pengaruh tyas buat lo.”

Tama kembali menatap wajah pulas istrinya dan tersenyum.

“lo gak bakalan tau gimana rasanya, dulu gue fikir hidup gue cuman tentang elo sama bima, tapi semenjak ada tyas, gue ngerasa hidup gue lebih lengkap, lebih sempurna dan bermakna. Kalian bertiga punya posisi dan porsi masing² di hati gue maupun di hidup gue. Dan yang pasti, kalian bertiga adalah hal paling berharga yang gue punya.” Ucap tama

Rama tersenyum bahagia, namun sedetik kemudian dia memilih untuk merebahkan diri disamping Tari. Kebetulam sofanya lumayan lebar dan memang di desain untuk pengganti tempat tidur.

“dasar !!! udah tau istri lagi sakit dan baru aja bisa tidur ehhh masih aja sempet²nya digerayangi.” Gumam rama ketika melihat tama mencium kening dan bibir tyas bergantian.

Sebelum jatuh terlelap, pikiran rama kembali kepada kejadian tadi sewaktu bima dan tari tiba di klinik.

“bang !!! gue pengen nikah.” Satu kalimat itu lolos dari mulut rama , menyambut kedatangan bima dan tari dengan wajah panik

Kalimat itu meluncur bukan tanpa alasan, tadi dokternya mengira kalau rama adalah suami dari tyas. Jadi dokter langsung mengucapkan selamat karena ia akan menjadi seorang ayah.

Rama yang mendengar ucapan itu tadi langsung berdebar dan bahagia. Namun kemudian dia tersadar, bagaimana jadi ayah kalau istri saja dia belum punya.

Mungkin yang dirasakan tama saat ini sama dengannya tadi. Bahkan mungkin lebih bahagia lagi karena janin dalam kandungan tyas adalah benar² darah dagingnya sendiri.

Dasar dokter kurang ajar, bisa²nya tadi membuat rama terjebak halusinasi sesaat hahaha

Tapi mungkin seperti itu rasanya ketika nanti suatu saat dia mendengar kabar kehamilan istrinya.


Istrinya ?


Rama menoleh menatap wajah Tari disampingnya dan kemudian tersenyum.

“semoga “ bathin rama









Beberapa kilo meter dari klinik, ada seorang pemuda dengan jas dokter yang masih melekat ditubuhnya memasang wajah bahagia yang tak pernah luntur sejak tadi.

“pak, buk, kita punya anggota keluarga baru lagi, calon cucu kalian.” Ucap bima seraya memandangi potret kedua orang tuanya di layar ponselnya

“bang tama bakalan jadi seorang ayah, dan bakalan ada yang manggil aku sama rama dengan sebutan Om.” Imbuh bima

Satu tetes air mata mengalir dari sudut mata milik bima.

Malam ini, ketiga putra Rajendra sama² tersenyum bahagia menyambut calon anggota baru, setelah beberapa tahun silam ketiganya dirundung duka karena kepergian dua orang terkasih.

Tuhan menyayangi mereka bertiga, setelah sebelumnya Tuhan mengirimkan tyas, sekarang Tuhan tengah mengirimkan satu cahaya lagi yang akan menambah kehangatan di tengah keluarga kecil Rajendra itu.


alhamdulillah.” Ucap ketiganya dalam hati bersamaan

#02 TA ( Tama & Tyas) complete ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang