tyas pov
Seusai numpang shalat ashar di rumah gue, mas tama kembali duduk di ruang tamu sama bang tian, bapak dan juga ibu. Sedangkan gue disuruh ke dapur buat bikin minuman sama ngambil camilan.
“mbak, sini duduk sama bapak .” pinta bapak ke gue setelah gue naruh minuman dan camilan di atas meja.Gue duduk di samping bapak dengan pandangan menunduk takut. Bang tian dan ibuk duduk di sofa sebelah kanan gue dan mas tama ada di depan seberang sofa gue duduk.
“seperti yang sudah saya sampaikan ke bapak tadi, saya serius dan yakin untuk meminta restu serta ijin dari bapak. Sebenarnya sudah sejak lama saya menaruh hati kepada tyas, dan saya rasa kali ini waktu yang tepat untuk mengutarakan niat baik saya melamar tyas untuk saya sendiri. Maaf karena saya hanya datang sendiri karena bapak tau bagaimana keadaan keluarga saya. Saya janji untuk kedatangan saya selanjutnya nanti saya akan membawa beberapa perwakilan keluarga saya untuk melamar tyas secara resmi. Saya tidak bisa menjanjikan kehidupan yang lebih dari apa yang sampai saat ini bapak berikan kepada tyas, tapi saya akan berusaha menjamin supaya tyas tidak pernah kekurangan. Saya akan menyayangi dan memperlakukan tyas sebagaimana yang diajarkan ayah saya dulu tentang bagaimana cara menyangi seorang perempuan. Apakah boleh saya meminta tyas untuk menjadi milik saya pak ?” tanya mas tama
Jantung gue berdebar hebat, bahkan beberapa kali gue menggigit bibir bawah gue agak keras. Menahan tangis haru dan rasa bahagia yang menguar bersamaan. Perasaan gue saat ini sama sekali gak bisa dijabarin.Suatu saat kalian bakalan ngalamin, saat dimana seorang laki – laki datang dan berbicara kepada bapak untuk meminta kita menjadi miliknya. Rasanya kayak ... mmm entahlah....
“menikah bukan hanya menyatukan dua individu nak, tapi juga menyatukan dua keluarga. Apa keluarga kamu mau menerima tyas sebagai bagian keluargamu?” tanya bapak
“insyaalloh mereka menerima, teelebih kedua adik saya, bima dan rama, mereka telah mengenal tyas dan setuju kalau tyas menjadi istri saya.” Jawab mas tama tegas
Deg ..
bang bima ??
Rama ??
Setuju ??
What ..!!!!!
Mereka udah tau ?
“mbak, gimana ?” tanya bapak ke gue sambil menggenggam tangan gue
“hmm.”
“kamu dengerkan apa yang diomongin nak tama barusan?”
“iya.”
“jawaban bapak tergantung sama kamu nak, kamu yang bakalan menjalaninya, bagaimana ? kamu mau nerima lamaran nak tama untuk menikah dengan dia?”
Gue menengok sekilas ke arah ibuk, bang tian dan mas tama. Gue lihat mas tama senyum ke arah gue. Setelahnya gue tatap kedua mata bapak dan gue mengangguk.
“tyas mau pak.”
“alhamdulillah.” Ucap bang tian, ibuk dan mas tama berbarengan
“kamu sudah dengar sendiri kan jawaban tyas, bapak tunggu kedatangan keluarga kamu kesini nak.” Ucap bapak
“baik pak, terimakasih ijinnya.”
“yess, ibuk punya mantu.” Pekik ibu gue yang terlihat heboh
Dia beranjak dari duduknya dan mendekat kearah mas tama, memeluk dan mengelus kepalanya.
“ratih pasti seneng banget punya besan kayak ibuk hahahaha.”
Ratih ?
Gue langsung melihat ekspresi mas tama waktu mendengar nama itu disebut. Yang gue dapati adalah senyuman mas tama yang semakin lebar.
“makasih karena ibuk gak pernah ninggalin tama dan selalu bisa bikin tama gak kehilangan sosok ibu. Makasih karena ibuk selalu ngasih kekuatan disaat tama mulai banyak mengeluh. Makasih buk.”
“buk, peluknya gak usah lama².” Ucap bang tian sewot
“kenapa ? cemburu kamu ?” ibu melepaskan pelukanya dari mas tama dan beralih menatap nyalang ke arah bang tian
“ntar ke-enakan si tamanya, sekarang dipeluk ibuk, ntar pulangnya gantian dipeluk sama tyas.” Ucap bang tian lagi
“heh, gak boleh peluk² ya.... kan belum halal.. ya kan pak ?” tanya ibu ke bapak
“iya.”
Mas tama menatap gue dengan senyum yang gak pernah luntur sejak tadi. Sebentar lagi semuanya akan berubah.Semula ....
Dia hanyalah temen dari abang gue, bang tian
Dia hanyalah abang dari temen gue, rama
Dan sebentar lagi dia bakalan jadi .... suami gue
Kyaaaaa !!!! boleh jingkrak jingkrak gak sih
Aduhh
KAMU SEDANG MEMBACA
#02 TA ( Tama & Tyas) complete ✓
Romance"kita pernah lebih dari ini, lebih dari sekedar berbagi gelas." Aditama Rajendra "dia seperti pohon pisang, sikapnya seperti daunnya yang meneduhkan disaat hujan, tapi sebenarnya dia lemah seperti batangnya yang akan tumbang dalam sekali tendang." ...