cinta itu tumbuh saat ...

5.9K 584 3
                                    

flashback on

12 tahun yang lalu ....

Rumah ber cat coklat muda itu tengah dipenuhi oleh beberapa kerabat dan tetangga. Bendera putih terpasang di depan pintu masuk. Suara orang mengaji terdengar bersahutan.

Seorang gadis kecil yang memakai baju muslim tanpa jilbab tengah berjalan menuju ke arah bagian dalam rumah dan berhenti di depan sebuah kamar yang pintunya setengah terbuka.

Terlihat seorang pemuda dengan seragam SMP yang masih melekat ditubuhnya tengah duduk di tepi ranjang sambil menundukkan kepalanya.

Gadis itu mendekat perlahan dan berdiri tepat di depan pemuda tersebut.

Pemuda itu mendongakkan kepala dan menatap datar pada gadis kecil yang ada di depannya.

“abang jangan nangis.” Pinta gadis kecil itu

Sang pemuda hanya menaikkan satu alisnya.

“nihh pelmen buat abang.” Gadis itu menyodorkan sebuah permen lolipop berbentuk kaki warna merah ke arah depan mulut pemuda itu.

Gadis kecil itupun merasa gemas karena sedari tadi pemuda di depannya hanya terdiam dengan raut wajah yang datar. Dengan nekat gadis itu mencubit sebelah pipi pemuda itu sehingga ia membuka sedikit mulutnya untuk mengaduh, namun dengan sigap gadis itu menjejalkan permennya ke dalam mulut pemuda tersebut.

Permen merah dengan rasa manis itupun langsung memenuhi mulut pemuda itu, sedangkan gadis itu tertawa lebar menampilkan deretan giginya yang putih namun dengan bibir yang penuh dengan ludah bekas menyesap permen.

Pemuda itu kemudian terkekeh sambil menyeka sedikit ludah gadis itu yang tadi memenuhi permen dan sekarang menempel di sudut bibir pemuda tersebut.

“abang jangan nangis.” Ucap gadis itu lagi sambil duduk menempel di dekat pemuda itu.

Gadis itu duduk semakin mendekat dan menumpukkan kedua sikunya diatas paha pemuda itu. Kedua tangannya membingkai wajah mungilnya sambil menatap ke arah pemuda yang tengah mengulum permen itu.

“aditama lajendla.” Gadis itu membaca name tag seragam pemuda itu dengan lancar meskipun sulit untuk mengucapkan huruf R.

“abang jangan nangis ya, abang udah nggak punya bapak, nanti bapak aku boleh kok buat abang, kita bagi beldua, abang boleh kok peluk bapak, nanti kita gantian peluknya, mmmm abang juga boleh minta uang jajan sama bapak, tapi jangan banyak² ya.” Ucap gadis itu

Pemuda itu atau Aditama Rajendra hanya tersenyum kecil menanggapi celotehan gadis kecil yang baru menempuh pendidikan kelas 3 SD tersebut.

Aditama atau bisa dipanggil tama, baru saja kehilangan sosok ayah dalam hidupnya. Sosok tiang penyangga dalam keluarganya, sekarang peran itu akan berpindah padanya. Dimana ia akan menjadi tiang pengganti untuk kedua adik laki²nya dan juga ibunya.

Sejak wali kelas memanggilnya di kelas 1 jam yang lalu yang memberitahukan bahwa ia harus pulang karena ada paman yang menjemputnya, hati Tama telah membeku. Firasat sejak pagi yang selalu menghantuinya pun menjadi kenyataan. Ayah yang ia kagumi kini telah tiada, penyakit astma akut telah merenggut nyawanya. Sebagian kecil hati tama merasa lega, karena sekarang ayahnya tidak merasakan sakit lagi.

Hidup tetap harus berjalan dengan ada atau tidak adanya ayahnya. Dia harus menjadi laki – laki yang kuat.
Hatinya sakit dan hancur, namun ia tidak bisa menangis kali ini.

Suara gemerutuk gigi membuat mata gadis kecil itu membola. Dengan tangan kecil itu dia menampar lengan Tama. Tama sedikit terlonjak dan menatap bertanya pada gadis kecil itu.

“kenapa di kunyah abang, kan itu punya iyas, jangan dihabisin “ pinta gadis kecil itu sambil memanyunkan bibirnya

Tama terkekeh dan kemudian mencabut permen lolipopnya yang hanya tertinggal batang yang berwarna putih.

“tuhh kan abis pelmennya.” Gerutu gadis itu

“nihh buat beli nanti. Cukup kan ?” tama mengeluarkan uang lembar 20.000 an kepada gadis itu. Seketika raut bahagia tergambar jelas di wajahnya.

“ini buat iyas semua ?” tanyanya heran

“iya.” Jawab tegas tama sambil beranjak menuju lemari pakaian untuk berganti baju dan harus segera turun menemui para pelayat.

“yey.. uhuy.. bisa beli satu toples pelmen.” Girang gadis itu sambil menggoyang- goyangkan kakinya yang menggantung.

“tyas !!!” terdengar suara teriakan dari arah luar kamar

“abaang.” Jawab gadis kecil itu

“kamu ngapain disini, ayok turun, biarin bang tama ganti baju dulu.”

Ucap seorang pemuda yang memakai baju seragam SMP sama dengan tama. Name tag bertuliskan Septian Dwi Rangga tercetak di dadanya.

“oke abaaang.” Gadis itu bangkit dari duduknya dan segera berjalan keluar kamar menghampiri tian.

“kamu habis ngapain sih dek ?” tanya tian

“ohh ngoblol sama bang tama.” Jawab gadis itu. Gadis yang bernama tyas laksmita putri.


#02 TA ( Tama & Tyas) complete ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang