Tyas yang semula terlelap mengernyitkan dahinya ketika merasakan semilir angin menerpa wajahnya, dia pikir mungkin itu karena kipas angin. Namun setelah diperhatikan, hembusan angin itu terasa hangat dan beraroma kopi. tyas membuka mata dan menemukan wajah suaminya tepat di depan wajahnya.
"mas." Panggil tyas"hmmm."
"ngapain ?" tanya tyas
"dari tadi rara main sama bima juga rama, aku gak diajakin." Keluh tama karena sedari pagi tadi humaira ditawan oleh kedua adiknya.
bima dan rama bergantian menggendong humaira, mengajaknya bermain dan ketika tama ingin mengajaknya bermain ternyata humaira malah sudah terlelap tidur bersama bima dan rama di kamar bima.
"kasian ." ucap tyas seraya memainkan rambut tama yang menutupi keningnya
"rambut kamu udah panjang banget, besok potong rambut gih, masa dosen rambutnya gondrong."
"iya, tapi besok temenin ya."
"oke."
Gantian tama sekarang yang mengusap sudut bibir tyas.
"kenapa ekspresinya masih kayak gitu ?" tanya tyas
Tama tidak menjawab pertanyaan tyas dan malah menekan - nekan bibir bawah tyas dengan jari telunjuknya.
"katanya mereka lagi main, kok gak kedengeran suaranya ?" tanya tyas lagi
"baru aja aku tengokin mereka ternyata udah pada pules tidur siang."
"kamu pengen main sama rara ?"
"hmmm."
"raranya kan lagi tidur, main aja sama aku yuuuk." Ajak tyas yang bangkit dari tidurnya
Tama tersenyum dan langsung membopong tubuh tyas, menggendongnya ke kamar mereka di lantai dua. Sesaat ketika melewati kamar bima yang pintunya sedikit terbuka, tama sempat berhenti dan terkekeh.
"ternyata ada gunanya lo berdua hidup." Bathin tama
Jam setengah tiga sore terdengar suara tangisan humaira yang membuat tyas bergegas lari menyambangi putrinya itu.
"ututututu sayang anak mama kenapa?" tanya tyas seraya menggendong humaira dan menimangnya
"ooooooo kamu pipis ya, hiiiii basah, hiiiiii " ucap tyas sambil mencium kedua pipi humaira bergantian, hal tersebut sukses menghentikan tangisnya dan membuat humaira tergelak menepuk- nepuk wajah tyas
"mandi sekalian yuuuuk, habis itu nenen." Ajak tyas menggendong humaira keluar kamar bima
"nnnnnnnnnn." Ucap humaira
Usianya sekarang 4 bulan lebih, dia sudah mulai bisa bergumam, menegakkan kepalanya dan menggenggam mainannya.
"lah bang, ngapain ? shirtless gitu, diluar lagi hujan kan ?" tanya rama
"habis fitnes." Jawab tama yang meninggalkan keduanya
"lah ? sejak kapan bang tama ngegym ?" tanya rama
"bukan ngegym, otak lo tuh kadang lemot ya, lo gak liat tadi tyas cuman pakai kaosnya bang tama, rambutnya juga acak²an kayak singa."
"shit." Umpat rama yang mulai paham
Di kamar sebelahnya, tama membaringkan tubuhnya disamping humaira yang sudah telanjang menunggu tyas menyiapkan air panas.
"awrghhh hhhhhh nnnnnnn ." ucap humaira
"kamu ngomong apa sih ? " tanya tama
"aghghghhhhhhh." Jawab humira
"astaga, ngomong sama kamu musti pakai subtittle ya, downloadnya dimana ya ?"
"yyyyyyyyyyyyyy."
"kamu gemesin banget sih, sini cium."
Tama memajukan wajahnya berniat untuk mencium humaira, namun...
"aduhhh, kok papa di colok sih matanya."
"khkhkhkhkhkhkh."
"kamu nakal yah, sini papa gigit." Ucap tama yang langsung mencium pipi kanan humaira dan menekannya membuat kedua kaki humaira menendang - nendang dada tama
"mah, anak kamu nakal nihh, masa papa di tendang²." Adu tama kepada tyas yang datang membawa handuk kecil
"uluh uluhhhh mana yang nakal, yukkk main air yuuk." Ucap tyas yang membopong humaira menuju kamar mandi
"pah," teriak tyas memanggil tama
"hhpppppppp." Gumam humaira yang membuat tyas tekikik
"apa sayang, panggil coba pa.... pa ... pa... pa."
"arwghhh blub blub blub" humaira malah memainkan lidahnya sehingga bibirnya penuh dengan ludah
"pah, papah.!!?" Teriak tyas lagi
"ya, kenapa mah ?" tanya tama yang sekarang sudah berdiri di ambang pintu kamar mandi
"tolong siapin perlengkapan rara ya, ada di kranjang pink, tolong taruh diatas ranjang."
"oke mah." Jawab tama, namun ia malah mendekat kearah tyas
"anak papa seneng banget mainan air." Ucap tama
"papapapapapapa." Ucap humaira sambil memainkan kedua tangannya sehingga membuat bunyi kecipak air
Deg .....
Tama terdiam mendengar celotehan putrinya itu, dokter bilang bayi usia 4 bulan sudah mulai bisa berbicara meskipun hanya mengucapkan satu huruf. Dokter juga menyarankan supaya kedua orang tua selalu aktif mengajak bicara bayinya supaya bayi semakin aktif berbicara. Dan baru saja, putrinya itu bergumam memanggilnya.
Tama mengulurkan tangannya untuk menyentuh permukaan kaki humaira dan mengelusnya.
"awwrghhhhhh kkkkkkk." Ucap humaira
"jail banget sih kamu pah, itu rara kegelian kamu usap kakinya." Protes tyas yang malah mendapatkan satu kecupan di pelipisnya
"habis ini, gantian aku yang dimandiin kamu ya ." Ucap tama
Tyas tersenyum menatap punggung suaminya yang menjauh,
kebahagian tidak hadir sendiri tapi harus dipanggil, diusahakan dan diciptakan.
Bagi tyas, menikah muda adalah sebuah pilihan. Dia tidak lagi menghiraukan omongan orang lain. Bukankah tidak masalah jika kita punya ijazah sarjana tp berakhir menganggur, dan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Asalkan suami tidak mengeluh dan menuntut lebih, itu tidak masalah. Memangnya ada masalah jika jadi seorang ibu yang berpendidikan ?
Seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya, ilmu yang tyas punya bukankah bisa ia gunakan untuk mendidik dan mengajari anaknya sendiri ?
Teruntuk kalian yang selalu menjadi sorotan dan bahan gunjingan tetangga, bersabarlah dan nikmatilah. Tetaplah fokus pada tujuanmu. Sesakit apapun mereka melukai perasaanmu, ingatlah bahwa mereka hanyalah orang² yang terkurung dalam perasaan iri, ketidakpuasan,bahkan dendam karena tidak bisa menjadi seperti dirimu. Dan yang perlu kalian lakukan adalah menertawakan setiap ucapan dan polah tingkah mereka. Jangan diambil hati kalau kamu tidak ingin menderita penyakit hati. 😜
••• end•••
----------------------------------------------------------
author : mau extra part ? 😬
KAMU SEDANG MEMBACA
#02 TA ( Tama & Tyas) complete ✓
Romance"kita pernah lebih dari ini, lebih dari sekedar berbagi gelas." Aditama Rajendra "dia seperti pohon pisang, sikapnya seperti daunnya yang meneduhkan disaat hujan, tapi sebenarnya dia lemah seperti batangnya yang akan tumbang dalam sekali tendang." ...