tiga tahun empat bulan kemudian ...
tama tengah duduk di ranjang seraya memeluk tubuh istrinya. Keduanya kini tengah berada di kamar tama, kamar yang belasan tahun lalu menjadi saksi bisu awal mula cinta tama tumbuh untuk tyas, kamar yang berada di rumah kedua orang tua tama.
“yang ikhlas.” Ucap tyas mengelus belakang kepala tama
“hmm.” Gumam tama
“mereka akan selamanya jadi adik kecil buat kamu, umur mereka selalu bertambah, tingkat kedewasaan juga, namun dimata kamu mereka akan selalu menjadi adik kecil yang tak pernah bisa lepas dari genggamanmu. “
“rasanya baru kemarin aku ngeliat dia nangis ketika bapak dan ibu meninggal, rasanya baru kemarin aku marahin dia waktu pulang dalam keadaan seragam yang penuh warna karena ikut ngerayain kelulusan, rasanya baru kemarin ......” ucapan tama terhenti dan terdengar isakan kecil yang membuat mata tyas ikut berembun.
“adik yang kamu rawat, kamu jaga dan kamu sayangi besok bakalan jadi seorang suami. Kamu harus ikhlas, kasih dia restu dan doa supaya dia mampu menjadi imam yang baik, serta suami yang mengayomi istri dan anaknya kelak.” Ucap tyas
Tyas menarik pelan kepala tama yang semula bersandar di dadanya. Merangkum wajah tama dan mengusap air mata di sudut matanya.
“dengan dia menikah, bukan berarti tugas kamu selesai. Kamu masih tetap menjadi seorang kakak sekaligus orang tua yang akan selalu dia cari, yang akan selalu dia ingat, dan akan selalu dia kunjungi, karena kamu juga rumah bagi dia. Dia gak pergi dari kamu mas, dia masih berada di tempatnya, hanya saja ada seseorang yang akan menemaninya berjalan sekarang. Seseorang yang akan dia bawa pulang, dan datang ke hadapanmu sebagai seorang adik baru buat kamu, adik ipar. Buka pintu rumah kamu buat Sitha, sambut dan ulurkan tanganmu buat dia, yakinkan kalau dia telah diterima menjadi anggota keluarga kita. Kamu,mulai besok adalah seorang kakak sekaligus ayah bagi Sitha, layaknya adik kamu yang menganggapmu sebagai kakak sekaligus pengganti ayah.” Imbuh tyas yang kemudian mengecup kening tama
“kamu..... yang belasan tahun lalu nyuruh aku buat gak nangis, ternyata sampai sekarangpun kamu selalu ada dan ngasih kekuatan setiap kali aku ngerasa pengen nangis. Makasih sayang.” Ucap tama menarik tengkuk tyas dan mencium bibir tyas, memagutnya, menghisapnya dan ...... entahlah .....
“nghhhhh.” Tama melengguh dan melepaskan tautan bibirnya ketika merasakan lidahnya digigit keras oleh tyas
“udah tiga tahun nikah, baru sekarang manggil sayang.” Gerutu tyas seraya mengerucutkan bibirnya kesal.
Tama terkekeh seraya mengusap bibir bawah tyas yang basah. Kemudian tama menarik tubuh tyas supaya berada diatas pangkuannya, dan memeluk erat pinggang istrinya itu.
“rara aja tiap hari kamu panggil sayang.” Protes tyas seraya memainkan kancing teratas kemeja tama
“tapi kan kamu yang aku cium tiap hari, aku peluk terus aku hmmmmppt.” Tama tidak melanjutkan ucapannya karena tyas keburu membungkam mulutnya dengan tangan
“udah, gak usah dilanjutin.” Sergah tyas
Tama menurunkan tangan tyas dari mulutnya dan kemudian mencium seluruh wajah tyas dengan gemas.
Tok ... tok ... tok
Sepasang suami istri itu tersentak dan langsung menatap kearah pintu yang memang sedari tadi terbuka. Terlihat bima yang berdiri dengan mengangkat telapak tangannya untuk menutupi kedua matanya.
“udah makin tua, bukanya insyaf dan waspada eh malah makin jadi.” Ucap bima yang berjalan masuk ke arah tama dan tyas
“lain kali jangan lupa kunci pintunya dulu.” Imbuh bima
Tyas turun dari pangkuan tama, beranjak mengambil jilbab, memakainya dan kemudian meninggalkan keduanya.
“kenapa ?” tanya tama
“gue mau pamit berangkat sekarang bang.” Ucap bima yang kini duduk tepat disamping tama
“sama rama juga kan ?”
“iya.”
“jangan nyetir sendiri.”
“iya.”
“jangan lupa, nanti tahajud. Berdoa minta supaya dilancarkan.”
“iya.”
“jangan lupa bismillah.”
“iya.”
“tetep fokus dan jangan lupa hafalin Ijab Qobulnya.”
“iya.”
“lo ... udah makan ?”
“udah.”
“jangan lupa, setelah sampai disana langsung istirahat, kalau perlu langsung tidur.”
“iya.”
“jadilah suami yang mampu mengimami istri lo sesuai syariat agama, kasihi, lindungi istri lo. “
“iya.”
“meskipun lo kepala keluarga, janganlah bersikap dominan, tetaplah memikirkan keinginan istri, tetap pertimbangkan apapun kehendak istri. Keluarga itu dua menjadi satu, berjalan beriringan, bukan satu memerintah dan satunya mengikuti. Ingat .. !!!. lo meminta seorang gadis untuk menjadi milik lo, jadi lo harus bener² ngejaga dia, jangan kecewakan orang tuanya yang udah ikhlas ngelepas anak gadisnya buat lo. “
“iya.”
“segala sesuatu bisa dimusyawarahkan berdua, apapun itu. Ridha dan doa dari istri adalah bekal yang indah buat lo ketika lo keluar dari rumah untuk mencari nafkah, sekaligus pengingat terbaik yang lo punya supaya lo selalu ingat jalan pulang ke rumah, ke tempat istri lo berada dan menunggu lo. “
“iya.”
“bertengkar dan selisih paham itu pasti ada, tergantung bagaimana lo menyikapinya. Laki – laki itu selalu berpikir logis, ambisius dan mudah emosi. Namun ketika lo udah berkeluarga, kurangi sifat egois. Mengalahlah ketika kalian berdebat, mengalah bukan berarti kalah. Karena dalam hubungan suami istri tidak ada yang namanya kalah dan menang. Setelah mengalah, berilah pemahaman atau rundingkan kembali dengan kepala dingin. Kita punya keinginan, tapi disaat yang bersamaan terkadang istri juga punya keinginan yang mungkin saja bertolak belakang dengan kita. Istri akan meninggikan intonasi suara bahkan akan berteriak ketika pendapatnya kita abaikan, itu hal yang wajar. Yang perlu lo lakukan adalah jangan berteriak balik, tapi dengarkan keinginannya, pendapatnya. Jika sekiranya akan lo tolak, gunakan bahasa yang halus dan beri pemahaman. Dengan begitu gak akan ada selisih paham yang memakan waktu berhari – hari untuk berdamai. Kalian akan senantiasa saling menerima dan memahami.”
“iya.”
“godaan itu selalu ada, jangan kira setelah nikah lo dan istri lo bakalan dijauhkan dari godaan. Bahkan godaan itu akan selalu datang silih berganti. Tergantung gimana cara kalian menyikapi. Akan selalu ada yang merongrongi hubungan kalian, entah itu yang frontal ataupun sembunyi- sembunyi. Tanamkan rasa syukur dalam hati kalian, dan tanamkan rasa bangga akan kepemilikan masing². Ketika lo bersyukur dan bangga memiliki istri seperti Sitha, insyaallah lo gak akan tergoda sama rumput – rumput liar diluar sana yang berusaha menerobos pagar rumah lo. Cantik ataupun nggak cantik, menarik ataupun nggak menarik itu kita sendiri yang menilai karena setelah menikah hanya kita sendiri yang tahu apapun tentang istri kita, seutuhnya. Di luar sana akan ada yang lebih cantik dan menarik dari istri kita, tapi bagi kita istri kita adalah wanita yang paling cantik dan menarik bukan ? “
“iya.”
“ketika lo menemukan istri lo berubah dari segi fisik, ingat !! yang bikin dia berubah adalah elo sendiri. Dia yang semula gadis, bakalan lo perawanin. Dia yang semula sexy, elo sendiri yang bikin dia ngembang karna lo pegang². dia yang semula wajahnya terawat, elo sendiri yang bikin dia kucel dan kumal karena membuat dia harus sibuk mengurus rumah dan ngelayanin lo,. Seberapa besarpun fisik istri lo berubah yang mungkin membuat orang lain beranggapan dia gak cantik dan menarik, semuanya gak akan berpengaruh sama lo ketika ada rasa syukur di hati lo yang seharusnya udah lo tanam sejak lo berhasil mendapatkannya sebagai istri. Dengan rasa syukur itu, lo bakalan ngeliat istri lo tetap keliatan cantik meskipun dia belum mandi ketika lo berangkat kerja, Karena dia terlalu sibuk untuk masak dan ngurus rumah. Lo bakalan tertarik ngeliat dia meskipun dia tambah gemuk dan Cuma pakai daster di rumah. Secantik apapun rekan kerja lo, temen lo, pasien lo, mereka bakalan kalah cantik sama istri lo yang setiap pagi nampakin muka polos tanpa polesan make up dan terbaring di lengan lo. Cantik itu hanya butuh uang, coba aja lo kasih istri lo uang segepok dan suruh istri lo dandan sama perawatan, pasti dia bakalan terlihat lebih cantik dibanding yang lain. Tapi apa lo sudi berbagi kecantikan istri lo sama orang lain ? cantiknya istri itu hanya untuk suami, gak perlu terlihat cantik diluar sana hanya untuk mendapat pengakuan kalau dia cantik. Untungnya calon istri lo itu Sitha, dari yang gue lihat dia gak neko² orangnya.”
“iya.”
“ Gue restuin lo, semoga kalian jadi keluarga yang sakinnah mawaddah wa rahmah. Ingat .... ketika lo menjumpai masalah rumah tangga yang kalian berdua gak bisa selesaikan, pulanglah ke rumah disana ada gue sama tyas yang siap ngasih kalian saran. Jangan lari ke orang lain, karna lo gak bisa jamin orang itu murni ingin membantu atau ada niat tersembunyi. Dan satu lagi, kalian berdua harus saling percaya.”
“iya.”
“bim “ panggil tama menatap kearah bima yang menunduk memainkan kedua ibu jari kakinya
“jangan lupa sama gue ya. rutin² lah ngunjungin gue.” ucap tama dengan nada sedikit bergetar
“ya ampun bang, rumah gue cuman beda blok aja sama lo.”
“kenapa kita nggak tetep serumah aja sih ?”
“gue .... pengen mandiri bang. Gue pengen membangun semuanya dari awal sama Sitha. Gue pengen terbebas dari bayangan elo. Elo yang selalu ngasih gue segalanya, gue gak bisa selamanya ngandalin elo bang. Udah waktunya gue berjuang buat gue dan keluarga gue. “
“lo udah gedhe ternyata.”
“astaga bang, besok gue nikah.”
“hmmmm gitu ?”
“lagian gue udah bisa bikin shita hamil ya bang.” ucap bima sambil menaikkan satu alisnya
“nahhh kalau lo bisa bikin dia hamil, baru gue bisa yakin kalau lo udah gedhe.”
“anjing.” Bima mengumpat yang langsung mendapat pukulan keras di kepalanya
“sakit bang.” Ucap bima
“pukulan gue gak bakalan bikin lo lupa ingatan, lo gak bakalan lupa nama panjang Sitha buat ijab qobul besok.” Jawab tama seraya terkekeh
“udah sana berangkat gih.” Tama menyuruh bima untuk segera berangkat ke salah satu rumah kerabat Shita.
Anjani Sitha Dewi adalah seorang gadis yang sudah tama kenal sejak lama. Dia adalah salah satu sahabat bima ketika masih SMA. Gadis polos yang tumbuh di tengah keluarga sederhana. Dia hanya lulusan SMA dan selama ini dia bekerja sebagai penjahit di salah satu Butik.
Bagi tama, latar belakang pendidikan dan ekonomi bukanlah hal yang penting dan menjadi alasan untuknya memberikan restu. Bagi tama, kebahagiaan bima adalah yang paling utama. Dia percaya bahwa adiknya itu bisa memilih pendamping yang tepat untuk dirinya sendiri. Yang tepat dan terbaik hanyalah bima sendiri yang mampu menilai.
Sebagai seorang kakak, dia berpikiran terbuka dan tidak terlalu mengatur ataupun ikut campur pada kedua adiknya menyangkut calon istri. Yang selalu dia ucapkan pada kedua adiknya tentang calon istri adalah ...
“ dia seperti apa dan kamu seperti apa, dia mau apa dan kamu mau apa, keluarganya bagaimana dan keluargamu bagaimana, jika kedua jawaban saling terhubung dan dirasa ada kecocokan barulah maju ke jenjang pernikahan.”
Rumah Shita berada satu kelurahan dengan rumah tyas. Jarak perjalanan dari rumah orang tua tama hanya sekitar setengah jam, dan adat keluarga mereka sama dengan tyas dahulu. Mengharuskan calon pengantin pria bermalam di rumah kerabat calon pengantin wanita, ketika malam sebelum akad nikah.
“gue berangkat yah bang.” Pamit bima
“iya.” Jawab tama yang kemudian memeluk tubuh bima erat
“gue ... sayang banget sama lo bima.” Bisik tama dan merasakan tubuh bima bergetar dalam pelukannya
“gue juga bang, lo orang paling berpengaruh dan berharga di hidup gue.” Ucap bima
Setelah berpelukan, bima berjalan meninggalkan kakaknya sambil mengusap kedua sudut matanya, dia menangis.
“papaaaaaaaa.” Panggil seorang gadis yang kini memeluk erat leher tama dari arah belakang
“ehh anak papa udah bangun.” Jawab tama
“pah, lala lapel.” Ucap humaira
“ayok kita cari mama trus kita makan.”
“ayook... tapi lala digendong yaa.” Pinta humaira
Tama menggendong putri kecilnya itu dan berjalan meninggalkan kamarnya.
De javu ?
Iya, lagi² tama teringat kejadian belasan tahun yang lalu. Saat itu dia menggendong seseorang, dan orang itu sekarang adalah ibu dari putri kecil yang saat ini ia gendong, dia istrinya. Tyas Laksmita Putri.
Tama terkekeh mengingat hal itu, dulu tyas yang ia gendong, dan sekarang putri kecilnya, buah cinta tyas dan tama.
“ehhhh anak mama udah bangun.” Ucap tyas
“kenapa ? ngompol ya ?” tanya tyas mengejek
“ihhhhh lala udah besal, ndak ngompol lagi.” Protes humaira seraya memanyunkan bibirnya dan menyilangkan kedua tangannya di dada
“uluhhh uluuuh udah besar tapi masih minta digendong papa.” Ejek tyas lagi
“mama juga udah besal, tapi tadi mama dipangku sama papa, cium² juga.” Ucap humaira dengan wajah polos
Tyas dan tama dibuat melongo tanpa mampu membalas ucapan humaira. Kerabat yang tengah berkumpul di ruang tengah pun terkikik geli mendengar penuturan humaira.
“anak gue, kenapa makin mirip mamanya. Kalau ngomong ceplas – ceplos gak ada saringannya.” Bathin tama---------------------------------------------------------
author : yakin ?? masih mau lanjut ?? wkwkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
#02 TA ( Tama & Tyas) complete ✓
Romance"kita pernah lebih dari ini, lebih dari sekedar berbagi gelas." Aditama Rajendra "dia seperti pohon pisang, sikapnya seperti daunnya yang meneduhkan disaat hujan, tapi sebenarnya dia lemah seperti batangnya yang akan tumbang dalam sekali tendang." ...