first kiss

6.9K 531 5
                                    

Bakda shalat subuh tadi wilayah muntilan diguyur hujan lebat bahkan sampai jam delapan ini tidak ada tanda² hujan akan berhenti.

Hawa canggung menyelimuti pasangan pengantin baru, bahkan sejak acara sarapan pagi bersama tadi, tyas berusaha menghindar dari tatapan tama. Tyas menyodorkan nasi sayur beserta lauknya pun tanpa menatap ke arah tama langsung.

Ini semua karena tyas telah mengetahui dua tanda merah di tengkuknya. Dia tidak marah, hanya malu karena dia sama sekali tak mengetahui tanda itu sejak awal sampai ketika abangnya, tian tertawa terbahak dan membahas adegan ranjang.

“dek, apa lagi yang mau dibawa?” tanya tama yang tengah membantu tyas berkemas. Rencananya besok tyas akan diboyong ke rumah tama di jogja.

“itu.” Jawab tyas sambil menunjuk ke sembarang arah.

Tama terkekeh dan berjalan pelan ke arah tyas yang tengah berdiri di depan almari pakaian.

“yang mana ?” tanya tama lembut

Tyas terlonjak dan otomatik berbalik, tama sudah berdiri tepat di depannya.

Tama menarik pinggang tyas mendekat ke arahnya. Tyas hanya menunduk dan menumpukan kedua tanganya di dada bidang tama supaya mereka berdua tetap berjarak.

“kenapa ?” tanya tama lagi

“gakpapa.” Jawab tyas seraya berusaha melepaskan diri dari tama

Tama tersenyum menatap kedua pipi tyas yang memerah, perlahan ibu jari kanannya mengelus pinggang tyas.

Tyas malah membusungkan dada dan merapat ke arah tama.

“mas !!” pekik tyas. Satu tanganya terulur ke belakang untuk menepis tangan tama yang melingkar di pinggangnya.

“kenap ? hmmm ?” tama kembali mengelus pinggang tyas. Kali ini dia sengaja meraba area pinggang sampai ke punggung tyas.

Tyas semakin membusungkan dadanya bahkan sekarang tubuhnya sepenuhnya merapat pada tubuh tama. Tyas menggigit bibir bawahnya, bisa tama rasakan nafas tyas yang putus² nyaris terengah.

Tama baru tahu, ternyata titik sensitif tyas ada di area atas pinggangnya. Karena hanya dengan elusan ibu jari, reaksi tyas terlalu berlebihan jika yang ia rasakan hanya sekedar rasa geli. Bahkan ketika permukaan tangan tama meraba area itu, tyas kembali membusungkan dada dengan mata terpejam dan nyaris terengah.

“lep.....pas... mashhh.” Ucap tyas sambil terpejam dan kedua tangannya meremas pundak tama

“kenapa ?” goda tama sambil meniup wajah tyas. Tangan kanannya masih asyik menggoda tyas dengan gerakan naik turun dari pinggang sampai ke punggung.

Tama terkekeh dan menghentikan gerakan tangannya, namun tangan kirinya terangkat ke arah wajah tyas yang memerah. Jemarinya ia telusupkan ke tengkuk tyas dan ibu jarinya mengelus pipi tyas.

“dek.” Panggil tama lembut
Tyas masih saja memejamkan matanya membuat tama sekali lagi meniup permukaan wajah tyas.

“dek.” Panggil tama lagi dengan suara berbisik dan berat

Tyas membuka matanya yang kemudian bersibobrok dengan kedua manik tama yang menatapnya dengan sorot mata yang susah diartikan. Tyas mengernyit karena tama yang ada di depannya saat ini berbeda dari sosok tama yang biasanya.

Tama yang sekarang menatapnya dengan tatapan memuja dan senyum manis di bibirnya.tatapan mata tyas dengan mudahnya terkunci sampai² ia tidak sadar kalau wajah tama semakin mendekat.

“i love you.” Ucap tama yang nafas hangatnya langsung menerpa wajah tyas.

Sedetik kemudian tyas merasakan bibir tama menempel diatas bibirnya. Tyas mematung dengan debaran jantung menggila, ia bahkan menahan nafas sambil membulatkan matanya.

Gerakan bibir tama yang semula hanya menempel, kini berubah menjadi memagut dan menyesap. Tatapan mata tyas menyendu dan hanya bulu mata tama yang terakhir ia lihat sebelum memejam sepenuhnya menikmati gerakan bibir tama.

Hawa dingin karena hujan lebat dan gelegar petir pun tak dihiraukan sepasang pengantin baru itu, terkalahkan oleh dekapan hangat dari keduanya dan debaran jantung yang menggila diantara keduanya.

Satu tepukan lembut terasa di pundak kanan tama, kemudian tama melepaskan tautan bibirnya.

Pandangan tama menunduk menatap tyas yang terengah dan berusaha meraup oksigen sebanyak- banyaknya. Tama kemudian terkekeh ketika pandanganya jatuh ke arah bibir tyas yang membengkak.

Tyas yang mendengar tama terkekehpun mendongak dan melototkan matanya sebal, tanganya yang masih bertengger di pundak ia pukulkan ke dada bidang tama.

“manis “ ucap tama menunduk dan berbisik di sebelah telinga tyas.

Tyas tersipu dan langsung memeluk tubuh tama. Menyandarkan kepalanya di dada dan melingkarkan kedua tanganya di pinggang tama.

Bisa tyas dengar degup jantung tama yang seirama dengannya, tyas pun tersenyum dan mengeratkan pelukannya. Sedangkan tama mengelus rambut tyas dan menumpukan dagunya diatas kepala tyas.



#02 TA ( Tama & Tyas) complete ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang