Seorang perempuan terbaring lemah diatas ranjang ruang perawatan, pandangannya kosong dengan kedua tangan yang saling meremas. Terlihat jejak air mata di kedua sudut matanya, wajahnya pucat dan bibir kering itu sedari tadi memilih untuk bungkam.
"sayang." Panggil tama pelan seraya melepaskan tautan kedua tangan istrinya yang terus saja saling meremas
Tyas tidak menjawab panggilan suaminya, kini ia memilih untuk menunduk dan membiarkan air matanya jatuh lagi.
tama beranjak dari bangku dan duduk diatas ranjang, mendekat kearah tyas.
"yas." Panggil tama lagi, tangannya menghapus air mata yang terus saja mengalir di wajah tyas
"maaf." Jawab tyas pelan
Tama mendekap tubuh istrinya yang bergetar dan kembali menangis. Hati tama hancur melihat istri yang dicintainya terbaring lemah disini dengan kesedihan yang tama sendiri bingung bagaimana cara menghiburnya.
Sejak tadi tama merasa tersiksa karena melihat istrinya meratap pilu, menyalahkan dirinya sendiri dan berkali - kali meminta maaf padanya.
"jangan khawatir, bapak dan ibu pasti akan menemaninya sampai waktu mempertemukan kita berdua dengannya. "
"maaf mas."
"bukan salah kamu, pasrah sama kehendak Tuhan."
"maaf."
"jangan kayak gini dek, jangan nyalahin diri kamu sendiri, jangan terlarut dalam kesedihan, yang sudah pergi biarkan dia pergi, yang ikhlas supaya jalannya semakin lapang. Tuhan selalu punya rencana untuk keluarga kita." Ucap tama yang mengecup kening tyas berkali - kali
"masih ada aku, masih ada rara, kami berdua sangat menyayangimu, kamu harus kuat. Ikhlaskan dek, relakan."
Tyas meremas kemeja tama di bagian punggung, dia menangis. Ada rasa sesak di dalam hatinya yang ingin ia keluarkan semuanya, penyesalan atas kecerobohannya yang telah membuat dia kehilangan calon adik bagi humaira.
Pagi tadi sepulang mengantar humaira sekolah, dia mengalami kecelakaan. Sebenarnya sejak bangun tidur tyas merasakan pusing, namun tyas tidak menghiraukannya karena dia pikir mungkin hanya efek kelelahan.
Sepulang dari mengantar sekolah humaira, tyas sempat mampir ke pasar untuk membeli sayuran dan tepat ketika keluar dari pintu parkir, tyas kehilangan keseimbangan motornya. Kepalanya terasa pening sehingga pandangannya mengabur, motor yang ia kendarai pun oleng ke kanan dan tertabrak mobil yang hendak menyalipnya.
Tyas pingsan dan dibawa ke rumah sakit, tidak ada luka lecet yang serius di tubuhnya karena tabrakan tersebut hanya mengakibatkan tyas terdorong dan jatuh tersungkur dari atas motor. Namun, darah terus saja mengucur diantara kedua pahanya.
Dokter mengatakan kalau tyas mengalami pendarahan, dan itu karena efek dari keguguran. Janin dalam kandungannya baru berumur 2 minggu dan tidak bisa diselamatkan.
Hal ini dikarenakan perut tyas sempat terantuk dashboard motor sebelum jatuh tersungkur ke aspal.
Sewaktu di UGD, dia sempat sadar dan mengetahui jika dokter akan melakukan kuret padanya. Hal itu membuat tyas syock, terpukul dan menangis karena dia baru tahu kalau dirinya tengah hamil.
Sejak tyas siuman, dia terus saja menangis, membuat tama dan seluruh keluarganya berusaha untuk menghiburnya.
"jangan hukum diri kamu sendiri dengan terus meratap dan menangis, jangan fokus pada kesedihan karena ditinggalkan padahal kamu masih harus memikirkan dua orang yang paling kamu sayangi, yang masih berada disini bersamamu, yang masih membutuhkanmu, yang masih mengharapkan kesembuhan dan kesehatanmu. Kamu boleh kecewa sama diri kamu sendiri tapi jangan kecewakan suami dan anak kamu dengan sikap kamu yang egois seperti sekarang ini. Bukan hanya kamu yang kehilangan, bukan hanya kamu yang bersedih, mereka juga merasakannya. Mereka sudah ikhlas, dan seharusnya kamu juga begitu. " pinta ibu tadi
KAMU SEDANG MEMBACA
#02 TA ( Tama & Tyas) complete ✓
Romance"kita pernah lebih dari ini, lebih dari sekedar berbagi gelas." Aditama Rajendra "dia seperti pohon pisang, sikapnya seperti daunnya yang meneduhkan disaat hujan, tapi sebenarnya dia lemah seperti batangnya yang akan tumbang dalam sekali tendang." ...