lamaran

5.5K 533 23
                                    

Sabtu malam, terlihat kesibukan di rumah tyas. Bapak RT, Bapak Kepala Dusun, dan beberapa orang yang dituakan atau sesepuh telah datang, mereka menunggu kedatangan Tama dan keluarganya.

Sekitar pukul 7 malam, Tama datang bersama kedua adiknya serta didampingi oleh beberapa anggota keluarga dari pihak bapak ibu tama.

Simbah kakung dari pihak ibu tama juga datang. Meskipun tama adalah anak yatim piatu, namun kerabat yang dia bawa saat ini sangat banyak, mereka ikut dalam rombongan sebagai pengganti dari kedua orang tua tama.

Tama datang mengenakan celana kain warna hitam dan kemeja batik perpaduan warna coklat tua dan muda. Sedangkan tyas mengenakan jarik dengan motif yang sama seperti kemeja tama, dan kebaya polos warna coklat muda.

Keduanya saat ini tengah duduk berhadapan diapit oleh keluarga masing²,, keduanya hanya dipisahkan oleh sebuah meja panjang yang sudah terisi beberap barang seserahan.

“bagaimana nduk ? mau atau tidak ?” tanya bapak roni selaku pembawa acara.

Beliau menanyakan kepada tyas perihal lamaran dari keluarga tama yang baru saja diutarakan.

Semua mata tertuju ke arah tyas, membuatnya semakin terlihat gugup, beberapa kali tyas kedapatan meremas jari jemarinya yang saling bertaut. Setelah lama menunduk akhirnya tyas mengangkat wajahnya dan tepat saat itu tatapanya beradu langsung dengan tama yang menatapnya dengan perasaan was-was menanti jawaban tyas.

tyas mengulas senyum ke arah tama.

“jangan cuman senyum nduk, kalau senyum berarti bapak simpulkan kalau lamaran diterima loh.” Ucap bapak roni lagi

“iya, saya terima lamarannya pak.” Ucap tyas yang kemudian menunduk malu

Tama langsung terlihat bahagia, lamaran memang biasanya diadakan setelah ada kesepakatan antara calon pelamar dan yang dilamar, dan itupun juga biasanya sang pelamar memastikan dulu kalau yang dilamar mau menerima lamaran tersebut. Tapi sedari tadi pikiran tama kacau, ia takut kalau sewaktu² pikiran tyas berubah dan kemudian menolak lamarannya.

•••••||||•••••

Acara inti sudah selesai dan setelah berfoto- foto, pihak keluarga tama pun dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang sudah disiapkan.

Semua orang asyik menikmati suguhan makanan yang dihidangkan tanpa memperhatikan sepasang manusia yang duduk berdampingan dengan canggung.

“kenapa kamu pakai heels ?” tanya tama

“disuruh sama budhe.” Jawab tyas sambil meremas jari jemarinya lagi

“jangan dibiasain, nanti makin merah dek.” Tama menaruh tangan kirinya diatas kedua tangan tyas yang saling bertaut.

“kenapa pakai kutek juga ?” tanya tama lagi sembari menarik salah satu jemari tyas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“kenapa pakai kutek juga ?” tanya tama lagi sembari menarik salah satu jemari tyas

“di suruh mbak kikan yang tadi make up in aku mas.”

“emang kamu gak shalat ?”

“enggak.”

“nanti selesai acara langsung di hapus ya, warnanya nyeremin ”

"hah ?"

"warna kutek kamu merah, sama kayak warna lipstik kamu."

"ohh."

"warnanya nakutin, berasa kamu habis makan manusia."

"ihh, iyaa aku emang suka makan manusia."

"kapan ?"

"tiap malam jum'at kliwon aku makan bayi hehehe."

"ohh nyeremin ya, gpp sekarang kamu tiap jum'at makan bayi, besok setelah nikah gantian tiap malam jum'at kamu yang aku makan."

"maksutnya ?"

"nggak ada."

"hish dasar,"

"dek."

"ya."

“makasih udah nerima lamaran aku.” Ucap tama sambil memainkan cincin yang sudah tersemat di jari manis tangan kiri tyas.

tyas menunduk menatap jarinya yang dipegang tama. di jari manis tama juga tersemat cincin yang sama dengan miliknya.

“dek.”

“ya.”

“aku laper.”

Tyas mendongak menatap wajah tama yang kini tersenyum kearahnya.

“makan gih, mau aku ambilin ?” tanya tyas.

Tama mengangguk dan tyas pun beranjak menuju meja makan. Tama mengikutinya dari arah belakang.

“heels kamu berapa centi sih ?” tanya tama disamping tyas yang tengah menyendok sayur oseng sawi bakso.

“tujuh kayanya, ehh tapi gatau juga sih mas. Kenapa ?”

“gpp, kamu jadi keliatan tinggi, tapi aku sukanya kamu yang pendek, pas buat di selipin di ketek.” Ujar tama sambil terkekeh

Sebuah cubitan mendarat manis di pinggang kanan tama yang sontak membuatnya mengaduh.

“kamu gak makan ?” tanya tama saat menerima piring yang sudah berisi makanan dari tyas

“enggak, tadi sebelum dandan udah makan kok.”

“oh, gak mau minum atau makan camilan snack gitu ?”

“gak ah mas, takut lipstiknya luntur, ntar malah nempel di gigi.”
Tama sempat terbatuk kecil menanggapi alasan tak masuk akal yang diutarakan tyas barusan.

“emang bisa nempel di gigi.” Tanya tama penasaran

“ya bisa, kan ini nggak water proof lipstiknya, dan agak tebel makainya, ntar kalau senyum terlalu lebar pasti lipstiknya nampel di gigi.”

“ohh, gak water proof ? brarti kalau dicium juga luntur lipstiknya ?” tanya tama lagi  sambil mengunyah makanannya dan tanpa melihat ke arah tyas yang saat ini tengah syock mendengar pertanyaan tama barusan.

#02 TA ( Tama & Tyas) complete ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang