Tyas berjalan mendekat kearah tama yang tengah memakai kemeja.
Sekarang masih pukul 5 pagi dan tama sudah bersiap untuk segera berangkat kunjungan ke LPPM PPKWU UNS di solo. Rencananya dia dan tim akan melakukan koordinasi dan musyawarah selama 3 hari disana.
“kenapa di lepas lagi kancingnya ? mau main ?” tanya tama sambil menyipitkan matanya melihat tyas yang melepaskan separuh kancing kemejanya.
Tyas mendengus dan melotot kearah tama.
“nih, kemeja kamu tingginya beda soalnya kamu salah masukin kancing.” Ucap tyas yang menunjukkan kancing teratas masuk ke lubang kancing nomor dua.
“ohh kirain.” Jawab tama yang malah memeluk tubuh tyas dan mengendus lehernya.
“jangan ndusel² mas, aku belum mandi.”
“kamu sih tadi diajakin mandi bareng gak mau.”
“gak !! nanti lama, kamu jadi telat.”
Tyas kemudian fokus memasukkan ujung kemeja kedalam celana hitam tama, merapikannya dan memasang ikat pinggang disana.
“kamu beneran gak mau ikut ?” tanya tama
“nggak mas, hari ini aku mau konsul bab 4.” Jawab tyas seraya mengecek semua barang di tas ransel milik tama
“ohh belum lulus ?”
“berarti kuliahnya dibiayain tama ?”
“kasihan, harus ngidupin dua adeknya, sekarang punya istri malah nambah beban.”
Kalimat itu terus saja membayanginya beberapa hari ini, pasca pertemuannya dengan seseorang ketika tengah mendampingi tama menghadiri acara resepsi pernikahan putri dari Dekan Fakultas Teknik.
Lamunan tyas buyar ketika dia mendapati tama memeluk tubuhnya dari arah belakang, menumpukan dagunya diatas bahu tyas.
“baik² ya di rumah, kalau bima sama rama bikin ulah, marahin aja.” Ucap tama
Tyas tersenyum dan membalikkan badannya, mengalungkan tangannya di leher tama dan kemudian mencium bibir tama.
Tama membalas ciuman itu, namun matanya tetap terbuka dan menatap kearah tyas yang terpejam. Ciuman tyas kali ini tak beraturan bahkan terasa aneh, bisa tama rasakan jika bibir tyas bergetar dan muncul kerutan di dahi tyas dengan mata yang terpejam erat. Rangkulan tangan tyas juga tidak serileks biasanya, sangat erat dan membuat tama kesakitan.
Pikiran tama kembali teringat kejadian semalam, dimana tyas gelisah dalam tidurnya padahal tama sudah memeluknya. Tama juga menemukan tyas menangis ditengah tidurnya.
Setelah tama merasa kalau tyas sudah berhenti menciumnya, tama melepaskan tautan bibirnya dan kemudian memeluk tubuh tyas.
“kamu kenapa sih dek ?” bathin tama
KAMU SEDANG MEMBACA
#02 TA ( Tama & Tyas) complete ✓
Romance"kita pernah lebih dari ini, lebih dari sekedar berbagi gelas." Aditama Rajendra "dia seperti pohon pisang, sikapnya seperti daunnya yang meneduhkan disaat hujan, tapi sebenarnya dia lemah seperti batangnya yang akan tumbang dalam sekali tendang." ...