01

2K 110 10
                                    

Cayna baru saja selesai dari pekerjaannya saat ia mendapatkan pesan dari saudara kembarnya yang sedang berada di perjalanan untuk menjemputnya kembali ke Battle Ship Orion dan menjalan misi yang kini merupakan gilirannya.

Sejak kejadian dirinya yang dimanfaatkan oleh Erebos, gadis itu belajar untuk menjadi orang yang lebih baik lagi dari hari ke hari. Ia memang tidak mudah percaya dengan orang yang mencurigakan, tapi ia akan berusaha untuk terus baik pada setiap orang dan memastikan tidak ada yang mengalami pengalaman pahit seperti dirinya sebelumnya.

Seperti yang dibilang sebelumnya, kali ini adalah gilirannya untuk bertugas. Untung saja setiap kali ia mendapat tugas, tidak ada tugas kantor yang ia terima sehingga ia bisa dengan leluasa menjalankan perannya sebagai seorang penyelamat. Ia memang mendapatkan pekerjaan yang tidak memerlukan waktu penuh di tempat.

Langkah kakinya kini berjalan seiringan dengan teman-temannya yang keluar Gedung kantor bersamaan dengannya. Banyak hal yang mereka diskusikan selama berjalan bersama hingga salah seorang temannya mendapatkan bayangan sesosok pemuda yang mereka kenal dengan sangat jelas.

"Cayna, bukankah itu kakakmu?" ucap salah seorangnya.

Cayna pun mengalihkan pandangannya ke arah yang temannya maksud. Pemuda itu memang ada disana, sedang menunggu seseorang untuk dijemput. Dan pemuda itu seketika tersenyum lebar saat pandangannya bertemu dengan seseorang yang ia maksud itu. Lambaian tangannya kini disambut hangat oleh Cayna yang membalasnya dengan lambaian tangan juga.

"Hei, kakakmu itu semakin tampan ya?" ucap temannya yang lain.

"Sesekali bolehlah kau kenalkan pada kami,"

"Hei, kalian itu ya! Kalian lupa kalau kalian sudah memiliki kekasih? Sudahlah, aku duluan ya!" sindir Cayna yang kemudian pamit pergi kepada teman-temannya.

Langkah kakinya membuat dirinya semakin dekat dengan saudara kembarnya yang kini tengah tersenyum di hadapannya. Mereka berdua kini berangkat ke Battle Ship Orion dengan Shishi Voyage milik Lucky yang terparkir tidak jauh dari tempat pemuda itu menunggu adiknya.

************

"Jadi tugas kali ini alam semesta mana?" tanya Cayna saat ia sudah sampai di kapal penjelajah itu.

Hal itu terkadang membuat para anggota Kyuuranger merasa terkejut bukan main. Memang benar ya! terkadang orang yang paling bersemangat dengan kebaikan adalah seseorang yang pernah merasakan hal kebalikan itu dengan sangat dalam.

Raptor kini menjelaskan tugas yang akan dijalankan oleh kelompok yang mendapatkan giliran berpatroli kali ini. Sebuah layar hologram kini muncul di tengah-tengah geladak menampilkan data-data yang dibutuhkan untuk bertugas.

Alam semesta itu sebenarnya pernah mereka kunjungi sebelumnya. Termasuk Buminya. Cayna masih ingat dengan jelas semua kenangan yang pernah ia alami di tempat itu walau hanya beberapa jam saja disana. Bahkan ia bisa mendapat banyak teman baru dalam waktu sesingkat itu.

"Tempat tugas kalian sama seperti sebelumnya. Besok kalian akan menjalankan tugas ini, untuk itu kalian istirahatlah sekarang!" ucap Shou yang sedang mampir ke kapal penjelajah itu dengan alibi sedang mencari liburan dari Rebelion.

"Okyu!" ucap mereka semua dengan bergaya khas saat mengucapkan itu.

*********

Cayna kini sedang menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa saat bertugas. Dia memang tidak mempunyai voyage seperti yang lainnya sehingga harus selalu menumpang yang lainnya, terutama sang kakak yang notabenenya mempunyai kesamaan yang sama dengannya. Tentu saja! Kenapa juga ia masih meragukan hal itu?

Kamar miliknya di kapal itu tidaklah terlalu besar, tapi juga tidak kecil. Barang-barangnya tertata dengan sangat rapi di tempat yang sesuai. Ia mengambil barang-barang dan menaruhnya di ransel miliknya yang sering ia gunakan saat bertugas akhir-akhir ini.

Sebenarnya dulu ia juga jarang melakukan hal itu. Namun beberapa tugas terakhir banyak hal yang ia alami sehingga ia memutuskan untuk membawa beberapa barang penting saat bertugas. Tidak banyak, hanya satu jurnal dan beberapa obat-obat juga pisau kecil, untuk berjaga-jaga.

Sejujurnya entah mengapa akhir-akhir ini ia merasa ada yang aneh dengan dirinya tapi ia tidak tahu apa itu. Bahkan ia terkadang ragu dengan kekuatan yang ia miliki sehingga tetap membawa pisau itu sebagai cadangan.

Cayna bangkit dari tempat tidurnya menuju meja yang berada disalah satu sudut ruangan. Ia kembali bisa melihat foto-foto miliknya dengan teman-temannya ada disana. Namun ada satu hal yang kini menyita perhatiannya.

Sebuah buku dengan sampul coklat dengan tulisan 'The Miracle' bertinta emas ada di atas mejanya. Entah kapan buku itu ada disana. Seingatnya, ia tidak memiliki buku itu, apa Lucky yang memberikannya? Ia memang tidak terlalu memperhatikan hal kecil seperti itu hingga saat ini.

Sebuah kilas bayangan muncul di benaknya saat ia menyentuh buku itu. Bayangan yang menampilkan tempat-tempat asing yang tidak pernah ia kunjungi, angka-angka biasa yang tidak ia mengerti apa maksudnya, dan juga sebuah tangan yang entah milik siapa.

Kepalanya terasa berat saat ia melihat hal itu. Kekuatannya kembali muncul. Apa hubungan hal itu dengan buku ini? Apa yang sebenarnya terjadi. Cayna mencoba membuka buku itu dengan harapan ia bisa mendapat petunjuk. Namun matanya membelalak saat ia mengetahui bahwa tidak ada satupun huruf yang tertulis disana.

Suara ketukan pintu mengejutkannya dan memaksanya untuk kembali ke alam sadarnya. Gadis itu berjalan menuju pintu dengan hati yang berdegup. Mungkin jika ada apa-apa ia akan langsung berteriak. Namun saat pintu terbuka, yang ada hanyalah seorang Lucky.

"Kenapa kau terkejut seperti itu? Kau mendapat penglihatan lagi?"

"Tidak! Aku hanya sedang melamun saat kau mengetuk pintu,"

"Mau ku buatkan minum?" ucap Lucky.

Gadis itu mengangguk dengan lemah. Perasaan tidak enak menghampiri setelah ia berbohong pada saudara laki-lakinya itu. Ia bisa merasakan bahwa sebenarnya Lucky mengerti apa yang terjadi, tetapi pemuda itu memilih untuk tetap diam.

Dua cangkir minuman kini tersaji di meja dapur. Keduanya masih dalam mode diam mereka. Sejujurnya keduanya merasa risih dengan keadaan mereka saat ini. Dan Lucky kini hanya bisa menatap adiknya itu dengan sendu.

"Kau pasti senang bisa bertemu dengan gadis kecil itu lagi, bukan? Jika tidak salah ingat, namanya Keiko. Apa dia sudah sembuh sekarang?" tanya Lucky.

"Entahlah, tapi kuharap begitu," ucap Cayna tanpa melihat ke wajah saudaranya. Keheningan kembali menyelimuti mereka berdua.

"Lucky, kau benar! Aku kembali mendapat penglihatan," ucap Cayna pada akhirnya.

Lucky tersenyum tipis dan bangkit dari kursinya. Pandangannya kini menatap mata adiknya yang ketakutan itu. Rambut Cayna yang mulai kembali memanjang kini diusap halus oleh Lucky. "Sepertinya kunjungan kita kali ini akan sedikit berbahaya. Kau harus tetap jaga diri, ya!"

Cayna mengangguk lemah dihadapan kakaknya. Hanya pada kakak dan bibinya saja ia bisa seperti itu. Bahkan pada ayahnya saja ia bersikap kuat. Namun ada satu hal yang disadarinya saat mendengar kata-kata Lucky.

Jika memang tugas besok sedikit berbahaya, mungkinkah itu ada hubungannya dengan buku yang dipunyainya secara tiba-tiba? Apapun yang akan terjadi, sepertinya ia memang harus membawa buku itu bersamanya.

Miracle in the GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang