04

784 78 10
                                    

Seberkas cahaya terang kembali berhasil memasuki pupil mata Cayna yang masih tertutup kelopak matanya. Sekali lagi, kepalanya terasa berat sekali. Ia pun bangkit dan berdiri setelah mendapatkan semua kesadarannya.

Gadis itu mengedarkan pandangannya ke segala arah. Tempat ini berbeda dengan tempat sebelumnya. Tempat ini seperti tempat pembangunan yang tidak rampung. Ada banyak alat-alat untuk membangun. Bahkan tidak jauh dari sana terdapat seperti lubang bekas galian pasir yang besar.

Tidak ada siapapun disana selain dirinya. Ia benar-benar tidak mengerti mengapa ia bisa berada di tempat yang berbeda dari tempatnya yang sebelumnya. Sebenarnya apa yang telah terjadi? Mengapa rasanya ini rumit sekali?

Tiba-tiba saja Cayna teringat dengan seseorang yang ia temui di taman itu. Ia ingat dengan apa yang dilakukan pria itu dengan alatnya yang tidak diketahuinya. Alat itu mengeluarkan sebuah cahaya sebelum akhirnya ia berakhir disini.

"Jadi ini ulahnya ya?"

Langkah kaki seseorang terdengar dengan samar di telinga Cayna. Namun entah mengapa suara itu semakin lama semakin jelas terdengar. Apa mungkin ada seseorang yang sedang mengarah padanya? Cayna pun mengalihkan pandangannya dan seketika matanya terbelalak.

Sebuah monster kini terlihat dengan jelas di mata Cayna. Jaraknya beberapa meter dari tempatnya berdiri. Dan sepertinya, monster itu memang mengincar dirinya. Karena sekarang, monster itu berlari dengan cepat ke arahnya.

Sebuah ayunan tangan dari monster itu mengarah pada gadis itu. Namun sebelum monster itu mengenainya, Cayna sudah menghindar. Monster itu tidak habis-habisnya menyerang dirinya. Dan yang saat ini bisa dilakukan gadis itu adalah menghindar karena ia belum siap untuk menyerang.

Cayna berhasil keluar dari lingkaran serangan monster itu dan menjauh beberapa meter di belakang monster itu. Ia kini berusaha untuk menyerang. Fokusnya kini mulai terbentuk untuk mengeluarkan kekuatannya, tapi kekuatan itu tidak kunjung muncul.

"Kenapa kekuatanku tidak bisa digunakan?" ucap Cayna tidak percaya.

Kehilangan fokus adalah hal salah yang benar-benar dilakukan Cayna. Monster itu kembali menyerang. Untung saja refleksnya cepat sehingga serangan itu tidak berhasil mengenainya. Jika begitu tidak ada cara lain, ia harus menyerang monster itu tanpa satupun senjata dan lebih banyak mengandalkan pertahanan.

Ia meminimalkan resiko dirinya terluka. Ia tidak ingin terjadi apapun padanya. Setidaknya sampai ia tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun monster itu sangat kuat untuk Cayna yang tidak memiliki alat untuk menyerang. Bahkan kini Cayna harus terjatuh akibat salah satu serangan monster yang mengenainya.

Tidak! Monster itu akan menyerangnya lagi! Apa akan segera berakhir? Ia masih ingin bertemu dengan Lucky, keluarganya, dan juga teman-temannya. Cayna menutup matanya saat monster itu hendak menyerangnya.

Namun, alih-alih monster itu menyerangnya, ada seseorang yang kini menyerang monster itu dengan beberapa tembakan. Cayna kini bisa melihat dengan jelas seseorang yang berlari ke arah monster itu dan langsung menyerang monster itu.

Cayna tidak tahu siapa diri orang itu. Yang pasti dia juga kuat untuk mengalahkan monster itu. Seseorang berbaju jirah dengan dominasi warna merah dan biru. Gerakannya sangat lincah dibandingkan dengan monster itu. Bahkan monster itu sampat terpental saat orang itu menendangnya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya orang itu yang ternyata seorang pemuda. Cayna memang tidak bisa melihat raut wajah pemuda yang dibalik baju jirah itu. Tapi satu hal yang Cayna tahu, pemuda itu orang baik.

"Iya"

Tidak lama kemudian, sekelompok besar monster-monster mendatangi mereka berdua dari segala arah. Sepertinya monster yang baru saja dilawan pemuda itu yang memanggil monster-monster lainnya.

Miracle in the GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang