18

443 61 11
                                    

Langkah kaki Pallad kini mulai membelah jalanan berdaun di hutan lebat itu. Ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Satu yang pasti, posisinya kini serba salah. Jika bukan karena kesalahpahaman ini, ia tidak akan membiarkan gadis itu pergi.

Bagaimana lagi? Bukankah ia tahu sejak awal jika gadis itu memiliki sisi keras kepala? Bahkan bukannya gadis itu sendiri yang meminta untuk ikut dalam permainan ini? Ya, salahnya juga jika ia mengizinkan.

Ia ingin sekali meluruskan apa yang terjadi. Namun sepertinya sedikit sulit. Yang gadis itu tahu adalah Pallad lah yang sudah menyerang kakak dari gadis itu. Ia tahu siapa yang menyerangnya. Tapi apa Pallad punya bukti? Terlebih gadis itu cukup kritis.

Pallad mengepalkan tangannya dan meninju batah pohon yang ada di sebelahnya. Ta berhenti sampai disana. Ia juga mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. Ah! Bahkan nafasnya saja sudah seperti orang yang putus asa.

"Sekarang bagaimana?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Di tengah kebingungannya, sebuah suara teriakan terdengar dengan sangat jelas di telinga Pallad. Suara yang sangat tidak asing di telinganya. Ia pun langsung berlari menuju sumber suara dengan secepat mungkin.

Langkah kakinya terhenti begitu saja saat matanya menangkap bayangan seorang pemuda yang kini sedang mencekik leher seorang gadis dengan satu tangannya. Ia kenal benar siapa dua orang itu. Tidak bisa dibiarkan!

"Cayna!!". Pallad langsung berlari dan mendorong pemuda yang wajahnya sama persis dengan dirinya agar menjauh dari gadis itu. Seketika, Cayna kini dapat terbebas dari cekikan orang itu. Ia terjatuh dengan sangat lemas.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Pallad seraya membantu gadis itu untuk bangkit. Gadis itu mengangguk dengan lemah. Tubuhnya gemetar bukan main. Pallad bisa merasakannya dari sepasang lengan yang ia rangkul itu.

"Ternyata sang pahlawan sudah kembali?!" sarkas pemuda bugster yang mirip dengan Pallad.

Dengan cepat Pallad memosisikan dirinya di depan Cayna dan berusaha menjadi tameng yang melindungi gadis itu. Ketakutan bisa ia rasakan hadir pada gadis itu. Cengkraman tangan Cayna sangat kuat memegang pakaian Pallad.

Sebuah tangan kini menggenggam tangan Cayna dengan lembut. Bahkan pemuda yang memegang tangannya itu kini menatapnya sekilas dari sudut kiri tubuhnya. Sesaat, Cayna merasa bahwa dirinya telah terhipnotis. Cengkraman tangannya terlepas begitu saja tanpa sempat ia sadari.

"Lawanmu adalah aku!" ucap Pallad pada pemuda yang mirip sekali dengannya.

Keduannya kini bertransformasi kedalam wujud kamen rider mereka. Cayna membelalakan matanya saat mengetahui, bukan hanya wujud manusia bugster itu yang mirip Pallad. Namun wujud kamen ridernya juga sama persis dengan Para-DX, hanya saja warnanya saja yang hitam legam seluruhnya.

Pertarungan keduanya tidak dapat dihindari lagi. Adu kekuatan dan adu ketangkasan memainkan senjata masing-masing kini mereka lakukan. Kekuatan mereka seimbang. Seperti hanya tinggal menunggu siapa yang lengah.

Hal itu justru membuat Cayna semakin ketakutan. Tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang. Hanya bisa melihat pertarungan itu dari pinggir. Bukankah itu menyebalkan? Ah! Semua adalah salahnya.

Jika saja dia mendengarkan pemuda bugster itu. Jika saja ia tidak larut dalam lautan emosinya. Jika saja ia tidak percaya dengan Kuroto. Jika saja ia tidak meminta pemuda itu pergi. Jika saja ia tidak gegabah. Jika saja ia sadar lebih awal. Jika saja ia lebih kuat, apa mungkin ia bisa mencegah semua ini terjadi?

Terlalu banyak pertanyaan dan rasa penyesalan yang kini hadir dalam benak Cayna. Ia bingung harus melakukan apa. Untuk pertama kalinya – lagi – ia takut. Ia gelisah melihat pertarungan dua orang yang serupa itu.

Miracle in the GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang