21

435 51 9
                                    

Poppy dan Nico membantu evakuasi para warga sipil disaat para kamen rider dan Kyuranger bertarung untuk mengalahkan para bugster yang menyerang kota. Sudah keberapa kalinya hari ini monster-monster itu menyerang. Apa tidak lelah?

Sebenarnya para dokter itu cukup kelelahan. Terutama Hiiro, ia baru saja menyelesaikan operasi yang berlangsung selama sepuluh jam. Dan sekarang, ia belum beristirahat sama sekali. Ia benar-benar seseorang yang perfeksionis.

Perlahan, jumlah bugster yang menyerang mulai berkurang. Semua yang ada disana kemudian mengeluarkan kekuatan terakhirnya dan berhasil mengalahkan ketua busgternya. Pasukan bugster itu lenyap. Mereka dalam kondisi aman, setidaknya untuk sekarang.

"Yang tadi itu hebat sekali!" ucap Nico dengan wajah yang gembira. Ya, gadis itu masih sedikit kekanakan di usianya yang baru akan mulai masuk kelompok dua puluhan.

"Bukankah bugster-bugster itu merepotkan?" tanya Kiriya iseng pada Hammy dan Tsurugi.

"Ya, tapi tidak terlalu bagiku," ucap Tsurugi.

"Bagiku mereka sama menyebalkannya dengan para indaver Jark Matter," keluh Hammy. Siapa sangka, perkataannya menciptakan suasana hangat. Semuanya tertawa seakan tidak ada beban.

Semua tawa itu sirna begitu saja saat sudut mata Emu menangkap sesosok bayangan seorang gadis. Gadis itu kini berlari ke arah mereka semua dengan tergesa-gesa. Ada raut kebingungan yang ditampilkan Emu. Dan semuanya menyadari hal itu.

"Cayna?" ucap Emu tidak percaya. Semuanya pun sontak menoleh ke arah yang dilihat dokter muda itu.

Terkejut? Bukan main! Lucky saja sampai membelalakan matanya tidak percaya. Itu sungguh gadis itu! Adiknya! Gadis itu berlari ke arahnya dan langsung memeluk Lucky dengan sangat erat.

"Ini benar kau, Cayna?" ucap Lucky meragu.

"Iya, ini aku kak!"

Tangan Lucky mencengkram kuat pelukannya. Namun, entah mengapa ia masih tidak bisa percaya hal ini. Bukannya mengapa, hanya saja apa ini terasa sangat mudah dan aneh? Perlahan, ia melepaskan pelukannya dan menatap wajah adiknya yang masih tenggelam dalam isakannya.

"Jika kau sudah ada disini, lalu dimana Pallad?" tanya Poppy.

"Pallad... dia sudah tiada karena pertarungan terakhir di dunia game itu,"

"Tidak mungkin!" sangkal Emu.

Dokter muda itu mematung. Dadanya sesak mendengarnya. Apa benar yang dikatakannya? Ia pun mencengkram dengan kuat dada kirinya yang semakin sesak. Tidak ada satu pun kata yang terdengar dari semua yang ada disana. Bahkan untuk beberapa menit, mereka semua terdiam dalam kesunyian.

Cayna peraih tangan Lucky yang menggenggamnya dengan lembut. "Kak, ayo kita pulang!" pinta Cayna. Entah mengapa ia berasa adiknya itu sedikit, manja? Entahlah mungkin karena adiknya itu masih sedikit trauma dengan apa yang ia alami.

Ia menggenggam kedua bahu adiknya itu dan menatapnya dengan lembut. "Tunggu sebentar! Kita selesaikan masalah disini dulu,". Sejujurnya, bukan hanya Lucky yang merasakan perbedaan Cayna. Hammy dan Tsurugi juga merasakannya. Bahkan Hammy sedikit menatap Cayna dengan sinis sekarang.

"Tidak bisa kak! Ayah dan ibu pasti khawatir dengan kita!" ucap Cayna.

Perlahan, raut wajah Lucky mendatar dihadapan adiknya. Ia juga melepaskan rangkulannya dan mundur beberapa langkah. Ah! Hammy melepaskan kaitan tangannya di depan dada dan langsung menatap Tsurugi. Siapa sangka, pria itu juga menatapnya disaat yang bersamaan.

"Siapa kau?!" tanya Lucky dengan sangat tegas.

"Aku? Tentu saja aku Cayna!"

Hammy pun berjalan menuju gadis itu dengan gaya khasnya. "Kalau begitu, lawan aku!" perintah Hammy pada Cayna.

Miracle in the GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang