"Ini data terbaru dari jumlah korban yang menghilang,"
Seorang wanita berpakaian seorang seorang perawat memberikan tablet pintar pada salah satu rekannya yang sedang terduduk di salah satu bangku. Layar tablet yang menampilkan beberapa grafik data itu dipelajari oleh salah seorang pria berjas putih dengan rambutnya yang sedikit memutih. Meskipun begitu, usianya baru akan menuju kepala tiga.
"Ini sudah seperti peristiwa zero day waktu itu, ya?" ucap seorang pria dengan jaket merah yang sedang bersandar di dekat pintu.
Mereka semua memang dokter dan petugas rumah sakit. Namun ruangan itu tidaklah menunjukkan ruangan dokter pada umumnya. Ruangan itu cukup sempit dan hanya bisa menampung sekitar paling tidak delapan orang dengan satu layar monitor yang menampilkan sebuah logo bertuliskan 'CR'.
"Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi terus menerus! Emu, apa kau ada ide?" ucap salah seorang dokter yang lainnya.
"Aku, tidak tahu! Maaf," ucap Emu yang langsung bangkit dari sofa dan pergi keluar dari ruangan itu.
**********
Langit siang hari saat itu memang cerah. Hanya ada beberapa kali angin berhembus, meniup rambut dan jas kerja milik Emu yang kini sedang berdiri menyendiri di atap rumah sakit. Entah sudah berapa kali ia pergi kesana untuk menenangkan diri dari tekanan yang ia alami.
"Bagaimana cara mengakhiri ini?" tanyanya pada dirinya sendiri yang sebenarnya ia sendiri belum tahu apa jawabannya.
Awan menutupi matahari karena terhembus angin. Tidak ada cahaya yang menyilaukan mata Emu untuk saat ini. Pandangannya menatap jelas gedung-gedung di penjuru kota. Meskipun begitu, kota itu terasa sepi, setidaknya hingga saat ini. Dan itu membuat Emu mengepalkan tangannya.
"Jadi kau belum berhasil menyelesaikan permainan ini ya, Emu?" ucap seseorang dari arah belakang.
Dokter muda itu membalikkan tubuhnya hingga ia akhirnya bisa melihat dengan jelas pemuda tinggi dengan gaya berpakaian bercorak kotak-kotak dominasi warna ungu. Pemuda dihadapannya itu terlihat tersenyum ramah. Senyuman itu memang sangat manis bagi wanita yang melihatnya. Namun pemuda itu berbeda dengan semua orang yang ada disana, termasuk dengan Emu.
"Ternyata kau, Pallad," ucap Emu yang kemudian mengembalikan pandangannya ke arah perkotaan yang luas itu.
Pemuda yang bernama Pallad itu berjalan menghampiri Emu dan menghentikan langkahnya tepat di samping sang dokter muda. Ia menepuk pundak Emu dengan sedikit keras. Ia bisa merasakan dengan sangat jelas perasaan yang dirasakan Emu saat ini.
Pallad bukanlah seorang manusia seperti Emu. Ia adalah bugster yang terlahir dari tubuh Emu karena penyakit game yang pernah dialami dokter muda itu bertahun-tahun lalu. Mungkin itu sebabnya perasaan mereka terhubung dan Pallad bisa merasakan apa yang Emu rasakan.
"Apa kau masih berpikir bahwa kejadian ini adalah sebuah skenario dari sebuah permainan?" tanya Emu.
"Tentu saja! Jika tidak, bagaimana kau bisa menjelaskan banyaknya orang yang tiba-tiba saja menghilang dan para bugster itu yang kembali muncul dan menyerang kota?"
"Jika memang benar ini sebuah permainan, permainan apa ini? Dan bagaimana cara menyelesaikannya?"
"Kita tidak akan tahu sampai kita tahu satu petunjuknya,"
Sebuah bunyi terdengar nyaring di telinga keduanya. Bunyi itu berasal dari stetoskop milik Emu yang sedari tadi tergantung di lehernya. Stetoskopnya akan selalu berbunyi saat ada penyerangan kelompok bugster di suatu tempat, seperti pada saat ini.
"Sepertinya aku membutuhkan bantuanmu. Bugster-bugster itu terlalu banyak. Empat kamen rider tidak cukup untuk melawan mereka. Bagaimana? Kau tertarik?" tawar Emu.
"Tentu saja! Hatiku kini bergetar!"
***********
Keempat dokter muda dan Pallad sudah tiba di tempat penyerangan bugster. Orang-orang yang disana tampak ketakutan. Tidak perlu waktu lama untuk mereka memutuskan untuk menyerang. Mereka semua mengeluarkan gashat milik mereka masing-masing.
Maximum Mighty X!
Perfect Knock Out!
Taddle Legacy!
Bang Bang Simulation!
Bakusou Bike! Giri Giri Chambara!
"Henshin!" ucap kelima pria itu kemudian memasukkan gashatnya pada game drive yang terikat di pinggang mereka.
Maximum Gashatto!
Gacchan!
Mereka semua kini sudah dalam wujud rider mereka dan mengeluarkan senjata andalan mereka. Pertempuran dengan para bugster kembali terjadi entah untuk keberapa kalinya. Poppy yang tidak ikut bertarung kini membantu mengevakuasi orang-orang dari tempat kejadian.
Pertarungan sangatlah sengit. Terlebih lagi para bugster yang terus-menerus datang tanpa henti. Sejujurnya hal itu memang menguras tenaga mereka. Namun demi menyelamatkan bumi, mereka akan melakukan hal tersebut.
Sedikit demi sedikit jumlah bugster kecil berkurang dan menyisakan bugster besar untuk dilawan. Mereka terus menyerang dan membuat rencana agar para bugster besar itu berkumpul dalam satu tempat.
Rencana yang mereka susun berhasil dan kini mereka melepaskan serangan pamungkas mereka dan mengarahkannya pada para bugster tersebut. Tidak perlu waktu yang lama, para bugster itu kini lenyap dari hadapan mereka.
Para rider itu melepaskan gashat mereka dari game driver dan mengembalikan wujud mereka ke wujud manusia mereka. Bahkan kini Kiriya langsung duduk di tanah karena kelelahan. Ya! dokter yang satu itu memang cukup ekspresif terutama dihadapan Emu. sedangkan Hiiro dan Taiga kini tetap mempertahankan gaya tegas mereka.
"Untuk kali ini cukup kan?" tanya Kiriya.
"Ini baru saja dimulai!" ucap seseorang dengan nada yang mereka kenal.
Semuanya kini menatap lurus ke arah pria berpakaian kantoran yang sedang berdiri beberapa meter dihadapan mereka. Pria itu menyeringai dihadapan kelimanya. Kelimanya membelalakan matanya terkejut. Bahkan Kiriya saja sampai kembali bangkit.
"Genm!" ucap Pallad dengan pelan.
"Dan Kuroto?" ucap Emu yang tak kalah terkejutnya.
"Jadi ini adalah salah satu permainanmu?" tembak Hiiro tanpa berbasa-basi.
Pria itu – Kuroto – tertawa dengan sangat keras dan bertingkah sangat aneh. Pria itu benar-benar sudah gila! Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jasnya. Sebuah gashat kini ada digenggamannya. Namun ada yang berbeda dengan gashat itu. Gashat itu berwarna hitam tanpa memiliki label judul permainan.
"Permainan ini mempunyai variasi gendre. Selesaikan tantangannya, sempurnakan gashatnya! Maka kau akan bisa mengakhiri permainan ini dan menyelamatkan orang-orang! Selamat bermain, Gamer Jenius M!"
Kuroto menjatuhkan dengan sengaja gashat yang sebelumnya ia pegang ke tanah. Sepertinya memang dialah yang membuat semua hal ini terjadi dengan permainannya. Dia memang tidak pernah berubah!
Gashat itu diambil oleh Pallad yang masih bingung dengan apa yang dimaksud mantan rekannya itu. Ia menatap gashat itu dengan seksama. Yang lainnya pun menghampirinya, termasuk juga Poppy. Itu berarti harus ada yang bermain permainan ini. Ah! Tidak! Mereka semua memang sudah memainkannya, dalam hal tidak resmi.
"Jadi harus bagaimana?" tanya Poppy.
"Sekarang kita memiliki dua tugas berat. Satu mengalahkan bugster yang terus muncul disini dan juga menyelesaikan permainan gila ini!" sindir Taiga.
"Sebaiknya aku periksa permainan ini terlebih dahulu sebelum kita benar-benar memulai permainan ini. Kalian urus permainan yang disini," tawar Pallad.
"Baiklah! Jika kau butuh bantuan bilang saja padaku!" ucap Emu seraya menepuk pundak Pallad.
Keduanya saling tersenyum satu sama lainnya. Semua yang ada disana kini mengangguk mantap seraya tersenyum. Pallad menatap gashat itu sekali lagi dan memejamkan matanya. Gestur tubuhnya kini berubah setelah ia kembali membuka matanya. Ia pun menekan tombol yang ada di gashat itu dan perlahan menghilang dari hadapan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle in the Game
FanfictionSecond Book of "Adventure of Important Thing" Trilogy Misi pengawasan Cayna dan Lucky kali ini tiba-tiba berubah menjadi misi penyelamatan Setelah mendapatkan penglihatan sebelumnya, mereka menyadari satu hal. Alam semesta yang sebelumnya pernah mer...