Bayangan pepohonan semakin tidak terlihat. Cahaya tak lagi menyusup, ia mulai memeluk. Mentari yang semakin memuncak seakan hendak melihat keseluruhan. Tidak ada waktu untuk bersantai mulai sekarang.
perjalanan Pallad dan Cayna terhenti saat sebuah cahaya kembali muncul dari dalam tas gadis itu. Sepertinya sebuah petunjuk baru sudah muncul. Tanpa basa-basi, ia lantas membuka tasnya dan mengambil buku yang menjadi petunjuk mereka selama ini.
lembar demi lembar ia balik. Sebenarnya itu buku yang cukup tebal. Namun entah mengapa hanya beberapa lembar saja yang menjadi petunjuk. Sisanya? Hanya berisikan tulisan-tulisan bergaya kuno seakan menjadi penghias.
Cahaya itu meredup saat ia mencapai halaman yang memuat petunjuk baru. Keduanya pun langsung menyimak apa yang tertulis disana dengan seksama. Tidak ada gambar kali ini, hanya tulisan. Namun ada satu hal yang menarik perhatian Cayna.
"Boss stage?" tanyanya ragu.
Pallad mengambil alih buku itu dan membacanya kembali semua yang ada disana. Gadis itu tidak salah baca. Itu memang petunjuk untuk 'Boss Stage'. Ia pun membaca dengan benar-benar semua yang tertulis.
"Apa mungkin permainan ini akan segera berakhir?"
"Mungkin saja. Tapi kita masih memiliki satu lembar kosong. Lembar terakhir!" ucap Pallad seraya membalikkan kertasnya ke halaman yang kosong.
"Memangnya harus penuh?"
"Tidak juga, hanya biasanya."
Cayna hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali. Ya, dia tidak terlalu paham dengan video game, jarang sekali ia memainkannya. "Baiklah! Kita pecahkan dulu yang ini. Ada atau tidaknya petunjuk selanjutnya, urusan nanti,"
"Iya!"
"Jadi! Bagaimana kita mencari titik 0,0 itu?" tanya Cayna dengan penasaran.
Semenit, lima menit. Tidak ada jawaban! Tapi ia tahu bahwa pemuda itu sedang berpikir. Itu jelas terlihat dari wajahnya. Pallad menengadahkan kepalanya. Ia menatap langit siang hari dengan agak lama. Penasaran, Cayna pun mengikuti arah pandangan Pallad. Tidak ada yang aneh. Lalu apa yang pemuda itu lihat?
"Ke arah sana!" ucap Pallad tiba-tiba sambil menunjuk ke suatu arah.
Cayna terkejut bukan main. Mengapa tiba-tiba. Hanya melihat ke langit? Yang benar saja! Pallad menjelaskan bahwa pusat 0,0 dapat dianggap sebagai pusat mata angin. Dimana cahaya matahari yang belum mencapai puncak akan selalu mengarah ke arah barat. Ok! Argument itu dapat Cayna terima. Namun yang tidak bisa ia terima adalah itu semua adalah insting dari Pallad seorang.
"Kau tahu? Aku meragukanmu sekarang!" ucap Cayna dengan gaya sarkas khasnya.
"Kau punya ide?" ledek Pallad.
Gadis itu terdiam. Ia mati kutu. "Ku ikuti perkataanmu!" ucap Cayna pada akhirnya. Ya, gadis itu tidak punya ide lain, tapi ia gengsi untuk mengatakannya. Ia mulai mengambil langkah di depan pemuda itu. Sedangkan Pallad, ia tidak berhenti tersenyum menyaksikan tingkah dari rekannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle in the Game
FanfictionSecond Book of "Adventure of Important Thing" Trilogy Misi pengawasan Cayna dan Lucky kali ini tiba-tiba berubah menjadi misi penyelamatan Setelah mendapatkan penglihatan sebelumnya, mereka menyadari satu hal. Alam semesta yang sebelumnya pernah mer...