Apa yang harus dilakukan sekarang? Tidak ada. Itulah yang dipikirkan Cayna. Ia hanya perlu menunggu pemuda itu mengalahkan Kuroto bersama dengan yang lainnya. Sejujurnya, ia merasa aneh. Bahkan duduk saja ia merasa tidak tenang.
Ia menggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya yang tertekuk. Sunyi. Namun sebuah gemerisik mengusik kesunyiannya. Ia kembali menegakkan pandangannya dan mengedarkannya ke segala sisi.
Sekelompok bugster kini muncul tiba-tiba dari balik semak-semak dan pohon. Jumlah mereka sangat banyak bagi Cayna yang sendiri. Spontan, gadis itu bangkit dan langsung memasang pola bertahannya.
Beberapa serangan ia dapatkan. Untung saja ia masih bisa menahannya. Hanya saja, jika seperti ini terus, ia tidak akan bisa bertahan lama. Dan saat ia mendapatkan celah, ia pun langsung berlari menjauhi kelompok itu.
Adegan kejar-mengejar pun tidak dapat terhindari lagi. Ia terus berlari sekuat tenaganya agar ia bisa menjauh dari kelompok monster itu. Masa bodo dengan ranting-ranting yang menghalangi jalannya.
Ia terus menerobos ranting-ranting dan daun yang menghalangi. Ia yakin sekali bahwa kini penampilannya sudah sangat berantakan. Bahkan ia sudah merasakan perih di beberapa bagian tubuhnya. Namun, apa pedulinya saat ini? Yang penting ia bisa menjauh.
Saat ia menemukan lokasi yang terdapat banyak tumbuhan liar, ia pun langsung menuju kesana. Sebuah bebatuan besar yang tertutup tumbuhan liar dekat sana menjadi tempat yang tepat untuk bersembunyi. Ia harap tidak ada monster yang melihatnya bersembunyi.
Ia mencoba mengatur nafasnya tanpa mengeluarkan sebuah suara pun. Rasanya berat. Bahkan ia harus menahan nafas saat monster-monster itu melewati lokasi persembunyiannya. Beruntung, ia tidak ketahuan. Sepertinya keberuntungan dari kakaknya menular padanya.
Cayna benar-benar bisa tenang sekarang. Setidaknya untuk sementara. Entah mengapa ia punya firasat bahwa bugster-bugster itu akan menemukannya, cepat atau lambat. Namun yang terpenting, ia beristirahat dulu sejenak.
Serangan rasa sakit kepala kembali menghampiri Cayna. Rasa sakitnya sama seperti sebelumnya. Sakit sekali. Di saat seperti ini? Ada apa? Cayna mencoba memperjelas penglihatannya walaupun rasa sakit yang ia rasakan bertambah.
Sebuah perjalanan menuju ke sebuah gua di dekat posisinya sekarang. Ia melihat ke arah perjalanan itu dimulai. Ia menegang untuk sesaat. Akhirnya ia pun bangkit dan mulai berjalan menuju ke gua itu.
Tidak perlu waktu yang lama, ia sampai di gua tersebut. ia berhenti tepat di depan mulut gua. Sebenarnya ia ragu dan takut. Ia bingung dengan apa yang terjadi. Mengapa ia bisa mendapatkan penglihatan itu?
Langkah kaki kembali berjalan memasuki gua tersebut. Kebingungan Cayna semakin menjadi ketika ia hanya melihat sebuah cermin di tengah-tengah ruangan gua tersebut. Apa maksudnya ini? Mengapa cermin?
Ia pun mendekati cermin itu dan menyentuhnya. Namun tidak terjadi apa-apa. Itu hanyalah sebuah cermin besar biasa. Ia mematung beberapa saat sebelum akhirnya ia memutuskan untuk mengeluarkan buku petunjuk.
Lembar demi lembara ia balik. Mengecek setiap sudut dengan sangat teliti. Namun semua yang ia lakukan hasilnya nihil. Ia tidak menemukan apapun disana. Semuanya sama seperti sebelumnya.
"Apa maksudnya?"
Ia meremas sudut buku yang terpegang olehnya dengan sedikit kencang. Ia frustasi dengan keadaannya sekarang. Tidak ada petunjuk apapun yang ia dapatkan. Lalu mengapa penglihatannya memperlihatkan ini semua padanya?
Kesabarannya sudah mencapai batas tertingginya. Dadanya sesak menahan amarah. Air matanya seakan memberontak, meminta untuk segera terbebas. Ia pun melempar buku tersebut ke sembarang arah dengan sangat kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle in the Game
FanfictionSecond Book of "Adventure of Important Thing" Trilogy Misi pengawasan Cayna dan Lucky kali ini tiba-tiba berubah menjadi misi penyelamatan Setelah mendapatkan penglihatan sebelumnya, mereka menyadari satu hal. Alam semesta yang sebelumnya pernah mer...