Malam semakin menyapa. Gadis itu kini sudah tertidur dengan lelap bersandar di batang pohon. Sepertinya memang malam ini adalah malam yang berat bagi gadis itu. Ia pasti masih menahan semuanya sendiri.
Pandangan Pallad kini teralihkan pada tas ransel milik gadis itu yang tergeletak begitu saja di tanah. Ia membuka tas itu dan melihat-lihat semua barang yang ada disana. Tidak ada yang aneh dengan barang-barang disana. Hanya ada buku petunjuk, pedang kecil, obat luka, dan sebuah buku.
Sebuah buku? Pallad tidak pernah melihat buku itu sebelumnya.
Dengan sedikit ragu, akhirnya ia memutuskan untuk melihat-lihat buku itu. Banyak tulisan disana beserta tanggalnya. Mungkin sebuah diary. Baiklah, mungkin sekarang dia sudah keterlaluan.
Ia membaca setiap lembar di buku itu. Siapa sangka kalau ia akan menemukan tulisan yang menceritakan tentang Emu. Sepertinya itu adalah cerita awal bagaimana mereka bertemu. Gadis itu menulis semua yang telah ia alami di semua perjalanannya. Bahkan ia juga menulis pengalamannya hingga kejadian sebelum mereka bertengkar.
Lembar lain ia buka. Namun ia terkejut karena ada beberapa lembar foto yang terselip di halaman itu. Pallad pun memperhatikan foto-foto itu dengan seksama. Itu foto-foto Cayna. Foto dirinya sendiri, foto bersama teman-temannya. Ah! Ada fotonya bertiga dengan Lucky dan seorang pria paruh baya. Apa mungkin ayahnya? Ada juga fotonya berdua dengan seorang gadis seusia yang penampilannya, sedikit berbeda. Mungkinkah dia Mika?
Ia menatap wajah gadis yang sedang tertidur itu dengan sendu. Raut wajah gadis itu berbeda sekali dengan raut wajahnya di foto. Sebuah ide terlintas di pikirannya. Ia merapikan semua barang gadis itu, kemudian bangkit dan menghilang.
**************
Sebuah pintu berwarna putih terbuka secara perlahan, memastikan sang penghuni ruangan tidak menyadari. Pallad melihat semua penghuni telah tidur semua. Ia pun masuk secara perlahan ke dalam ruangan agar tidak membangunkan siapapu disana.
Di depannya kini terbaring seorang pemuda yang tidak sadarkan diri. Meskipun begitu, ia tahu bahwa pemuda itu sudah lebih membaik dari sebelumnya. Setelah dirasa cukup, Pallad memutuskan untuk kembali. Ia membalikkan tubuhnya, tetapi tiba-tiba.
"Duduklah!" perintah seseorang dengan pelan.
Terkejut. Ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara. Pemuda itu kini sedang berusaha bangkit dari posisi tidurnya. Spontan, Pallad membantu pemuda itu agar duduk bersandar.
"Kau sudah sadar ternyata, Lucky,"
Pemuda Shishi itu tersenyum lemah. Tubuhnya sudah tidak merasakan sakit lagi. Mungkin karena ia baru saja terbangun dari tidurnya. Ia bisa melihat wajah pemuda dihadapannya. Ada yang ingin disampaikan pemuda itu, tapi Lucky tidak ingin memaksa.
"Bagaimana kondisimu sekarang?"
"Aku sudah baik. Emu bilang besok aku sudah bisa keluar dari ruangan ini dan kembali membantu kalian,"
Kesunyian menghampiri mereka berdua selama beberapa waktu. Pemuda bugster itu Lucky lihat seperti ingin menyampaikan sesuatu, tetapi selalu ia tahan. Sebuah ide terlintas dalam benak Lucky untuk memancing pemuda itu.
"Bagaimana keadaan Cayna?"
Raut wajah pemuda bugster itu semakin suram. Ia bahkan tidak berani balik lawan bicaranya yang sedari tadi menatapnya. Beberapa kali ia ragu untuk mengatakan yang sebenarnya pada Lucky seraya menghembuskan nafas panjangnya.
"Maaf! Aku tidak bisa memenuhi janjiku,"
"Heh?"
"Cayna terluka karena melindungiku dari musuh. Maaf aku tidak bisa menjaganya," sesal Pallad di depan Lucky.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle in the Game
FanfictionSecond Book of "Adventure of Important Thing" Trilogy Misi pengawasan Cayna dan Lucky kali ini tiba-tiba berubah menjadi misi penyelamatan Setelah mendapatkan penglihatan sebelumnya, mereka menyadari satu hal. Alam semesta yang sebelumnya pernah mer...