Rama mengembangkan senyumannya saat membaca pengumuman pembagian kelas di mading. Dia menoleh pada Qinan. "Kelas 10 Ipa 3, kita sekelas, Qi! Wih senangnya sekelas sama lo."
Qinan balas mendelik. "Dih, males banget."
"Lo buat hati gue cenat-cenut, Qi." Rama memegang dadanya sendiri. Memasang wajah sedih.
"Hahahahahah kasian deh lo!"
Suara tawa tersebut membuat Qinan dan Rama langsung menyorot si sumber suara dengan horor.
Kibo menyengir lebar sambil melambai kecil. Di sampingnya ada Res yang juga memberikan tatapan aneh pada Kibo, padahal mereka berdua baru datang tapi tiba-tiba saja Kibo mentertawakan Rama.
"Eh, awas atuh! Gue juga mau liat." Kibo mengusir Qinan dan Rama agar tak menghalagi pandangannya.
Qinan berbicara pada Res dengan senyuman cerah. "Kita sekelas Res."
"Oyah?" Res menyeruak maju, menggeser Kibo dengan paksa. Lalu mencari namanya di sana. "Wih, bener!"
Melihat kesenangan dua gadis itu yang haha-hihi hanya berdua membuat Rama jadi mencibir sebal. "Sekilas info aja nih bu-ibu. Gue sama Kibo juga satu kelas sama kalian."
Qinan dan Res melirik sinis dua temannya itu. Lalu melengos pergi meninggalkan mereka. Rama dan Kibo saling merangkul satu sama lain. Saling memberi kekuatan sesama orang tersakiti.
Mereka berhenti di depan kelas bertuliskan X-IPA 3. Rama dan Kibo menyusul, jadi berdiri di samping keduanya. Saat itu kelas masih terhitung sepi, sebuah keuntungan untuk mengambil tempat duduk yang paling strategis.
Qinan dan Res duduk di jajaran ketiga di barisan dekat pintu. Sedangkan Rama dan Kibo duduk di belakang mereka, di jajaran keempat. Rama di belakang Qinan dan Kibo di belakang Res.
"Posisi wenak nih, strategis!" Kibo berkata senang. Kursi paling belakang adalah favoritnya.
Rama mengangguki, merasa senang juga. Ia lalu mencolek dua gadis di kursi depan, membuat keduanya menoleh dengan alis terangkat bingung. Rama menyengir, "Btw kalian pinter gak?"
"Kenapa? Biar gampang nyontek ya?" semprot Res dengan sinis.
"Yups, benar sekali!" Rama berseru tanpa malu. "Lo tau sendiri Res pas SMP nilai gue lumayan ancur."
Kibo tertawa. "Wah kasian, gue mayan pinter, sih, Ram," katanya songong sambil mengedutkan alis.
Tiga orang lainnya menyipit tak percaya. Dari tampang dan sifat pecicilannya Kibo tak seperti anak pintar.
"Gue gak percaya," gumam Res.
"Hih, gak percaya? Oke kita buktikan semester depan. Kalo nilai gue lebih gede dari kalian berdua-"
"Loh kok gue gak diitung?" Qinan protes. Kibo tak menunjukknya juga.
Kibo menyengir. "Maaf, Qi. Dari auranya lo udah keliatan murid teladan yang pinter, gue pasti kalah. Yang ini aja anak dua, kalo nilai gue lebih tingi dari kalian kalian harus akui kalo gue emang pinter."
Res dan Rama saling pandang dengan reaksi wajah aneh yang sama. Rama berceletuk, "Gue malah makin gak yakin."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET : TWINS ✓
Roman pour Adolescents⚠️WARNING⚠️ ⚠️DAPAT MEMBUAT HATI JUMPALITAN⚠️ --- Pada awal masuk sekolah, Qinan sudah berprasangka buruk pada si ketos. Manusia jutek yang sering membuatnya terintimidasi hanya dengan tatapan tajamnya. Namun, ternyata ada yang lebih seram dari si k...