4. Sepeda yang malang

2.9K 361 38
                                    

Seorang gadis berponi dengan rambut dikuncir kuda berdiri di samping sepedanya di parkiran. Kali ini Qinan parkir di barisan motor siswa terujung yang dekat dengan tembok karena  mengingat larangan Galang kemarin.

Matanya mengedar mencari sosok yang dia tunggu sejak tadi. Qinan melirik arloji. Sudah hampir jam tujuh, tapi si ketua OSIS itu masih belum datang juga.

Sebuah mobil sedan warna silver melewati gerbang, mendadak menjadi pusat perhatian para murid yang ada di sana. Mobil itu berhenti di parkiran mobil guru.

Qinan awalnya tak begitu peduli, namun saat seseorang dalam mobil itu keluar. Dia langsung menegak dengan mata berbinar.

"Kak Gilang," gumamnya. Dia melangkah hendak menghampiri, tapi mendadak berhenti ketika seorang lainnya keluar dari mobil tersebut.

Mulut Qinan terbuka, matanya mengerjap beberapa kali. Bukan hanya dia yang begitu, tapi hampir para siswi lain yang juga melihat.

Galang dan Gilang. Kedua pemuda itu dalam sekejap menjadi pusat perhatian setiap pasang mata. Kemiripan keduanya membuat orang menebak-nebak yang mana Gilang dan yang mana Galang—bagi yang belum tahu.


Termasuk Qinan. Tujuan gadis itu menunggu Gilang adalah untuk mengembalikan jas Osisnya. Namun, setelah melihat pemandangan itu, dia dibuat bingung. Mereka benar-benar semirip itu, kalau diibaratkan seperti Upin dan Ipin yang direndengkan tapi si Upin dibotakin. Jadi, sulit untuk membedakannya.

"Kak Gilang!" Qinan berseru, melangkah mendekati kedua orang kembar tersebut.

Galang dan Gilang menoleh bersamaan pada Qinan, membuat Qinan merutuk karena harapnya hanya Gilang saja yang menoleh. Apalagi tak ada yang menyahut sama sekali, kedua pemuda itu malah diam memandangnya datar.

Ini yang mana yang Gilang???

Qinan berdiri di hadapan mereka. Dia melirik mereka satu per satu. Tak ada yang bisa di bedakan, seragam sekolah ini tak menambahkan tanda pengenal di bajunya.

Katanya Gilang itu terkenal rapi, tapi pagi-pagi begini Galang pun terlihat rapi. Qinan menelan ludah, ragu-ragu mengangkat paper bag yang sejak tadi dia bawa, menyodorkannya pada salah satu di antara mereka.


Gilang yang memperhatikan kegelisahan gadis itu sejak tadi semakin mengernyit saat gadis berpipi bulat itu menyodorkan paper bag yang dia pegang.

Pada Galang.

"I-ini jas OSIS Kak Gilang, udah aku cuci." Qinan mencicit, menunduk sambil memejamkan mata.

Galang yang disodorkan paper bag jadi mendelik heran. Dia melirik Gilang yang mengendik, lalu memilih pergi tanpa meluruskan kesalahpahaman Qinan. Sementara Gilang segera mengambil paper bag yang masih Qinan sodorkan.


Merasakan paper bag-nya diambil. Qinan langsung mendongak, kemudian terdiam, melihat tak ada siapa pun di depannya.

"Makasih, tapi lo salah orang."

Qinan menelan ludah, langsung menghadap Gilang di sisi lainnya, sedangkan Galang–orang yang dia sodorkan paper bag sudah menjauh pergi.

"Maaf, Kak. Tadi aku bingung yang mana yang Kak Gilang," katanya canggung.

Gilang mengangguk. "Lain kali tanya dulu, biar jangan salah lagi."

BITTERSWEET : TWINS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang