"Qi, seriusan lo bawa nasinya doang?" Kibo tak habis pikir dengan tingkah salah satu teman perempuannya itu. Padahal mereka mau makan siang bersama dengan bekal masing-masing. Tapi, Qinan hanya membawa nasi tanpa lauk pauk.
"Kalian kan suka banyak bawa lauknya, ya gue mau minta aja sekalian. Lagian, tadi pagi di rumah gue cuma ada ikan asin sama sambel." Qinan menimpali dengan cengiran lebar.
Rama dan Res hanya terkekeh pelan melihatnya. Rama menyendok lauk rendang sapi miliknya dan memindahkannya ke kotak bekal Qinan, yang langsung diberi dua jempol oleh si pemilik.
Gadis berpipi bulat itu mengangkat kotak bekal miliknya, lalu menyodorkan pada kedua temannya yang lain untuk meminta jatah lauk.
"Nih, spesial buat Qiqi!" Res menyendokan capcay pada kotak makan Qinan.
Selanjutnya, Kibo. Pemuda itu sudah berbaik hati akan memberikan lauknya pada Qinan. Tapi, dengan tak tahu diuntungnya Qinan malah menarik kembali kotak makannya saat Kibo menyendokkan lauk miliknya.
"Kenapa?"
"Makan nasi bareng mie sama aja kayak sampah."
Rama dan Res tersedak bersamaan saat Qinan mengatakan itu. Sedangkan Kibo langsung mendatarkan wajah tanda dia kesal. Tak terima mie gorengnya di sebut sampah.
"Enak aja dibilang sampah, lo juga waktu itu sering bawa ini."
Gadis itu terdiam, tapi dengan pedenya dia berkata, "Sekarang gue udah tobat."
Rama tertawa. "Bukan sampah kata yang tepatnya, itu terlalu sarkas. Lebih enak didengar kalo disebut makanan tak bergizi," katanya meralat, "Siapa sih yang ngajarin lo bilang begitu?"
"Kak Gilang."
Jawaban Qinan membuat ketiga orang itu dengan cepat meliriknya, dengan tatapan penuh arti.
"Jangan salah paham dulu! Gue emang pernah makan bareng dia, cuma gak berdua! Ada Kak Via sama Kak Rizal juga. Itu tuh pas lo gak sekolah dan kalian berdua kumpulan ekskul," jelasnya tak mau mereka salah paham.
Mereka mengangguk sekali, tak menimpali lagi. Kecuali Kibo yang kembali berceletuk, "Jadi lo mau gak nih mie-nya?"
Qinan menggeleng, tapi sambil mengambil sebuah tempe goreng yang di kotak bekal Kibo. "Ini aja, udah cukup kok," katanya yang langsung dibalas delikan Kibo.
Qinan memperbaiki posisi duduknya sebelum makan, lalu berdoa. Namun, saat dia hendak menyuapkan nasi ke dalam mulutnya, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Ia mengurungkan niat makannya sebentar untuk melihat siapa yang mengirim pesan.
Matanya membulat sekejap membaca pesan tersebut, yang selanjutnya Qinan benar-benar mengurungkan niatnya untuk makan siang sekarang. Ia menutup kotak bekal, lalu memasukkannya ke kolong meja.
"Gue ada urusan, kalian makan duluan aja!" katanya cepat.
"Eh, lo mau ke mana?" Rama berteriak memanggil Qinan, tapi sayangnya dia sudah keluar kelas.
"Kira-kira siapa yang ngechat Qinan tadi?"
***
Lelaki itu merasa dirinya sudah tak waras sekarang. Ia menyandarkan punggungnya ke tembok di belakang sekolah, mengangkat paper bag yang dia bawa dan memandanginya dengan tatapan tak terdefinisi.
Tubuhnya merosot sampai bokongnya menyentuh lantai semen. Ia mengeluarkan ponselnya dan mulai merutuk lagi dalam hati saat melihat pesan yang dia kirim.
Gw mau byr utang, dateng ke belakang sklh! Gpl!
Apa-apaan coba pesannya itu?!
Bisa-bisanya dia menyuruh si cewek ngegas menemuinya, dan yang paling gila dan sangat imposibble adalah kenapa dia sampai repot membawa double bekal makan siang hari ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET : TWINS ✓
Novela Juvenil⚠️WARNING⚠️ ⚠️DAPAT MEMBUAT HATI JUMPALITAN⚠️ --- Pada awal masuk sekolah, Qinan sudah berprasangka buruk pada si ketos. Manusia jutek yang sering membuatnya terintimidasi hanya dengan tatapan tajamnya. Namun, ternyata ada yang lebih seram dari si k...