"Rasanya sesak. Hati ini seakan patah dan pecah berkeping-keping."
°°°Galang datang ke sekolah pukul sebelas lebih sepuluh menit. Dia berjalan santai menyusuri koridor yang sepi, karena para murid lain tengah belajar di kelas masing-masing.
Penampilannya berantakan. Rambut yang sengaja sedikit dipirangkan, baju putihnya dikeluarkan, juga memakai seragam yang kusut dan atribut yang tak lengkap.
Sangat ketara sekali imej badboy yang sering muncul dalam novel teenlit atau film-filmnya anak sekolahan.
Meski begitu, Galang bukannya sok ingin disebut badboy. Dia malah tidak suka dengan sebutan itu. Dia tak suka jika ada yang mengatakan jika dia itu punya vibes badboy.
Kenapa?
Yah, pikir saja. Memangnya dia akan senang begitu jika disebut laki-laki berkelakuan buruk?
Galang masih punya batasan. Dia memang melakukan banyak hal semaunya sendiri. Tapi, dia tidak akan keluar batas, sampai-sampai melupakan kewajibannya.
Sekolah salah satu kewajibannya. Jadi, dia akan datang selama waktu sekolah masih ada.
Seperti sekarang saja.
Lelaki itu mengetuk tiga kali pintu kelasnya yang terbuka (12 IPA 3), membuat Pak Ferdi si guru Biologi dan teman-teman sekelasnya langsung melempar tatapan padanya.
"Kamu baru datang jam segini, Galang?" tanya Pak Ferdi. Raut wajahnya seketika jadi keruh, memandang Galang dengan tatapan jengkel.
Berbeda dengan Pak Ferdi, teman sekelasnya malah terlihat biasa-biasa saja, karena sudah sering melihat keterlambatan seorang Galang yang ... sungguh keterlaluan itu.
"Maaf, Pak. Tadi, saya ada urusan." Galang menjawab santai.
Tapi, tentu jawaban Galang tak membuat suasana hati Pak Ferdi membaik. Guru Biologi tersebut tetap memasang wajah garang, bahkan menjadi lebih tajam.
"Keluar, kamu tidak usah ikut pelajaran saya hari ini."
"Saya sudah datang ke sini, tapi bapak usir saya?"
Pak Ferdi menimpali lagi, "Keterlambatan kamu tidak bisa saya tolerir Galang."
Galang mengangguk sekali. Lalu berbalik, dan pergi begitu saja. Dia tak akan buang-buang tenaga hanya agar bisa masuk kelas. Kalau guru sudah mengusirnya, yasudah, lagipula hal itu menjadi kesempatan untuk bersantai ria.
Pintu UKS dibuka, Galang masuk ke sana. Yang ternyata sedang kosong tanpa adanya Mbak Cici si perawat UKS.
Sebenarnya Galang ingin makan siang, tapi sayang hari ini dia tak membuat bekal apapun. Alhasil, untuk menghabiskan waktu dia memilih untuk tidur di ranjang tengah, tempat favoritnya.
***
"Eh, tau gak tadi istirahat pertama si Qinan dibully di toilet, sampe nangis-nangis loh?"
"Yang bener? Sama siapa?"
"Denger-denger sih temen sekelasnya si Via."
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET : TWINS ✓
Novela Juvenil⚠️WARNING⚠️ ⚠️DAPAT MEMBUAT HATI JUMPALITAN⚠️ --- Pada awal masuk sekolah, Qinan sudah berprasangka buruk pada si ketos. Manusia jutek yang sering membuatnya terintimidasi hanya dengan tatapan tajamnya. Namun, ternyata ada yang lebih seram dari si k...