43. Menjenguk

2.2K 317 118
                                    

Spesial up, di hari spesial juga.🤩

Aku hari ini ultah guys, wkwk. Gada yg mau ngucapin sesuatu gitu? avv :v

Alhamdulillah, gak kerasa udah 18 tahun, hehew. Ternyata capek juga, tapi makasih sama diri sendiri karena udah bertahan🤧😭

Happy reading:*

Thanks, for you support:)



***

Galang datang terlambat pagi ini. Padahal niatnya kemarin dia akan bangun pagi agar bisa menjemput Qinan. Namun, sayang niatnya urung ketika dia bangun tidur pukul tujuh pagi.

Galang sampai di sekolah jam delapan, ketika KBM sudah dimulai setengah jam lalu. Ia melangkah sepanjang koridor dengan tenang, dan saat berada di depan kelas 10 IPA 3 dia menyempatkan diri untuk mengintip kelas tersebut.

Kosong?

Kemudian ia melempar tatapan ke lapangan utama, menyipitkan mata melihat sekumpulan murid yang sedang melakukan teknik basket sederhana—mereka anak kelas 10 IPA 3. Dari koridor dia memperhatikan dengan seksama murid-murid tersebut, ada yang aneh.

Ke mana Qinan?

Galang memperhatikan wajah-wajah itu sekali lagi. Benar, tak ada gadis mungil itu disana.

Seseorang yang melihat Galang dari lapangan menghampiri pemuda itu, mengalihkan perhatian Galang padanya. Rama tersenyum, menyapa sekilas. "Baru dateng, Kak?"

"Qinan di mana?" Bukannya menjawab, Galang malah bertanya hal lain.

Rama sudah menduga Galang akan menanyakan hal itu. Dan mungkin nanti siang, Gilang pun akan bertanya hal yang sama. Rama bisa melihatnya, bahkan sudah telalu jelas di mata orang-orang juga, jika Gilang pun menyukai Qinan. Twins SMA Pradika menyukai satu gadis yang sama.

"Qinan sakit."

"Sakit apa?"

"Katanya adiknya sih, sejak semalam dia demam."

Galang terhenyak, jangan-jangan Qinan sakit karena kemarin kehujanan bersamanya?

"Rama!!!" Teman-teman Rama berseru bersamaan, ketika Pak Budi si guru olahraga memanggil namanya.

"Eh, gue duluan yah, Kak," pamitnya, segera mengambil bola dan melakukan teknik yang diperintahkan.

Galang merogoh ponselnya, langsung menelpon gadis itu untuk memastikan.

"Halo?"

"Lo sakit?"

"Hm, cuma demam." Suara Qinan terdengar parau.

Galang mendesah samar. "Lo pasti demam karena kehujanan kemarin, 'kan?"

Qinan tak menjawab.

"Sekarang gue ke rumah lo."

"Jangan!" Qinan langsung berseru. "Sekolah dulu! Nanti pulang sekolah baru boleh ke sini. Sekarang juga kan udah waktu masuk, sana belajar!"

BITTERSWEET : TWINS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang