*)SMA Pradika akhir semester 2, tahun 2022
Confetti dan smoke bomb memeriahkan acara perpisahan tahun ini. Para murid kelas 12 berkumpul di tengah lapangan, saling merangkul membentuk dua lingkaran besar.
Qinan tertawa riang, bersama Rama dan Res di sebelah kanan dan kirinya, sementara Kibo berada di luar barisan, sedang berlarian membawa smoke bomb berasap hijau.
"Bo, sini!" Rama berseru. Karena smoke bombnya sudah habis Kibo segera melesat menyempil di dekat Rama, menyambung dengan barisan.
"Gak kerasa kita udah lulus aja." Qinan bergumam.
Res mengangguk dan menimpali ucapannya, "Waktu emang gak bisa ditebak. Kadang kerasa lama, kadang kerasa cepet banget."
"Tapi, setidaknya gue bersyukur bisa bareng kalian."
Tiga orang itu langsung menatap Rama bersamaan, lalu tersenyum lebar. Ya, itu benar. Masa SMA mereka jadi lebih indah dengan adanya persahabatan mereka.
"Makasih, udah selalu ada." Qinan berkata, matanya berkaca-kaca merasa terharu. Kalau tidak ada teman seperti mereka, entah akan bagaimana jadinya dia.
Karena mereka, Qinan bahagia.
Karena mereka, Qinan merasa aman.
Dan karena mereka, Qinan tak kesepian.Qinan selalu bersyukur, bisa bertemu dengan tiga orang yang memiliki kepribadian berbeda itu. Mereka saling melengkapi dan saling memahami satu sama lain. Qinan harap persahabatan mereka akan bertahan lebih lama lagi. Bahkan sampai kakek-nenek nanti. Ah, membayangkannya saja sudah sangat menyenangkan.
***
Setelah acara utama selesai, para peserta perpisahan membubarkan diri dari lapangan, mereka berpencar-pencar untuk berfoto ria bersama teman-temannya.Setelah berfoto bersama kelas mereka, keempat orang itu langsung memisahkan diri, mencari spot foto terbaik.
"Adit! Sini!"
Qinan berseru ketika melihat adiknya yang sedang berbincang dengan anak OSIS lain. Siapa sangka, adiknya tersebut sekarang menjabat sebagai ketua OSIS di sekolah ini.
Adit menoleh, lalu memasang wajah malas dan melangkah mendekat dengan kedua tangan di masukkan ke dalam sakunya. Membuat Qinan dan ketiga temannya langsung mendelik, karena tingkah Adit yang sok cool.
"Si Adit sok iye, njir. Geli gue." Kibo menggerutu, tak habis pikir melihat Adit yang biasanya bertingkah random jadi berwibawa begitu.
"Maklum, dia kudu jaim sebagai ketos," kata Rama ikut-ikutan berkomentar.
Res tertawa kecil. "Tapi, mending gini sih, gesreknya gak keliatan. Lo juga harus gitu, Bo, jaim dikit lah jangan terlalu blak-blakkan," katanya sekaligus memberi saran pada Kibo.
Kibo mencibir. "Kurang berwibawa apa gue? Lihat nih, keren banget 'kan gue?" Ia mengeratkan jas hitam yang dia pakai dengan sok keren, memasang wajah songong sok kegantengan.
Res membuang muka tak peduli. Bergitupun juga dengan Qinan dan Rama yang malah sibuk mengomentari Adit.
"Dia terlalu kalem, padahal di rumah gak bisa diem." Qinan mencibir. Rama tertawa, apalagi ketika melihat wajah Adit —yang sebenarnya sudah berdiri di depan mereka sejak tadi— memasang wajah jengkel. "Terus aja ngomongin gue depan muka gue. Apa panggil-panggil? Gue sibuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET : TWINS ✓
Fiksi Remaja⚠️WARNING⚠️ ⚠️DAPAT MEMBUAT HATI JUMPALITAN⚠️ --- Pada awal masuk sekolah, Qinan sudah berprasangka buruk pada si ketos. Manusia jutek yang sering membuatnya terintimidasi hanya dengan tatapan tajamnya. Namun, ternyata ada yang lebih seram dari si k...