21. Its okay to not be okay

1.9K 277 32
                                    

Jangan lupa vote dan komen❤️

***

Pertengkaran Galang dan Wisnu dengan cepat langsung menyita perhatian warga sekolah. Ada yang biasa saja dan tak peduli, ada yang bergosip aneh-aneh, ada juga yang merasa miris.

Rama dan Kibo duduk bersampingan, di depannya ada Qinan yang tengah makan bekalnya yang sempat dilupakan tadi. Sementara Res, sedang pergi bersama Rio menemui wali kelas mereka ke kantor.

"Jadi yang ngechat lo itu Kak Galang?" tanya Rama memastikan, setelah mendengar cerita Qinan saat memergoki pertengkaran Galang-Wisnu.

Qinan mengangguk sambil mengunyah makanannya.

"Sejak kapan lo deket sana Kak Galang? Punya nomornya lagi." Kibo berkata penuh selidik, dengan mata sengaja dibuat menyipit.

Qinan menelan makanannya, lalu menjawab. "Gue gak deket sama dia. Kalo soal nomor, tuh tanyain sama manusia samping lo itu," katanya, melempar tatapan sinis pada Rama.

Kibo melirik Rama, meminta kejelasan dari temannya itu. Rama tercengir, lalu angkat suara. "Kan gue udah bilang dia yang minta sendiri, Qi. Jangan sensian mulu dong,  gue juga gak enak kalo gue gak kasih." Rama menumpu wajahnya dengan tangan, lalu memperhatikan gadis di depannya yang asyik makan. "Kayaknya dia suka sama lo deh."

"Uhuk!" Qinan tersedak, "Sialan lo, Ram!"

"Nih, nih, minum dulu!" Kibo memberikan minum pada Qinan, yang langsung diteguk sampai tandas.

Meski setelahnya Qinan terbatuk lagi dengan mata yang berair. "Nasinya masuk ke idung!" hebohnya sendiri sambil mendengus-denguskan hidungnya keras.

Kibo dan Rama bukannya membantu malah bangkit dan mundur menjauh. Menjaga jarak, agar tidak terciprat ingus Qinan.

"Gimana nih? Gak keluar-keluar!" Usaha Qinan mendenguskan hidung masih belum bisa membuat nasi yang tersangkut di saluran hidungnya keluar.

"Pencet hidungnya sebelah, Qi. Terus singsringken katarik!" Kibo memberikan intruksi, masih ditempat yang agak jauh dari Qinan.

Qinan mendegus-denguskan hidung lagi, bahkan kini dia sudah mengeluarkan air mata.

"Ayo, Qi lo pasti bisa!" Rama menyemangati. Juga Kibo yang berseru memberi instruksi, layaknya dukun beranak yang mengintruksi ibu hamil saat melahirkan.

Sampai akhirnya, sebutir nasi keluar dari hidung Qinan, terlempar begitu saja.

Qinan akhirnya bernapas lega, sementara Kibo dan Rama langsung memasang wajah jijik bersamaan.


***

Galang meringis, saat cairan antiseptik menyentuh permukaan kulitnya yang terluka. Mbak Cici yang mengobatinya, menghela napas samar, lalu menegakan tubuh kembali.

"Sakit, 'kan? Kenapa kamu berantem lagi Galang?" tanya Mbak Cici, kini menempelkan plester luka di luka memanjangnya. "Luka kamu lebih parah dari yang terakhir kali," katanya melanjutkan.

"Hm." Balasan Galang membuat Mbak Cici berdecak kecil, lalu menyudahi kegiatan mengobatinya.

Galang menyentuh wajahnya, meraba-rabanya pelan. Ada sebuah plester yang tertempel memanjang di pipi kirinya.

BITTERSWEET : TWINS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang