Part 31

14.2K 695 37
                                    

       Aldric sudah menyiapkan mental nya saat ingin menjemput Elisha. Dia akan membuat gadis itu mengerti tentang dirinya agar salah faham seperti ini tidak akan terulang lagi.

        Namun baru saja ia sampai di kediaman neneknya Deve , urat  dilehernya serta kepalan tangan menahan emosi sudah ia lakukan melihat Dimas dan juga Deve berada di dalam rumah. Duduk dengan santainya di sofa ruang tamu.

Ia harus bisa menahan emosi ini semua hanya untuk gadisnya, Elisha.

"Ada apa ya nak." Ucap sopan wanita renta yang membukakan pintu untuk Aldric.

"Saya Aldric dosennya Elisha, saya kemari ingin menjemput nya."

"Ouh, silakan masuk dulu."

       Kening berkerut menghiasi wajah neneknya Deve. Mungkin ia bingung kenapa tiba-tiba rumahnya ramai dengan laki-laki yg agak tidak jelas.

       Deve dan Dimas terkejut tentu dengan kedatangan salah satu dosen killer bagi Deve ini sangat aneh. Dipikiran Dimas entahlah pria itu tersenyum miring melihat wajah mengeras Aldric yang terlihat mencekam.

       Meski baru kenal Deve dan Dimas terlihat akrab, mereka berbincang masalah kelakuan unik Elisha atau hanya sekedar membahas bola dan olahraga.

       Dimas memang orang yang penuh dengan tipu daya, ia begitu mudah akrab dan meyakinkan orang-orang disekitarnya untuk percaya kepadanya. Apalagi didukung oleh wajah manis seperti tanpa dosa itu, membuat Aldric ingin bermain menggambar beberapa pola pada wajah laki-laki itu menggunakan silet.

       Aldric mendudukkan bokongnya didepan dua orang itu membuat suasana menjadi mencekam. Deve berinisiatif menyapa dosennya itu walau dibalas dengan dikacangin.

"Eh pak dosen ada apa ya pak."

"Saya ingin menjemput Elisha."

       Didalam pikiran sempit Deve terdapat banyak sekali pertanyaan. Mulai dari mengapa pria itu tau dimana Elisha berada? Kenapa Aldric peduli dengan keadaan Elisha? Dan apa hubungan diantara dua manusia itu? Membuat kepala Deve ingin meledak.

       Tapi seberapa penasaran nya Deve ia tetap tidak berani menanyakan nya langsung , secara atmosfer di ruangan ini saja sudah mencekam apa lagi melihat tatapan Aldric dan Dimas membuat Deve berfikir ulang mengenai kekepoan-nya.

       Di ruangan lain. Elisha diminta sang nenek untuk dibuatkan dua gelas jus jeruk beliau bilang sedang ada tamu. Elisha sama sekali tidak menaruh curiga siapa gerangan tamu itu dengan santuynya Elisha membawa nampan berisi tiga gelas jus jeruk dan secangkir teh untuk nenek.

       Saat tiba diruang tamu Elisha langsung disambut dengan seluruh tatapan menuju kearahnya terutama tatapan yg ia rindukan sekaligus benci.

       Aldric menatap Elisha berbinar sekaligus memancarkan kerinduan dan penyesalan. Yang ditatap tidak membalas, Elisha hanya menatap lurus sambil meletakkan nampannya di atas meja.

       Deve merasakan aura ketegangan semakin tebal saat Elisha datang. Sungguh demi apapun ia ingin menghilang dari sini sekarang juga.

       Tak berapa lama kemudian nenek datang dan duduk diantara mereka bertiga. Kali ini nenek yang biasanya jenaka terlihat sangat berwibawa. Bila biasanya ia selalu menebar senyuman kini diwajahnya beisi keseriusan membuat suasana semakin sesak.

"Deve."

"Iya Oma."

"Oma mau ke pasar sebentar tolong temani ya."

       Deve menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal, bingung dengan sikap nenek kesayangannya ini. Namun apa boleh buat ia hanya bisa menurut dan meninggalkan ketiga orang itu untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri.

He's a Psychopath ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang