Part 17

21.1K 1K 16
                                    

"Woy apa apaan ini!!!!!"

"Aldric." cicitku lirih.

Sial!

       Dimas mengumpat kesal, melepaskan rengkuhannya pada Elisha. Sedangkan Aldric mulai mendekat dengan tatapan yang berapi-api. Mengetahui bahwa tidak mungkin Dimas melawan Aldric dan para pengawal-pengawalnya, Dimas memutuskan untuk melarikan diri.

       Ia berlari masuk kedalam gang yang gelap. Aldric menyuruh para pengawalnya untuk mengejar laki-laki itu namun para pengawal Aldric gagal karena Dimas terlalu gesit, menghilang dibalik bangunan dan gelapnya hari.  Amarah nya kini benar-benar sudah tidak dapat dibendung lagi. Bila bukan karena ia harus mengamankan Elisha dulu, Aldric pasti akan mengejar bastard itu dan memukulinya sampai mati.

Sial!

       Aldric menatap nyalang ke arah Elisha yabg hanya diam, mematung. Gadisnya disentuh oleh pria lain. Oh tidak, Emosinya kembali terpancing mengingat kejadian saat laki-laki itu mencium kening Elisha dan yang empunya hanya diam. Seolah-olah Elisha membiarkan orang itu melakukanya tanpa melawan sama sekali. Sebenarnya ada apa dengan gadis itu?

       Aldric menarik kasar tangan  Elisha, membuat yang empunya tersadar dari lamunan. Elisha mencoba memberontak namun hasilnya nihil, Aldric malah semakin menggenggam erat tangannya membawanya masuk kedalam mobil Aldric dengan kasar.

Selamat tuan Aldric, telah membangunkan singa yang sedang tidur.

       Di dalam mobil hanya diisi keheningan. Selama perjalanan tidak ada satupun yang membuka suara. Di dalam mata aldric tersirat amarah yang tertahan. Kecepatan mobil yang dikendarai pun diatas rata-rata. Di dalam hati Elisha ingin rasanya menghilang saja dari dunia ini.

       Elisha melirik kilas masih terlihat jelas amarah di wajah si dosen beku. Salahkah aku bila tidak bisa melupakan masa lalu. Dimas seharusnya kamu tidak datang lagi di kehidupanku. Moodku hari ini benar-benar hancur.

       Tunggu sebentar ini jalan menuju rumahku. Aku rasa akan lebih aman kalau dirumah sendiri.

       Sesampainya di depan rumah, Elisha turun diikuti oleh Aldric yang masih menampakan wajah datarnya.

What the hell

       Apa yang terjadi sama rumah aku!!. Bukanya sombong ya tapi rumah aku tu sederhana banget temboknya blom di cat, lampu penerangan cmn ala kadarnya, perabotan ga punya, tv cmn tinggal nama. Ga salah ini rumah gue kok jadi bagus gini, apa Aldric salah nganterin gue.

       Elisha hanya berdiri di ambang pintu ia tidak yakin apakah ini benar-benar rumahnya. Aldric yang melihat tingkah Elisha yang rada norak, jadi gemas dan mendorong tubuh Elisha masuk kedalam rumah.

       Saat Elisha sibuk memandangi seisi rumahnya yang berubah seratus delam puluh derajat, Aldric menatap gadisnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Aldric kita ga salah rumah kan?"

"Engga."

"Gila! lo apain rumah gue? ... ups"

"Sekarang udah berani ya ngomong gitu?!"

       Emosi Aldric yang sempat mereda kini kembali membara. Kini ia harus menyelesaikan semuanya sekarang juga.

"E-engga gitu maksudnya."

"Siapa laki-laki tadi?"

"Aduh jawab apa nih" batin Elisha.

"Lo ga usah pura-pura bego bitch!  Siapa cowo tadi? Pelanggan elu? iya!!"

       Elisha tersentak, ia tidak menyangka Aldric akan mengatainya dengan kata-kata yang sangat menyakitkan seperti itu. Selama ini meski ia sudah biasa di bully, Elisha tidak merasa terganggu, ia sudah terbiasa, tapi entah mengapa bila kata itu keluar dari mulut Aldric, terasa seperti puluhan tikaman pisau.

"Jawab bitch!"

       Mata Elisha mulai berembun, sudah dua kali Aldric membuatnya menangis, dan selama ini Elisha tidak pernah menangis. Pertama kali ia menangis karena ulah Dimas dan sekarang Aldric. Hanya dua orang itu yang mampu membuatnya menitihkan air mata.

       Aldric yang melihat perubahan raut wajah Elisha, kembali mengambil alih kesadarannya. Sedangkan Elisha ingin segera lari, saat ini, dari situasi ini. Sebelum Elisha bisa pergi lagi, Aldric mencekal tangannya. Membawa gadis itu kedalam dekapannya. Memeluk erat tubuh mungil gadisnya.

"Maaf."

"Hiks lepasin!"

"Sha pliss maaf arrggh..., Bayu ga maksud bilang gitu."

"Bayu apaan lepasin!"

"Engga sebelum lo maafin gue gue ga bakal lepasin elo."

"Lepas hiks."

"Pliiss maaf."

       Setelah beberapa saat terdiam. Aldric tidak mendengar lagi isakan ataupun suara Elisha dipelukannya. Ia merasa khawatir tubuh Elisha melemas di dalam dekapannya. Dengan sigap Aldric menangkap tubuh Elisha menggendong nya ala bridal style membawanya kekamar.

       Kamar yang semula hanya berisi tempat tidur sederhana dan perabotan seadaanya. Kini sudah berubah jadi kamar minimalis bernuansa biru muda.

       Aldric membaringkan dengan sangat hati-hati tubuh mungil Elisha. Kemudian ia langsung merogoh ponselnya menghubungi seseorang.

"Jimy datang kerumah Elisha sekarang!!"

"Anjiirrr udah malem ini."

"Sekarang Jimy!!"

"Iya iya share lokasi lo."

"Oke, cepetan."

"Bawel anjirr."

       Aldric memutus sambungannya, membanting ponselnya keranjang disamping tubuh Elisha. Membuat benda pintar itu melompat keluar dari area ranjang dan terbanting ke lantai, Aldric tidak memperdulikannya. Pikirannya saat ini sangat kacau, lagi-lagi ia membuat gadisnya begini. Aldric mengacak-acak rambutnya frustasi.

Dalam pikirannya saat ini masih terus beradu mulut dengan Bayu. Berdebat didalam pikirannya sendiri. Kepalanya terasa mau pecah.

Ia terduduk dipinggiran tempat tidur, menggenggam dan mengusap lembut tangan Elisha.

       Gadisnya disentuh orang lain. Oh tidak, kali ini Aldric harus bisa pelampiasan emosinya. Kalau tidak, ia bisa menggila sekarang.








*maaf ya author lama bgt ga up. Hp author kena razia di sekolah, jadi lama deh.

Maaf jg klo pendek & critanya rada ga nyambung 🙏

Vote ⭐ & coment 💌 biar author bisa memperbaiki diri 😋

typo bertebaran 🙏


See y next ...

He's a Psychopath ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang