Elisha berencana untuk membuat keributan di satu titik sehingga para preman akan berkumpul dan memberinya jalan. Ia baru saja ingin menyabotase sebuah mobil pick up yang terparkir tak jauh dari tempatnya berada, namun sepertinya keadaan berpihak padanya.
Tiba-tiba suara rentetan tembakan terdengar membabi-buta. Gadis itu mau tak mau harus bersembunyi terlebih dahulu, ia tak tau apa yang terjadi yang pasti itu berhasil mengalihkan perhatian para preman.
Gadis itu menatap tajam ke seluruh penjuru sambil terus bersembunyi di balik dinding bangunan kosong. Meneliti keadaan yang terasa mengancam nyawa. Beberapa orang terlihat berlari menuju sumber suara tembakan dan ledakan tadi.
Sungguh ia juga penasaran siapa yang dengan bar-barnya menimbulkan perhatian di kandang lawan. Namun lebih penting saat ini untuk segera menemukan Jimy. Laki-laki lembek itu bisa mati kalau terlambat sedikit saja.
Perlahan-lahan Elisha keluar dari tempat persembunyiannya, matanya tak sengaja menemukan bumbungan asap di area tempat hotel esek-esek berada.
Mungkin kawanan Dimas sedang menyergap seseorang disana, tapi siapa? Atau jangan-jangan Aldric. Kalau benar setelah ini ia harus membujuk dosen beku itu agar tidak ngambek.
Makin ribet dah ni urusan.
Tujuan pertamanya adalah menara tempat tower sinyal didirikan. Sebenarnya hanya iseng karena Elisha tidak tau tempat mana yang harus ia tuju. Siapa tau dimas berada didekat sana untuk mencari sinyal. Pemikiran yang konyol memang, tapi mau bagaimana lagi.
Tempat mendirikan menara tower yang pertama ini berada di tempat yang terbuka dan agak jauh dari pemukiman. Tidak ada bangunan lain didekatnya kecuali ruangan untuk kontrol. Setelah di cek memang benar tak ada tanda-tanda kehidupan disana.
Elisha menghembuskan nafas kasar. Kenapa laki-laki suka sekali bermain teka-teki. Ini sangat menjengkelkan.
Tempat menara tower yang kedua harus melewati jalan utama di pinggir danau. Tempat yang lebih terbuka dari pada ini. Kemungkinan besar akan mudah bagi musuh untuk mengejar Elisha seandainya tak sengaja berjumpa dijalan.
Ya mau bagaimana lagi hanya ada tiga menara tower di area danau ini. Setidaknya itulah yang dapat Elisha tangkap selama beberapa saat mengawasi. Lokasinya saling berjauhan akan memakan waktu cukup lama pastinya.
Ia harus cepat memanfaatkan situasi. Sebelum keributan itu teratasi setidaknya ia bisa memeriksa dua menara lagi. Meski hasilnya kecil.
Gadis berambut panjang yang di kuncir kuda itu menghirup nafas dalam-dalam. Dan mulai melanjutkan perjalanan nya menuju menara ke dua.
Ditempat lain duo yang kita banggakan tengah baku hantam dengan pasukannya Dimas yang terus berdatangan entah dari mana asalnya. Kewalahan bagi William yang mulai kelelahan. Kemeja yang digunakan pria itu telah basah oleh keringat namun wajahnya masih menampakkan raut datar.
Berbeda dengan Aldric pria itu terlihat masih sangat bersemangat mematahkan tulang-tulang musuhnya yang terus berdatangan. Belasan mayat berserakan di tempat ini. Beberapa masih hidup tentunya dalam keadaan sekarat.
Tembakkan demi tembakkan mulai menuntut Aldric dan William. Sebisa mungkin William melucuti senjata yang masih bisa digunakan dari badan mayat-mayat di bawahnya, sedangkan Aldric berusaha menahan musuh agar tetap berada di tempatnya.
Loby hotel yang tadinya bernuansa putih gold kini menjadi sungai darah. Dindingnya dipenuhi hiasan dari lubang peluru dan bercak darah. Lantai yang tadinya bersih kini dipenuhi tubuh manusia tak bernyawa lagi.
Aldric masih berusaha mendorong musuh yang terus berusaha menembakinya dari jarak cukup jauh. William juga berjaga mengawasi sekitar untuk melindungi tuanya.
Hanya tinggal beberapa orang lagi, namun mereka sulit dilumpuhkan. William berusaha mengincar bagian tubuh dari para preman namun kurang cepat dengan gerakan menghindar dari mereka.
Dengan mudah para orang-orang itu membaca gerakan tubuh Aldric dan William sehingga menghindari tembakkan dari mereka bukanlah hal yang sulit.
Kali ini Aldric mulai jengkel lebih tepatnya Bayu. Karena serangan-serangan brutal tadi ulah Bayu.
Melihat ada bom asap yang sama tergeletak bersama seorang mayat, tanpa berfikir panjang lagi William langsung mengambilnya. Menunjukkan benda itu kepada Aldric. Mereka berdua seperti sedang berbicara lewat fikiran dan langsung memberi kode.
Aldric memberi aba-aba dengan bahasa isyarat ala tentara. Dalam waktu kurang dari satu menit William menarik sumbu benda itu dan melemparkannya ke arah para preman. Seketika loby hotel yang sudah dipenuhi debu akibat peluru yang menembus tembok kini semakin pekat dengan asap.
William dengan cepat ke arah kitchen dan membuka semua tabung gass yang ada disana, menimbulkan bau khas yang menusuk indra penciuman. Aldric masih menahan musuh di area pintu masuk kitchen.
Sambil menutup mata Aldric menghirup aroma anyir darah yang mengisi seluruh ruangan ini, ia berusaha menjernihkan pikirannya yang tiba-tiba terasa pening. Bayang-bayang buram berputar-putar di ingatannya seperti DVD rusak.
Harus tetap fokus!
Aldric segera kembali dari bayangan masa lalunya setelah William memberinya kode untuk segera lari. Kedua manusia itu segera masuk ke area kitchen dan menguncinya dari dalam menggunakan spatula yang berada tak jauh dari mereka.
Ketika masuk Aldric dapat mendengar suara mendesis dari tabung gas namun bau gassnya tidak terlalu ketara mungkin karena ia baru keluar dari tempat yang dipenuhi bau darah.
William menunjukkan jalam keluar namun sebelumnya mereka sudah menaruh dua orang mayat di dekat lemari pendingin. Membuat seolah-olah ada seseorang yang bersembunyi disana.
Suara pintu di dobrak dnegan kasar dari luar itulah hal terakhir yang Aldric dengar sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu keluar dapur. Dalam dobrakan yang ke tiga para preman yang berjumlah lebih dari lima orang itu mulai masuk.
Tujuan mereka langsung tertuju pada jebakan yang telah William dan Aldric siapkan. Penciuman yang masih belum pulih setelah lama menghirup aroma darah membuat orang-orang itu tak menyadari aroma gass bocor.
Dengan brutal salah satu dari mereka menembaki sang mayat. Percikkan api yang berasal dari pistol memicu api dan menyambar gass bocor dan seketika itu pula area kitchen dan bahkan hotel meledak besar.
Duuaaaarrrrrr...mamank :v
Ledakkannya bahkan membuat duo kita terpental beberapa langkah ke depan. Cukup keras membentur tanah membuat kepala Aldric seperti berputar-putar. Bayangan suram tadi kembali muncul dan terlihat semakin jelas.
Elisha yang menaiki sepeda kayuh tak sengaja menabrakkan dirinya ke sebuah mobil yang terparkir dipinggir jalan. Dengan posisi tubuh yang masih menempel memeluk kap mobil dan sepedanya yang mungkin sudah peot karena benturan.
Ribuan umpatan ia layangkan pada siapapun yang membuat ledakkan itu. Gara-gara ledakan yang membangongkan itu ia jadi harus encok menabrak mobil yang tak bersalah.
Baru beberapa menit ia senang mendapat rampasan sepeda gunung dari rumah mevvah yang ia lewati. Sekarang malah tertimpa sial. Apa mungkin ini yang namanya karma mencuri dibayar lunas di tempat.
Elisha masih setia di posisinya. Mencoba tidak banyak bergerak karena merasa malu. Ya meski tak ada orang disini tetap saja rasanya seperti ingin menghilang dari muka bumi.
"Hei ngapain disitu."
• • •
Hae-hae gaes🗿
Kangen gak muehehehe 😳
Cie yang udah ga sabar nunggu kelanjutannya 😣 makanya vote 🌟 komen 💌 biar makin cepet up nya, ngoke 👌See you next time all........

KAMU SEDANG MEMBACA
He's a Psychopath ✓
Random"Aku akan membunuh siapapun yg mengusik ketenanganku dan milikku," ucap Aldric "Kenapa banyak orang gila disekitarku." Batin Elisha menggerutu • • • Ia adalah pria kejam yang tidak memiliki perasaan dan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa...