🚫Warning ⛔ terdapat adegan sadis & kekerasan❌
Sesampainya di Mension mood Aldric sudah buruk. Ia ingin menenangkan pikirannya sejenak dari Elisha. Kedekatan antara Elisha dan pria bernama Dimas tadi sudah cukup membuat nya panas dingin.
Apakah ia merasa cemburu? Entahlah.
Setelah hampir dua jam mengurung diri di kamar Aldric memutuskan untuk melihat keadaan gadis itu, bagaimana pun juga Aldric merasa kesal ia tidak bisa berlama-lama menjauhi gadisnya.
Gadisnya, Aldric sudah memutuskan bahwa Elisha hanya miliknya seorang. Setelah lama memikirkan semua tentang Elisha di kamar membuat nya yakin dengan keputusan nya ini. Entah mengapa perasaannya mengatakan memang ini lah jalan yang tepat. Malam ini juga ia akan membicarakan hal ini dengan Elisha.
Aldric bergegas keluar dari kamar namun, belum sempat ia menegur gadisnya Aldric sudah melihat sebuah pemandangan yang membuat nya langsung naik pitam.
Seorang pelayan di Mension nya terang-terangan menatap Elisha dari lantai dua dan bukan hanya itu pelayan itu melihat ke arah Elisha dengan tatapan yang sulit diartikan membuat darah Aldric mendidih dibuatnya.
"Hei kau!"
"I-iya tuan."
Pelayan itu gelagapan saat Aldric memanggilnya secara tiba-tiba apalagi ia tercyduk sedang memandangi nona Elisha membuat keringat dingin mulai bercucuran di dahi pelayan itu.
"Ambilkan garpu dan bawa ke kamarku."
"Ba-baik tuan."
Pelayan itu bertanya-tanya dalam hati tidak biasanya tuannya itu meminta hal-hal kecil seperti ini, bahkan ini terlalu mencurigakan, namun ia hanya seorang pelayan disini dan harus mematuhi semua yang diinginkan tuanya. Sejak awal perasaannya sudah tidak enak.
Sementara itu Aldric kembali ke kamarnya, ia benar-benar tidak terima saat ada laki-laki lain yang menatap Elisha sepeti itu. Emosinya memuncak ia harus melampiaskan emosi ini, Aldric harus menghabisi orang itu.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!"
"Ini garpu nya tuan."
"Tutup pintunya dan bawa kemari."
Dengan perlahan pelayan yg kira-kira sudah berumur 30 tahunan itu menutup pintu dan mendekati tuanya. Hawa mencekam sudah menyapa permukaan kulitnya dan ditambah lagi cahaya kamar yang hanya berasal dari lampu tidur.
Keringat dingin membasahi rambut sang pelayan, keadaan disini benar-benar membuat nyalinya menciut, tatapan dingin yang biasa dilayangkan Aldric terasa lebih mencekam dari biasanya. Mata itu memancarkan aura yang begitu mengerikan.
"Apa kau tau apa kesalahan mu."
Pelayan itu diam seribu bahasa, tangannya yang memegang nampan berisikan garpu bergetar. Tentu saja ia tau apa kesalahannya, ia sudah lancang menatap kearah nona Elisha.
"Siapa namamu."
"E-eriko t-tuan."
Lehernya terasa tercekat, ia sudah salah datang kemari. Harusnya dari awal ia lebih baik melarikan diri dari iblis ini.
"Jawab aku Eriko!" Bentak Aldric membuat tubuh pelayan bernama Eriko itu semakin bergetar hebat menahan rasa takut.
"Apa kau tau kesalahan mu ha!"
Eriko tidak berani menjawab, tenggorokan nya terasa kering. Tamatlah sudah riwayatnya. Ia hanya mengangguk di saat tenggorokannya benar-benar tidak bisa mengeluarkan suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's a Psychopath ✓
Sonstiges"Aku akan membunuh siapapun yg mengusik ketenanganku dan milikku," ucap Aldric "Kenapa banyak orang gila disekitarku." Batin Elisha menggerutu • • • Ia adalah pria kejam yang tidak memiliki perasaan dan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa...