Hae gaes, cerita sebelah udh ku rombak total jdi silahkan di baca ulang ngokeh!
• • •
Mendengar suara-suara tembakan membuat Elisha bergidik ngeri. Bagaimanapun ia hanya membawa senjata tajam dan tidak mungkin pisau dan sejenisnya dapat melawan kecepatan peluru.
Ia tengah bersembunyi di pinggiran rumah warga setelah lolos dari kejaran beberapa orang. Nafasnya masih memburu hebat. Ia akui lama tak berolahraga jadi semua persendian otot nya terasa nyeri.
Dengan pdnya ia pikir akan bertanding satu lawan satu dengan Dimas ternyata pria berwajah manis itu membawa satu pasukan. Ini benar-benar diluar dugaan.
Tau gitu ga mau dah senekat ini huhu.
Nasi sudah menjadi bubur, dari pada menangisinya lebih baik menambahkan toping ayam dan kerupuk pada bubur jadi lebih mantap.
Elisha menarik nafas dalam dan menghembusnya perlahan. Sekarang waktunya untuk menggunakan otak kecilnya yang lama tidak digunakan. Meskipun para anak buah Dimas membawa senjata api kemungkinan besar mereka tidak akan menembaknya, yang benar saja Elisha lah yang jadi incaran Dimas masa mau di bawa dengan keadaan tak bernyawa.
Tapi tak menuntut kemungkinan mereka akan tetap menggunakannya untuk melumpuhkan Elisha. Menembak di area kaki misal, itu yang harus diwaspadai.
Sekarang kira-kira kalau ia menjadi Dimas dimana tempat paling enak untuk nongkrong dan ngopi sambil menunggu perburuan. Pastinya Dimas akan mencari tempat dimana terdapat Wi-Fi gratis dengan kekuatan sinyal terlancar, karena mereka ada di gunung otomatis sinyal susah disini.
Ia mengenal Dimas dengan baik tidak mungkin ia bisa membuat kehebohan di satu kecamatan kecuali kalau pria itu sudah berkutik dengan laptopnya. Elisha mengedarkan pandangannya mencoba mencari kira-kira dimana tempat yang akan dipilih Dimas.
Namun nihil, rasanya mustahil mengetahui seluk beluk tempat antah-berantah ini. Elisha tidak mungkin hafal denah bangunan yang ada disekitar danau dengan hanya berkunjung satu atau dua kali. Ya sepertinya ia harus melakukan sesuatu yang beresiko tinggi.
Disisi lain duo Aldric William tengah mengintai dari gedung tertinggi yang dapat mereka temui. Sebuah gedung hotel tiga lantai. Bagaimana bisa masuk? Bayu yang tidak sabaran akan menghancurkan apapun yang menghalangi. Dengan memecahkan pintu kaca tentunya.
William mencoba mengamati dari atas sedangkan Aldric tengah mencuci kedua tangan dan wajahnya yang kotor akibat cipratan darah.
Satu....lima.....sepuluh belasan, William mulai khawatir dengan jumlah mereka terlalu banyak. Ia yakin kebanyakan dari mereka terlatih tidak seperti orang yang mereka temui di villa tadi. Terlihat dari gerak-gerik mereka saja sudah sangat terkoordinir.
"Bagaimana?" Tanya Aldric yang baru datang dari belakang dan ikut mengawasi.
"Tidak baik tuan, mereka ada banyak."
"Ck kita butuh rencana."
Pendengaran Aldric menangkap sebuah suara, seperti suara orang yang menginjak pecahan kaca. Suaranya berasal dari bawah. Suasana disini begitu hening membuat suara-suara yang tidak familiar seperti itu mudah terdeteksi.
"Kita mulai lagi Bitch!!" Ucap Aldric diiringi seringai yang mengerikan.
"Bagaimana mereka tau posisi kita?"
"Mungkin Dimas pelakunya."
Aldric bersiap mencari tempat berlindung di balik dinding tangga darurat di lantai dua dengan membawa senjata yang ia lucuti dari pertemuan nya dengan para brandal di villa.
William menyelinap di antara ruangan kantor di belakang. Mencoba memonitor pergerakan musuh dengan melihat cctv. Namun ia menemukan hal lain.
"Gantian njirrr." Suara Bayu menginstruksi di kepala Aldric.
"Oke. let's start playing."
Sebuah bom asap dilempar ke dalam gedung di lantai satu. Suaranya cukup nyaring dan seketika seluruh area di lantai satu tertutup kabut asap. Bahkan asap juga sedikit menjalar ke tangga darurat tempat Aldric bersembunyi.
Suara langkah kaki yang begitu senyap terdengar olehnya mulai membuka pintu menuju tangga darurat. Aldric mencoba mencoba mengintip, samar-samar ia bisa melihat ada orang di ambang pintu bersiap melempar bom asap lain.
Siall!!
Dan benar saja kini tangga darurat di telah tertutupi oleh asap tebal. Mau tidak mau Aldric harus mundur menuju lantai dua, ia tidak mungkin memaksakan untuk membantai dengan minimnya penglihatan.
Mungkin kalau Bayu yang mengambil alih sekarang sudah terjadi adu tembak dan kemungkinan kecil ia akan menang. Ya tau lah Bayu kadang suka mencari keributan.
Di lantai dua ia bertemu William dan memberikan kode bahwa mereka semakin mendekat.
Tiga orang berpakaian ala tentara dengan kaos polos berwana hitam mulai memasuki lantai dua. Mereka terlihat sangat terlatih dan profesional sangat berbanding terbalik dengan yang Aldric temui di villa tadi.
Masing-masing dari mereka membawa senjata api, menyoroti setiap ruang kamar hotel. Salah satu diantara mereka memiliki bekas luka sayatan di area wajah, pria kekar itu bersiap ingin menyalakan bom asapnya yang lain namun sebelum itu perhatian gerombolan preman itu tertuju pada Aldric yang duduk santai di ujung koridor.
Dosen beku itu terlihat santai memandangnya anak buah Dimas dengan tatapan dingin nan menusuk. Dan saat itulah mereka bertiga serempak menodong Aldric dengan senjatanya. Dengan wajah meremehkan dosen beku mengangkat kedua tangannya seperti mengakui kekalahan. Namun di detik berikutnya ia langsung menerbitkan seringai mengerikan.
William menikam seorang preman yang posisinya berada di paling belakang. Orang itu langsung memekik tertahan lantaran lehernya ditikam dari belakang, membuat temannya yang lain langsung menembaki William yang sudah lari bersembunyi di balik salah satu kamar.
Mendapat mengalihan, Aldric atau bisa dibilang Bayu mengambil alih dengan menembaki para preman yang tersisa secara brutal diiringi tawa kesenangan.
Suara tembakan yang dihasilkan pun terdengar sangat nyaring diluar hotel membuat perhatian para preman yang lain tertuju pada hotel tersebut. Sebentar lagi hotel itu akan jadi sasaran.
Bayu masih tertawa menggila dan mendapati preman dengan wajah dipenuhi bekas luka itu masih bisa berdiri meski kaki-kaki nya sudah tremor hebat akibat ditembaki Bayu. Pria berwajah sangar ini masih hidup karena menggunakan baju anti peluru, namun tak akan lama karena pendarahan yang diakibatkan tembakan beruntun tadi mengalir deras.
Untuk sesaat Aldric kagum Bayu bisa memiliki orang-orang seperti ini. Sangat berbakat tapi sayang sekali. Bayu mengatakan pistol nya yg belum tersentuh tepat di kepala sang preman.
Sayangnya lo di pimpin sama orang yang salah.
Satu tembakan tepat di kepala membuatnya langsung tumbang dengan mata yang terbuka lebar. William keluar dari persembunyiannya melihat keadaan koridor. Tembok dipenuhi cipratan darah dan lubang peluru. Keadaan yang sudah biasa ia temui.
"Tuan Dimas sudah mengambil alih seluruh cctv di daerah ini."
"Kau yakin?" Ucap Aldric yang mulai mengambil alih tubuhnya dari Bayu.
Melihat reaksi William yang hanya diam membuat Aldric menyimpulkan bahwa itu masih sebuah asumsi yang kemungkinan besar memang benar. Aldric meregangkan otot lehernya.
"Bersiaplah yang lain akan segera datang." Ucap Aldric sambil tersenyum miring.
•••
Hae guys 🗿
Yok bisa yok, tiga part lgi trus end. Gmn wkwk disebelah masi sepi neh. Oke-oke sebagai manusia berjiwa tidak suci sya akan banyakin part disebelah biar cepet rame🗿Tapi kalo sepi gapapa uga sih🤧 asal votenya jan kendor, okeh!
See you next time all..........

KAMU SEDANG MEMBACA
He's a Psychopath ✓
De Todo"Aku akan membunuh siapapun yg mengusik ketenanganku dan milikku," ucap Aldric "Kenapa banyak orang gila disekitarku." Batin Elisha menggerutu • • • Ia adalah pria kejam yang tidak memiliki perasaan dan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa...