9

2K 275 6
                                    

Soobin.

Hari sudah semakin siang. Di dalam rumah mewah ini, aku sedang duduk di depan tv bersama sang pemilik rumah, nyonya Min. Entah kenapa, orang kaya seperti beliau sangat ramah dan baik hati. Sama seperti bibi Jeon yang memperhatikanku selama dua tahun terakhir, walau keadaan yang membuat mereka berbeda.

Wajah cantik nyonya Min tidak hilang walau umur beliau sudah tidak muda lagi, kulitnya sangat mulus dan putih bak susu, pasti perawatannya sangat mahal. Mataku tidak bisa berpaling dari sosok wanita tua ini. Entah kenapa, melihat wajah nyonya Min seperti melihat ibuku. Andai dia masih ada, pasti akan menyenangkan.

Aku tersenyum kecut mengingat dan berhayal bahwa eomma akan duduk di sampingku seperti ini. Tapi itu tidak mungkin terjadi. Belum puas rasanya memandang wajah cantik itu, namun harus terhenti saat nyonya Min mengalihkan pandangannya ke arahku.

"Kenapa kau melihatku seperti itu bin-ah, aku jadi malu." ucap nyonya Min, tersenyum manis padaku.

"Ah, m-maaf nyonya." jawabku sedikit gugup. Karena ketahuan memandangi wajahnya sedari tadi.

"Aniya, untuk apa kau meminta maaf, tidak ada salahnya," tangan mulus itu mengelus rambutku dengan lembut. Aku suka sekali.

Greb!

Aku terkejut saat tiba-tiba nyonya Min memeluk erat tubuhku. Oh, ada apa ini, kenapa rasanya sangat nyaman sekali.

"Nyonya..." lirihku.

"Jangan panggil aku nyonya bin-ah, eomma. Panggil aku eomma, Arraseo!" Pintanya.

Aku tersenyum mendengar perkataan nyonya Min, entah kenapa hati dinginku terasa sangat hangat. Tersentuh akan kasih sayang yang selama ini sudah hilang semenjak ibu meninggalkan ku.

Tanpaku sadari, airmata ini jatuh tanpa izin dariku. Aku menangis dalam diam. Nyonya Min melonggarkan pelukannya, memegang kedua bahuku dan mengelus lembut disana.

"Jangan menangis sayang, lupakan! Lupakan semua kenangan buruk itu, kau bisa hidup bahagia, mulailah dari sekarang. Anggap aku ibumu, hm?" ucapnya sambil tersenyum keibuan.

Lagi, airmata sialan ini jatuh lebih deras. Terharu, rasa ingin mengatakan semua isi hati ini sekarang. Tapi tidak bisa.

"Terimakasih nyo—ah ani, Eomma" lirihku, dan aku memeluk wanita hangat ini begitu erat. Aku kembali merasakan kasih sayang itu.

Aku memberanikan diri untuk menyebut kata itu. Satu kata yang sudah lama sekali tidak pernah keluar dari bibirku. Kalau kalian bingung kenapa nyonya Min berkata demikian, agar aku bisa hidup bahagia. Ya, itu karena tadi pagi sesudah sarapan nyonya Min memintaku untuk bercerita tentang diriku.

Selama ini aku tidak pernah berbicara banyak pada orang lain, apalagi itu masalah diriku dan keluargaku. Tapi entah kenapa, karena perlakuan nyonya Min yang begitu hangat membuat aku bisa membuka seluruh cerita yang selama ini ku kunci dengan rapat, dan akhirnya terbuka. Cerita menyedihkan itu kini sudah di ketahui oleh orang lain.

Tidak semua aku ceritakan, hanya cerita penting yang menyangkut diriku saja. Tidak mungkin aku menceritakan semua. Aku masih cukup tau batasanku.


***

Yoongi.

Setelah pulang dari menemui beberapa temanku yang ada di daegu, aku memutuskan pulang kerumah. Sesampai-nya di dalam, pemandangan haru tertangkap oleh kedua mata. Gadis mungil itu menangis dalam pelukan eommaku.

Semoga kau bisa merasakan hangatnya pelukan seorang ibu Soobin-ah.

Aku berjalan mendekat ke arah mereka, sepertinya mereka tidak sadar dengan kehadiranku.

I Without You is Nothing ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang