24

1.6K 195 3
                                    

Sang surya bahkan masih enggan menampakkan diri untuk menyinari belahan bumi. Tapi, ibu muda ini sudah berkeliaran ria dipasar bunga, tangan mungilnya mendorong sebuah troli belanjaan yang terlihat sudah cukup penuh. Pagi hari di france memang sangat menyenangkan bagi Sunny untuk berbelanja. Karena apapun yang ia cari masih segar dan tentu saja belum terlalu ramai., jadi ia tidak perlu berdesakkan dengan pengunjung lainnya.

Sunny berjalan mengitari berbagai tempat penjualan, sesaat ia memperhatikan isi troli merasa yang di butuhkan sudah lengkap, ia pun segera keluar dari sana. Jarak toko bunga miliknya dan pasar tidak terlalu jauh, memakan waktu kurang lebih 20 menit berjalan kaki, itung-itung olahraga pagi bagi Sunny. Ia lebih suka berjalan kaki ketimbang pergi memakai mobil.

Ia sangat menikmati udara segar dalam perjalanan menuju took bunganya, tiba-tiba ponselnya berdering. Tertera nama bibi Han di layar benda persegi itu.

"Yeobseo, ada apa bi?"

.....

"Ah, baiklah. Aku akan segera pulang setelah mengantar barang yang aku beli ke toko,"

.....

Sunny pun memutuskan panggilan itu, entah apa isi percakapan mereka barusan sampai-sampai Sunny harus buru-buru pulang.

Setelah mengantar semua barangnya ke toko, Sunny segera pulang menuju mansion nyonya Park—tempat ia bernaung selama ini. Ketika ia baru saja sampai di teras rumah mewah itu, tiba-tiba suara ponselnya kembali berdering. Kali ini teman dekatnya yang memanggil.

"Yeobseo, olive wae?"

"Sunny-ya, mian, sepertinya hari ini aku tidak bisa datang pagi, aku masuk sore. Tidak apa?" tanya olive dari sebrang sana.

"Hm, gwaenchana. Aku saja yang akan buka toko pagi ini, kau dan kevin bisa menggantikanku dari sore hingga malam," jawab Sunny.

"Oh... Arraseo, gomawo sunny-y, kalau begitu aku tutup dulu ne. Annyeong!" belum sempat Sunny menjawab, panggilan itu sudah terputus duluan.

Sunny melanjutkan langkahnya masuk ke dalam rumah. Diruang tv, sudah ada nyonya Park yang sedang duduk santai dengan secangkir teh hangat yang ada diatas meja.

"Sunny-ya, apa kau dari pasar?" Tanya nyonya Park.

"Iya nek, sekalian belanja keperluan toko," jawabnya, ia berjalan ke arah dapur membawa belanjaannya.

"Sudah berapa kali aku bilang, untuk apa kau belanja sendiri. Percuma aku menggaji maid disini jika kau juga yang mengerjakan semuanya!" nyonya Park selalu saja membaweli Sunny setiap kegiatan yang cucunya itu lakukan. Padahal bagi Sunny itu bukanlah hal yang harus dilarang, toh berbelanja adalah salah satu kegiatan yang ia sukai.

"Tadi sekalian saja nek, tidak apa, lagian aku hanya belanja sedikit untuk menu makanan Yoobin," ujar Sunny.

"Alasan! Oh iya, besok hari ulang tahunmu. Kau ingin apa dariku?" tanya nyonya Park, walau pun usianya sudah tidak muda lagi, beliau ini selalu mengingat hari-hari special keluarganya. Terutama ulang tahun Sunny dan Yoobin.

"Tapi hanya satu yang aku larang, jangan pernah mengatakan lagi kalau kau ingin hidup mandiri—berdua dengan Yoobin diluar sana!" lanjut nyonya Park memperingati.

Setahun yang lalu, Sunny pernah memohon pada nyonya Park bahwa ia ingin hidup mandiri bersama Yoobin, merasa bahwa sudah terlalu bergantung padanya. Namun nyonya Park membantah tiada celah, Sunny adalah cucunya dan Yoobin adalah cicitnya, tidak ada kata orang lain lagi diantara mereka.

"Iya nek, tidak akan, tenanglah. Nenek tidak perlu membelikanku apa-apa, semua ini sudah lebih dari cukup" jawab Sunny tersenyum manis.

"Baiklah, jika ada yang kau butuhkan katakan padaku, arraseo?" Sunny mengangguk dan tersenyum lepas untuk sang nenek. Kehidup Sunny berubah 180° setelah hidup bersama nyonya Park.

I Without You is Nothing ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang