8

2K 275 4
                                    

"Apa kau mau menggantikan ku bekerja di rumah tuan itu lagi?"

Soobin hanya diam, tak langsung menjawab pertanyaan bibi Jeon. Jungkook pun sudah berusaha untuk membujuk Soobin menerima tawarin itu, dengan alasan gaji yang lumayan besar dan mendapat fasilitas tempat tinggal.

Ya, soobin tidak menolak kalau masalah upah. Tapi, tidak mungkin baginya tinggal dengan pria itu lagi. Aplalagi kejadian malam itu, pemilik rumah sudah merebut kesucian bibirnya. Mau di letak dimana wajahnya nanti kalau mereka tinggal bersama lagi.

Terlintas bayangan kejadian malam itu. Tidak, ini tidak bisa, aku tidak mungkin bertemu pria itu lagi, jangan sampai. Seperti itulah benaknya berkata.

Siang ini di cafe, Soobin izin pulang lebih awal dari jam biasanya. Dengan alasan yang jelas, Hari ini adalah hari peringatan kematian mendiang anggota keluarganya.

Perjalanan menuju Daegu, kampung halaman Soobin. Mengingat jalan ini membuat kepalanya berputar hebat. Dimana kenangan buruk itu harus muncul kembali, seperti rol film.

Setelah turun dari kereta, Soobin langsung menuju ke sebuah bukit nan indah. Dimana ada tiga pohon yang ia cintai dan ia rindukan, yaitu makam keluarganya.

Makam kedua orangtua dan oppa-nya tidak di simpan di rumah abu, karena pada saat itu tidak ada saudaranya yang mau mengurus pemakaman.

Bunga, Airmata. Hanya itu yang dibawa Soobin untuk mendatangi orang tercinta-nya. Hanya berdoa dalam hati dan berharap bahwa kehidupannya di dunia ini bisa membaik. Menangis meraung pun rasanya percuma, itu tidak akan bisa membuat ketiganya bangkit dan memeluknya.

Setelah selesai mengunjungi makam, Soobin berjalan menyusuri kota kelahirannya itu. Senyuman kecut dari bibirnya terlihat pedih di pandang. Melirik kesana kemari, melihat perubahan kota ini sambil terus berjalan tak tentu arah. Hingga tanpa sadar bahwa ia sudah tidak tau dimana keberadaan-nya sekarang.

"Hah! Dimana ini?" Lirihnya. Melihat keadaan jalan yang lumayan sepi. Tidak mengenal dimana daerah yang ia pijak sekarang. Tanpa terasa pula hari sudah semakin gelap, perut Soobin mulai pedih, teringat bahwa ia belum makan sejak siang tadi.

Terus berjalan entah kemana sambil memegang perut kosongnya yang terasa perih, hingga ia tak tau lagi harus bagaimana. Pusing, lelah, itu yang ia rasa. Lalu tiba-tiba Soobin terjatuh dan tidak sadarkan diri.


***

"Eungh, dimana ini?" Mata indahnya terbuka, menelisik setiap sudut ruangan tempat ia terbaring, seperti rumah hanok namun terlihat mewah dan modern.

Soobin sudah terbangun dari tidur panjangnya, dengan lengan yang dihiasi jarum infuse, "Eng? Ada apa dengan ku?" tanyanya pada diri sendiri, saat menyadari sebuah jarum infus yang menusuk di pembuluh darahnya.

Ceklek!

Pintu bercat putih golden brown bernuansa klasik itu terbuka, telihat wanita paruh baya masuk membawa nampan berisi bubur dan air madu hangat serta beberapa butir obat. "Bagaimana keadaanmu, Soobin-ah? Sudah merasa baik?" Tanya wanita paruh baya itu, tersenyum hangat.

"S-sudah, terimakasih. Tapi maaf, aku ada dimana dan kenapa bibi bisa tahu namaku?" Tanya Soobin heran, masih dengan suara lemah.

"Astaga, kau tidak mengingatku?" Tanya wanita paruh baya itu karena Soobin tidak mengenali dirinya.

"Ah maaf, apa kita pernah bertemu sebelumnya nyonya?" Tanyanya lagi.

"Aku ibunya Yoongi, Min Yoongi." ucap nyonya Min.

I Without You is Nothing ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang