30

1.9K 213 2
                                    

Sunny menghela nafasnya pelan sambil memandangi bayangan dirinya di cermin kamar mandi. Wajah polosnya terlihat sangat bening tanpa polesan apapun. Piyama yang lucu memberi kesan menggemaskan untuk ukuran tubuh mungilnya. Semua yang ada pada dirinya tampak sempurna, kecuali satu, raut wajahnya.

Sejak kehadiran Yoongi malam ini dikediaman nyonya Park, kegelisahan menyelimuti relung hati Sunny. Ada kebahagiaan tentunya, tapi kekhawatiran lebih menguasai. Ingin sekali Sunny beranjak menuju kamar sang putra, tapi disana ada pria Min itu yang sedang meniduri anaknya.

Suara ketukan pintu terdengar membuat Sunny tersentak dari lamunannya. Sunny melirik jam dinding kamarnya, ini sudah pukul 22.10, ia rasa mungkin itu bibi Han yang terlambat mengantar minuman ekstrak gingseng untuknya. Rutinitas setiap malam, untuk menjaga kesehatan tubuhnya.

"Masuk saja bi, pintu tidak aku kunci." sahut Sunny.

Setelah terdengar derap kaki melangkah masuk di sertai decit pintu yang tertutup. Sunny masih belum membalik tubuhnya, tangannya masih sibuk menyisir rambut panjangnya didepan cermin meja rias. Detik berikutnya Sunny tersentak saat sepasang tangan melingkar sempurna di pinggangnya, dapat ia rasakan nafas hangat berhembus di ceruk lehernya. Sunny menahan nafas dan membeku seketika, sialan Min Yoongi memeluknya!

"Soobin-ah, bogosipeoyo..." lirih Yoongi, ia menenggelamkan wajahnya diceruk leher jenjang Sunny. Menghirup aroma menenangkan dari tubuh wanitanya.

Jantung Sunny serasa ingin keluar dari tempatnya, cepat tangannya menarik kasar lengan Yoongi hingga terlepas begitu saja. Membalik tubuhnya menghadap pada Min Yoongi.

"M-min yoongi-ssi, apa yang kau lakukan disini?" Sunny mencoba untuk menjaga jarak, namun gagal, tangan kekar Yoongi kembali melingkar sempurna pada pinggangnya, bahkan kini posisi mereka tidak ada celah sedikit pun.

Hidung Yoongi sudah menyatu dengan hidung Sunny yang mancung itu, tatapannya beralih ke bibir merah muda Sunny yang bergetar, begitu menggoda dan bibir ini yang sudah sangat ia rindukan sejak lama.

Yoongi memiringkan wajahnya, lalu meraup penuh bibir manis Sunny, melumatnya dengan lembut.

Manis! Sangat manis.

Mata Sunny membelak seperti hampir lepas, tindakan lancang Yoongi membuatnya tidak berdaya. Tapi ia juga tidak mau munafik, Sunny juga merindukan sentuhan Yoongi selama ini, tapi ini juga tidak benar pikirnya.

Saat matanya hendak tertutup menikmati ciuman lembut Yoongi, akhirnya mata itu membelak kembali, tubuhnya tersentak saat Yoongi bertindak lebih lancang, meneroboskan lidahnya masuk kedalam rongga mulutnya. Jangan lupakan tangan pria itu mulai bergerak menyentuh tubuhnya sensual.

Sunny mendorong tubuh Yoongi kasar, hingga tautan mereka terlepas begitu saja.

Plak!

Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Yoongi. Nafas keduanya memburu udara rakus, Yoongi terdiam menatap Sunny yang sudah memerah dan matanya yang sudah berkaca-kaca. Yoongi tau, wanitanya marah sekarang karena ia sudah lancang.

"Mianhae, aku sudah lancang, itu karena aku sangat merindukanmu." ucap Yoongi menyesal, namun tidak sepenuhnya menyesali.

"Kau, tidak pernah berubah Min Yoongi." ucapnya dingin dan menatap Yoongi tajam.

"Soobin-ah, aku—" Tangan Yoongi tertepis kasar saat ia hendak meraih tangan Sunny.

"Cukup! ku mohon. Jangan sentuh aku." Bohong, Sunny menahan semua gejolak pada tubuhnya. Ingin sekali ia memeluk Yoongi dan melampiaskan rasa rindunya pada prianya itu, namun ia tahan. Egonya terlalu menguasai.

I Without You is Nothing ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang