🌻27

31 5 0
                                    

April mengerjakan ujian dengan setengah niat, karena sebagian otaknya tidak bisa berhenti memikirkan Pram. Hingga gulungan kecil mendarat di atas meja komputernya.

FOKUS! Ingat, Om Pram nggak bakal ngasih restu kalau nilai kita anjlok!

April melotot ketika membaca pesan yang ada di kertas tadi. Begitu mendongak, ia melihat Elang yang sudah nyengir sambil menaik-turunkan alisnya. Benar-benar menyebalkan.

Begitu selesai mengerjakan ujian, April bergegas pergi. Namun langkahnya seketika terhenti ketika melihat mobil Loga parkir di depan sekolah.

"Aish, ngapain sih tuh orang?"

Dengan langkah hati-hati, April berbalik untuk mencari jalan lain untuk keluar dari sekolah.

"Mau kemana?"

April terlonjak ketika seseorang menepuk pundaknya. Begitu berbalik...

"Aish, gue pikir siapa?!"

Ternyata Elang.

"Lo ngapain ngendap-ngendap kek maling?"

"Lo bawa motor?"

Elang cuma ngangguk.

"Gue tunggu di belakang sekolah. Oke?"

Melihat April yang berlari kesetanan menuju belakang sekolah membuat Elang terkekeh. Ada-ada saja tingkah gadis itu.

Bertepatan dengan April melompati pagar sekolah, Elang baru sampai di sana. Gadis itu langsung naik ke motor Elang.

"Lo beneran titisan Sun Go Kong deh keknya."

"Buruan jalan!"

"Kita mau kemana?"

"Tempat kerja Ayah."

"Oke."

Lalu Elang melajukan motornya dengan April yang memberitahu arah jalannya.

"Di sini?"

"Iya bener."

April turun dari motor, kemudian disusul Elang. Mereka berdua memasuki perusahaan, pertama kali yang dilakukan adalah mencari resepsionis untuk bertanya.

"Pak Pramuda sedang mengambil cuti."

"Cuti? Sejak kapan?"

"Sekitar empat hari yang lalu."

Empat hari yang lalu? Itu tandanya sejak April pindah ke rumah Loga.

"Emang Om Pram nggak ngomong ke lo, Pril?"

April menggeleng. Lalu mereka berdua pergi meninggalkan tempat itu setelah mengucapkan terimasih kepada pegawai cantik atas informasi yang diberikan.

"Pril,"

April malah tidak mendengar, membuat Elang menahan lengan seragam gadis itu.

"Lo mau kemana? Motor gue ada di sana."

Elang menunjuk letak motornya yang berada di sisi kanan. Sedangkan April malah berjalan lurus.

"Lo pulang duluan aja, Lang. Makasih udah nganter gue ke sini."

"Woy, Pril!"

April mengabaikan panggilan Elang. Pemuda itu bergegas mengambil motornya lalu menyusul April.

"Buruan naik!"

April tak mendengarkan, gadis itu berjalan sambil menunduk.

"Seenggaknya kalau jalan lihat depan. Kalau nabrak tiang listrik atau pohon gimana?"

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang