Bab 11 |•PERDRE•|

121 10 0
                                    

Bab 11 |• PERDRE•|

Bab 11 |• PERDRE•|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋Happy Reading🦋

"Ram, kok berhenti disini?"

Vita menaikkan sebelah alisnya, menatap keluar jendela dan mengamati sebuah toko yang penuh dengan berbagai obat-obatan.

Rama tak menjawab. Ia membuka seat beltnya. Keluar dari mobil kemudian menggesr pintu kaca itu toko itu. Vita yang merasa tak digubris pun berdecak kesal.

Sudah sekitar 5 menit ia menunggu Rama di dalam mobil. Namun cowok itu masih belum keluar dari apotek di depannya. Vita merasa gerah karena keadaan mesin mobil yang mati. Ia pun memutuskan untuk menunggu di luar saja.

Perlahan, Vita menurunkan kakinya dari dalam mobil, berusaha berdiri dengan menahan rasa perih yang ada di lututnya. Vita berjalan dengan sedikit pincang ke arah tempat duduk yang disediakan diluar apotek. Ia mendudukkan dirinya di sebuah kursi kosong, mengamati lututnya dengan luka yang masih basah walaupun sudah tidak mengeluarkan darah. Tadi saat di mobil, Vita hanya membersihkan lututnya menggunakan tisu karena P3K yang biasanya ada di mobil Rama tidak tahu hilang kemana. Ia meniup-niup lukanya, kemudian kembali menatap pintu kaca yang kini terbuka saat seorang cowok jangkung keluar dari tempat itu.

"Kenapa keluar?" tanya Rama sambil mendudukkan dirinya di kursi kosong sebelah Vita. Cowok itu menyodorkan sebotol air mineral padanya.

Vita tersenyum kemudian mengambil alih botol itu. "Makasih. Di mobil gerah."

Vita membuka tutup botol, meneguk air mineral itu hingga tersisa setengah. Semua itu tak luput dari pandangan seorang Rama. Vita yang merasa diperhatikan pun, menoleh ke arah Rama dan membalas tatapan itu.

"Beli apa tadi?"

Rama mengerjapkan matanya. Seolah baru menyadari, tangannya bergerak merogoh kantong plastik kecil. Dibukanya segel cairan alkohol lalu ia tuangkan ke kapas.

Rama menarik kursi yang ia duduki untuk lebih mendekat ke arah Vita. Tepat di depan gadis itu, Rama sedikit merunduk kemudian mengusap perlahan luka di lutut Vita menggunakan kapas dengan cairan alkohol. Sesekali meniupnya saat Vita meringis pelan menahan perih.

"Kenapa tadi berhenti di jalanan sepi kayak gitu?" tanya Rama disela-sela kegiatannya.

Vita menghembuskan napas berat sebelum menjawab. "Tadi ban mobil gue bocor. Terus gue telpon bang Satya. Dia bilang datengnya jam setengah enam. Pas gue mau mesen ojol, tiba-tiba dateng tuh dua preman." jelas Vita. "Makanya gue gak mau pulang juga gara-gara ini. Kalau nyokap sampai tau masalah ini, orang pertama yang bakal diomelin itu pasti bang Satya. Padahal kan dia nggak salah apa-apa."

Rama manggut-manggut mengerti. Ia kemudian menempelkan sebuah hansaplast pada luka Vita yang sudah ditetesi betadine supaya lebih cepat kering.

"Done!" ujar Rama melihat hasil karyanya. Ia mendongak, menatap Vita yang juga tengah menatapnya. Senyum manis saling terbit di kedua kubu.

PERDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang