"Lo harus bisa membuat pilihan." -Rama Rafardhan
"Gue nggak bisa milih!" -Vita Rosalie
"Kalau lo pilih gue, sama aja lo menghancurkan tiga hubungan sekaligus." -Raja Anggara
Kadang, seseorang memang dapat berubah menjadi sosok yang sangat egois. Ing...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•Happy Reading•
"Nama lo siapa?"
"Hah?"
"Nama lo siapa?" ulang cowok itu dengan tatapan dinginnya.
Vita mengerjap. Bingung harus menjawab apa. Kenapa untuk menyebut namanya saja lidahnya terasa sangat kelu. Padahal sebelum-sebelummya Vita tidak pernah gugup jika berhadapan dengan lawan jenis.
"Gue... gue Vita." Vita menutup novelnya kemudian menatap cowok itu yang juga tengah menatapnya. "Kalau lo?"
"Rama."
"Kelas XI IPA 2?" tanya cowok itu.
"Iya. Kok lo tau?"
Cowok itu tidak menjawab. Ia malah berdiri dari duduknya kemudian berjalan keluar perpustakaan. Meninggalkan Vita dengan sejuta pertanyaannya yang belum sempat tersampaikan.
Apa-apaan ini? Vita pikir jika ada laki-laki yang mengajak seorang perempuan berkenalan, maka akan berlanjut pada adegan bertukar nomer telepon atau sebagainya. Seperti kisah-kisah novel yang sering Vita baca. Namun sepertinya realita tak seindah ekspektasi.
Vita pun tak mengambil pusing hal itu. Toh tidak ada gunanya juga. Vita mengambil headseat dari saku roknya, kemudian memasangkan ke telinga dengan musik yang mengalun dari ponsel. Vita kembali membuka novelnya kemudian mulai masuk ke dalam alur cerita.
--o0o--
Suara nyaring yang menggema di seluruh penjuru sekolah akhirnya berbunyi juga. Suara yang sangat di nanti-nanti oleh seluruh murid SMA Cendrawasih. Bel tanda sekolah berakhir, sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu.
Disaat semua orang berlomba-lomba untuk cepat sampai di rumah, namun di kelas XI IPA 2 masih terdapat tiga orang gadis.
"Vita, cepet dikit kek, elah." ujar Putri kesal. "Makanya, kalau ada guru nerangin tu di dengerin. Apalagi ini pelajaran fisika. Bukannya nyatet, eh malah asik baca novel. Gue robek juga tuh buku lama-lama."
"Iya, sabar. Kurang setengah papan tuh." balas Vita dengan santainya.
"Ya ampun, Vita. Dari tadi lo nyatet apaan, masih segitu banyaknya? Siput amat ih!" gerutu Mira yang sudah berdiri di sebelah bangku Vita sambil menggendong tasnya. "Gue udah di telpon sama bokap nih. Katanya mau ada acara keluarga."
Mendengar itu Vita pun menghentikan aktivitas mencatatnya. Matanya kini beralih menatap kedua sahabatnya.
"Barang-barang yang semalem kalian bawa pas nginep di rumah gue ada dimana?" tanya Vita.