Bab 19 |•PERDRE•|
🍃Puncak Bogor🍃
Jika hendak membangun sebuah hubungan baru, maka tetaplah ingat akan hubungan yang lalu.
🕊Happy Reading🕊
Sudah sekitar satu setengah jam Vita dan Rama menghabiskan waktu di dalam mobil. Perjalanan menuju Puncak memang cukup memakan waktu. Di tambah dengan macet yang tak kunjung berjalan, membuat keduanya bosan dan kesal berkepanjangan. Saat ini mereka sudah memasuki wilayah Bogor, namun untuk ke villa masih membutuhkan waktu kurang lebih dua puluh menit. Rama menoleh ke samping dimana Vita berada. Gadis itu tengah terlelap dengan kepala menghadap dirinya.
Rama tersenyum kecil. Tangan kirinya bergerak meraih selimut tipis yang selalu ia letakkan di jok belakang. Rama menyelimuti tubuh Vita dengan perlahan. Matanya menatap bergantian antara gadis itu dengan jelanan di depan.
Lagu barat yang sedari tadi mengalun dengan volume pelan, kini ia matikan supaya tidak mengganggu tidur Vita. Dengan suasana yang hening, pendengaran Rama bisa menangkap suara dengkuran halus dari gadis itu.
"Dasar cewek. Abis nyemil banyak, langsung tidur." ucap Rama pelan kemudian terkekeh.
Rama melirik jam tangan sekilas. Menunjukkan pukul enam lebih lima menit. Kepalanya mengangguk pelan, laju mobilnya sedikit di perlambat dengan mata yang menyisir jalanan. Senyumnya merekah saat ia mendapati tempat yang sedang di cari.
Rama memarkirkan mobilnya diantara mobil yang lain. Mematikan mesin dan membuka sabuk pengaman. Ia menoleh pada Vita. Rama mengetukkan jari pada stir kemudi. Apa ia harus membangunkan Vita? Tapi Rama tidak tega. Gadis itu terlihat tidur sangat lelap. Sudahlah, bangunkan saja. Lagipula ini juga demi kebaikan Vita supaya tidak meninggalkan kewajiban.
"Vit," Rama menepuk-nepuk kecil pipi Vita. "Vita, bangun kebo,"
Vita yang merasa tidurnya terusik pun membuka kedua kelopak matanya perlahan. Ia mengulet dengan kesadaran belum sempurna. Matanya membelalak saat menyadari ada Rama di sebelahnya.
"RAMA, LO NGAPAIN DI KAMAR GUE?!"
Rama memejamkan matanya sebentar. Mengusap telinganya yang terasa berdengung akibat teriakan nyaring Vita. Menarik napas panjang kemudian menoyor dahi Vita gemas. "Ini di mobil bukan kamar, pinter."
Dahi Vita mengernyit. Ia baru sadar jika saat ini dirinya ada dimana. Vita menatap Rama, cengiran tak berdosa timbul di bibir gadis itu. "Hehe, maklum gagal fokus."
"Ya udah. Buruan turun." suruh Rama. Cowok itu kini sudah keluar dari mobil meninggalkan Vita yang masih kebingungan. Apa mereka sudah sampai di villa?
Vita langsung menatap ke arah luar jendela. Matanya menangkap beberapa orang yang lalu lalang dengan memakai mukena juga lelaki yang memakai peci di kepala. Vita baru sadar jika saat ini sedang berada di parkiran masjid. Ia melirik jam tangan, dan benar bahwa sekarang sudah memasuki waktu untuk magrib.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERDRE
Dla nastolatków"Lo harus bisa membuat pilihan." -Rama Rafardhan "Gue nggak bisa milih!" -Vita Rosalie "Kalau lo pilih gue, sama aja lo menghancurkan tiga hubungan sekaligus." -Raja Anggara Kadang, seseorang memang dapat berubah menjadi sosok yang sangat egois. Ing...