Bab 22 |•PERDRE•|

53 6 1
                                    

Bab 22 |•PERDRE•|

🍁Perjalanan Menuju Awal yang Baru🍁

Jika ada seseorang yang menawarkan bahunya demi kenyamananmu, lantas kenapa dirimu harus menolak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika ada seseorang yang menawarkan bahunya demi kenyamananmu, lantas kenapa dirimu harus menolak?

🕊Happy Reading🕊

"Vit, disana aja."

Rama menunjuk sebuah bangku taman yang kosong. Kepalanya menoleh ke belakang atas untuk menatap Vita.

Gadis itu mengikuti arah tunjuk Rama. Vita mengangkat sebelah alisnya saat melihat keadaan di sekitar. "Tapi disana banyak anak kecil. Lo enggak pa-pa?"

"Ya enggak pa-pa. Lagian lo suka anak kecil kan?" tanya Rama. Vita tersenyum dan mengangguk menyetujui.

Gadis itu kembali mendorong kursi roda Rama menuju bangku kosong. Selang infus yang tadinya menyalurkan cairan ke dalam tubuh cowok itu, kini sudah di lepas sejak setengah jam yang lalu karena kondisi Rama sudah jauh lebih baik. Suasana taman rumah sakit yang di dominasi oleh suara anak kecil membuat kesenangan tersendiri bagi Vita. Keluguan dan keceriaan yang mereka milikilah yang membuat gadis itu begitu menyukai anak kecil.

"Gue boleh nanya?" ucap Vita setelah menarik tuas rem kursi roda. Menyandarkan punggungnya di sandaran kursi taman dan menatap Rama yang duduk menghadap dirinya.

"Tanya aja."

"Lo kenapa bisa sampai babak belur kaya gini?"

Rama terdiam sekejap. "Kemarin gue nolongin ibu-ibu yang lagi di kepung orang gak bener. Awalnya cuma empat orang dan mereka kalah, tapi mereka balik lagi sambil bawa enam orang."

"Gue di keroyok sepuluh orang." lanjut Rama.

Vita membekap mulutnya tak percaya. Ia tahu bahwa Rama memang tidak lemah dalam hal adu fisik. Namun jika sudah bermain keroyokan, sehebat apapun orang itu, maka kemungkinan untuk menang memang kecil.

"Astaga, bener-bener ya. Banci banget gak bisa satu lawan satu!" geram Vita kesal.

Rama menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum kecil menahan tawa. Vita yang melihat raut wajah Rama pun berdecak sebal.

"Kenapa lo ketawa? Gak ada yang lucu." ucap Vita datar.

"Enggak. Lo kenapa marah sendiri? Gue yang di gebukin tapi biasa aja. Nah, kenapa lo jadi emosi," Rama terkekeh pelan.

"Gue itu peduli sama lo tau!" bentak Vita menatap Rama tajam.

Sedangkan Rama, cowok itu diam termenung begitu mendengar penuturan Vita. Ia memandang gadis itu lekat. Tatapannya masuk dan menyusuri sorot mata kekhawatiran itu. Rama berusaha mencari kebohongan atau keseriusan. Dan dari sudut pandang Rama, dirinya hanya mendapatkan ketulusan. Cowok itu juga belum tahu pasti apakah Vita sungguh-sungguh dengan ucapannya atau tidak.

PERDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang