Bab 23 |•PERDRE•|

46 3 0
                                    

Bab 23 |•PERDRE•|

Detik Awal Yang Baru

Seiring waktu berjalan, pasti akan ada perubahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seiring waktu berjalan, pasti akan ada perubahan. Begitu pula manusia dengan hati tak menentu yang terus mencari kata sejati dalam angan.

🕊Happy Reading🕊

Di sebuah rumah besar, tempat di mana sebuah geng selalu berkumpul. Suara pecahan dan barang-barang yang di banting mendominasi. Sembilan orang yang menyaksikan hal itu hanya bisa bungkam saat seseorang yang sangat mereka segani tengah melampiaskan kemarahan. Mereka telah membuat kesalahan fatal, wajar jika pemimpin mereka murka.

"Aarrgghhh!" teriak Nichol membanting vas bunga. "SIAPA YANG NYURUH KALIAN BUAT MAIN KEROYOKAN, HA?!"

Sebagian kecil dari anggota geng Brazon saat ini tengah berkumpul di basecamp kedua mereka yang tidak lain adalah rumah pemimpin mereka sendiri. Mereka hanya bisa diam dan menunduk saat Nichol bertanya.

"Kemarin gue ninggalin dia karena ada urusan. Gue suruh kalian habisin dia," ucap Nichol pelan mencoba meredam emosi. "Tapi nggak pake cara keroyokan juga, anjing!"

"Gue lebih milih Brazon kalah dengan cara jantan, daripada menang tapi dengan cara banci kaya gini!"

"So-sorry, Nic." ucap salah satu dari mereka dengan takut. "Kita udah coba satu lawan satu, tapi kita kalah."

"Kita terpaksa keroyokan, Nic."

"Kata-kata bullshit kalian gak ada gunanya." Nichol berjalan keluar dari rumah. "Harga diri gue sebagai pemimpin Brazon, sekarang udah jatuh di depan Exeagle."

***

"Masih sore, kita kemana dulu?" tanya Putri melepas helm nya.

Kini mereka telah sampai di kawasan sekitaran pantai untuk menghabiskan sisa waktu di akhir tahun. Kelima cowok itu memberhentikan motor tepat berjejeran. Mengingat mereka datang beramai-ramai, mereka menjadi yakin bahwa hari ini akan sangat seru. 

"Sunset yok, di dermaga cinta." saran Vita yang masih setia duduk di atas motor Rama.

"Jomblo aja sok-sok'an pake ke dermaga segala." gumam Rama menopang dagu dengan tangan yang bertumpu pada tangki motor.

"Gue bisa denger ya!" Vita memukul pelan helm Rama. "Inget, gue masih kesel sama lo karena tadi tiba-tiba ngebut."

"Iya kesel, tapi tetep cari kesempatan buat meluk-meluk." Rama melepaskan helm dari kepalanya.

"Itu namanya refleks tau! Kalau enggak gitu gue tadi bisa jatuh. Lo mau tanggung jawab kalau kepala gue luka?!" geram Vita.

"Ngapa jadi gue? Males banget ngurusin lo,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PERDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang