Bab 05 |•PERDRE•|

109 17 7
                                    

Bab 05 |• PERDRE•|

Bab 05 |• PERDRE•|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁Happy Reading🍁

Percayalah kita, bahwa cinta pandangan pertama itu memang ada. -- Vita Rosalie ~ Rama Rafardhan

"RAMA, LO NGAPAIN?!!"

Semua murid yang awalnya sibuk dengan urusan masing-masing pun refleks menoleh saat mendengar suara teriakan dari Vita. Sontak hal yang kini tengah mereka saksikan pun berhasil mengundang sorakan-sorakan menggoda dari semua teman-teman kelas mereka.

"Anjay, so sweet amat lo berdua!"

"Ram, kalau di terima, jangan lupa pajak jadian!"

"Pengen dong digituin sama doi."

"Eh, Gavin! Lo mau gak gendong gue kaya mereka?"

"Dih, ogah! Gendong lo, berarti sama aja gendong nenek lampir!"

"Sembarangan! Cantik gini dikatain nenek lampir!"

Yaaa, kira-kira begitulah respon mereka saat melihat Rama berjalan menuju UKS dengan Vita yang berada digendongannya. Dan itu membuat Vita sangat sangat sangat malu.

Vita pun menyembunyikan wajahnya yang sudah merah padam pada dada bidang Rama.

"Rama, turunin gue. Gue maluuu," ucap Vita pelan. Masih menyembunyikan wajahnya.

Rama yang mendengar itu hanya tersenyum samar. Sangat samar bahkan tidak ada yang bisa menyadari. Rasanya ia ingin sekali mencubit pipi gadis ini. Sangat menggemaskan.

"Kalau gue turunin, lo emang bisa jalan sendiri?" tanya Rama dan dibalas gelengan kepala dari Vita.

"Ya udah, kalau gitu diem. Atau lo bakal gue jatuhin sekarang juga kalau lo banyak bacot."

Mendengar itu membuat Vita membayangkan, bagaimana jika ia dijatuhkan sungguhan oleh Rama. Kan kasihan pantatnya jika harus mencium lantai lapangan dengan mesra.

Sesampainya di ruang UKS, Rama mendudukkan Vita perlahan pada sebuah brankar. Vita bersyukur karena saat ini sedang jam pelajaran. Jadi yang menyaksikan kejadian tadi hanyalah teman-teman kelas mereka dan mungkin beberapa siswa yang berkeliaran di luar kelas.

Suasana UKS sedang sangat sepi. Tidak ada orang sama sekali disini. Saat Vita sudah duduk di pinggiran brankar dengan benar, Rama pun memegangi pinggangnya kemudian berlagak seperti sedang merenggangkan otot-otot tangan.

PERDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang